11

4.1K 341 18
                                    

29 Oktober 2016

Hari ini aku dan semua member team J berangkat menuju tempat perform kami. Kami akan perform di booth Honda. Setelah beberapa hari yang lalu aku pulang dari Jepang bersama Nabilah, dia terlihat sangat memperhatikanku. Apalagi sebentar lagi kami akan pisah team.

Sedaritadi dia tak henti merangkul lenganku dan terus menyandarkan kepalanya di bahuku yang duduk di sebelahnya. Rasanya sudah sangat lama dia tidak bermanja seperti ini. Tanpa rasa canggung atau malu sedikitpun, sesekali ku kecup puncak kepalanya. Dia yang aku perlakukan seperti itu hanya semakin mengeratkan rangkulannya pada lenganku.

Aku tersenyum ketika tangannya yang tadi memegang ponsel, beralih menggenggam jari-jemari tanganku. Entah apa yang sedang dia fikirkan. Akupun tak tahu.

"Kamu kenapa?" Tanyaku mengangkat wajahnya yang menunduk.

"Enggak, cuma kangen sama kamu." Jawabnya kembali menyandarkan kepalanya.

Aku tahu dia seperti ini karena dia takut. Dia sudah berkali-kali meminta tolong pada Kak Melody untuk tetap membiarkan aku di team J. Tapi kata Kak Melody, dia juga tidak bisa membantu. Itu sudah keputusan management.

Aku melirik Nabilah yang menyentuh lenganku. "Apa?" Tanyaku tanpa suara. Dia menunjuk Shania dengan dagunya dan bertanya tanpa suara, "Dia kenapa?"

Aku hanya menggeleng dan melepaskan tangannya dari lenganku. Tanganku berganti merangkul bahunya hingga dia menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku. Hari ini dia benar-benar manja. Aku suka itu. Dan selalu aku turuti kemauannya jika itu membuatnya nyaman dan bahagia.

"Beb, aku pengen makan bakso." Ucapnya membuat aku terkekeh.

"Mau bakso? Nanti ya? Selesai perform kita cari bakso. Kalo bisa seabang-abangnya aku beli." Kataku mengecup kepalanya dengan hidungku.

"Iih! Jangan seabang-abangnya." Rengeknya memukul pahaku pelan.

"Loh? Kenapa? Kan biar kamu puas makan baksonya. Kalo pengen nambah, tinggal bilang abangnya." Ujarku mengusap kepalanya.

"Entar abangnya naksir sama aku. Kan, aku maunya sama kamu." Aku tertawa kecil mendengarnya berkata seperti itu. Percaya diri sekali gadisku ini. Tapi ada benarnya sih, siapa yang tidak naksir dengan wajah manisnya yang terbilang berlebihan. Bahkan ketika aku makan atau minum yang manis-manis saja, aku tidak ingin melihatnya. Takut diabetes hehehe.

Tangan kanannya yang tadi menggenggam tanganku kini berpindah memeluk pinggangku. Aku sedikit membetulkan dudukku dan memeluknya lebih erat.

"Pake parfumku ya? Aku nggak suka kamu pake parfumnya Gaby." Bisiknya sedikit mengangkat wajahnya untuk menatapku.

"Kenapa?" Tanyaku sedikit menunduk agar bisa melihat wajahnya.

"Aku bilang nggak suka ya, nggak suka, Beb. Lagian, masa bawa parfum aja sampe lupa. Harusnya tadi kamu ke aku, bukan ke Gaby. Hish!" Ucapnya kesal.

"Iya-iya. Maaf ya? Tadi aku nggak liat kamu, makanya aku buru-buru minta parfumnya Gaby. Entar aku ganti deh, pake parfum kamu." Dia mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya.

*****

Baru saja kami, menyelesaikan perform, Shania sudah merengek untuk mencari bakso. Sepertinya gadisku ini benar-benar ngidam bakso. Aku tersenyum melihat wajahnya yang cemberut dan mengusap kepalanya.

"Bentar ya? Aku ganti baju dulu. Kamu tunggu bentar. Oke?" Dia mengangguk dengan masih cemberut. Aku berjalan meninggalkannya untuk segera mengganti seifuku menjadi kaos biasa.

Story Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang