Time

2.2K 305 27
                                    

Ini minggu pagi, Taeyeon bisa saja tidur sepuas hati tapi dia memutuskan bangun ketika Tiffany tidak berada di sebelahnya.

Taeyeon tersenyum saat melihat Tiffany sibuk menyiapkan sarapan pagi sekaligus mengerjakan pekerjaan rumah. Taeyeon tahu Tiffany memang bukan satu-satunya wanita dengan wajah cantik tapi bagi Taeyeon dengan adanya Tiffany di sisi membuat dirinya sadar bahwa dia sudah mendapatkan yang terbaik.
Itu lebih dari cukup.

" Perlu bantuan? "
Taeyeon memeluk Tiffany dari belakang.

" Tidak"
Tolak Tiffany.

" Wae? "
Tanya Taeyeon yang semakin mengeratkan pelukan nya pada Tiffany.

"Tidak mau merepotkan mu"
Tiffany berbalik menatap Taeyeon,tampan.Bahkan saat belum mandi.

" Aku tidak pernah repot, pokoknya pekerjaan yang berat serahkan saja pada ku"
Taeyeon mengecup puncak kepala Tiffany.Sesuatu yang tidak pernah absen dia lakukan.

" Benarkah? "

" Tentu saja,  kau lupa suami mu ini kuat"
Taeyeon mengangkat kedua tangannya seperti seorang binaraga, menunjukkan otot bisepnya pada Tiffany.

" Hentikan tingkah narsis mu itu Tae"
Tiffany memutar bola matanya, jengah dengan tingkah konyol Taeyeon.

" Jadi apa yang bisa ku bantu? "
Taeyeon kembali bertanya pada Tiffany.

" Aku akan memikirkannya,  sekarang sarapan dulu"
Tiffany menarik Taeyeon untuk ikut ke meja makan. Dan Taeyeon menurut tentu saja,  kalau berani melawan Tiffany akan menghukum nya. Tidak ada jatah malam.

" Kenapa aku harus repot-repot sarapan? "
Taeyeon memandangi Tiffany yang menyiapkan semuanya, mulai dari mengambil piring, nasi, dan semua yang Taeyeon sukai. Tiffany benar-benar telaten sebagai seorang istri.

" Karena Superman juga butuh makan "
Tiffany mengendikkan bahunya, dan menjawab asal.

" Tap-
Ucapan Taeyeon terpotong ketika Tiffany mengecup bibirnya.

" Makan dan jangan banyak protes, setelah ini aku akan menguji kekuatan mu Arra? "
Taeyeon berhenti bicara saat Tiffany sudah mengeluarkan tatapan mautnya. Tatapan yang jika sudah keluar maka Taeyeon tahu akan terjadi sesuatu pada dirinya.


***

" Cepat gantikan "
Tiffany menepuk punggung Taeyeon.

" Aku tidak bisa"
Taeyeon menatap Tiffany dengan mata sendu. Seperti menghadapi cobaaan berat sekali.

" Kau bilang kau akan melakukan pekerjaan yang berat? "
Tiffany memasang wajah merengut, dan mencoba menyembunyikan tawanya dari tadi.

" Tapi bukan ini Fany-ah"
Taeyeon merengek pada Tiffany.

" Ini adalah pekerjaan paling berat Tae, mengurus Irene adalah pekerjaan yang terberat. Dan menggantikan popok termasuk salah satunya"
Tiffany mengambil popok yang ada ditangan Taeyeon yang dari tadi tidak jadi dipakaikan. Justru Taeyeon malah sibuk menutupi wajahnya dengan masker,  tidak kuat dengan bau katanya.

" Lain kali akan aku coba lagi"
Taeyeon tertunduk malu di hadapan Tiffany. Merutuki dirinya yang bahkan bergetar setengah mati untuk membuka popok bayi.

" Jangan merasa bersalah, masih ada kesempatan lain kali. Irene akan menunggu mu"
Tiffany tersenyum ke arah Taeyeon. Setidaknya Taeyeon sudah mau mencoba. Dia hanya perlu memberikan Taeyeon waktu dan kemudian suaminya itu akan berhasil seperti sebelum-sebelumnya.

" Selesai"
Tiffany bersorak saat selesai mendandani Irene.

" Mau menggendongnya? "
Tawar Tiffany pada Taeyeon.
Taeyeon tentu saja tidak menolak.
Dia dengan senang hati menerima Irene dalam gendongan nya. Lalu menimang nya dengan perlahan.

" Dia tertawa Fany-ah"
Taeyeon terus menatapi putri kecil nya itu. Sulit menemukan kata untuk mendeskripsikan apa yang sedang dirasakan nya saat ini.

" Tangan nya kecil sekali"

" Itu karena dia masih bayi"

" Bibir juga mungil sekali"

" Seperti aku? "
Tanya Tiffany.
Taeyeon menggeleng.

" bibir mu tidak mungil tapi sexy"
Taeyeon tersenyum jahil pada Tiffany

" Yakk.. Byuntae! "
Tiffany melotot pada Taeyeon. Tapi bukannya berhenti Taeyeon malah terus menertawakannya.

" Aku jadi ingin membuatkan adik untuk Irene"
Ucapan Taeyeon sukses membuat Tiffany semakin membulatkan matanya dan bersiap untuk berteriak sampai Taeyeon memberikan isyarat kalau Irene sudah tertidur di gendongannya.

" Tiffany aku berjanji akan menjadi ayah baik"
Taeyeon berkata dengan setengah berbisik pada Tiffany.

" Bagaimana caranya Pabo? "
Tiffany menarik ujung hidung Taeyeon,  membuatnya mengaduh kesakitan.

" Aku akan mengajarinya bersepeda dan berkelahi"
Taeyeon mengatakan itu di hadapan Tiffany.

" Irene perempuan bukan laki-laki Tae"

" Tetap saja dia harus bisa menjaga dirikan? "
Tiffany terdiam,  Taeyeon ada benarnya juga.

" Lalu apa lagi yang kau lakukan? "

"Aku akan mengajarinya menjadi pemimpi yang memperjuangkan semua mimpinya sampai menjadi nyata"

" Aku akan hadir di setiap momen yang dia lewati sampai.. "

" Sampai apa? "

" Sampai dia sadar kalau ayahnya adalah Pahlawan yang diutus Tuhan untuk menemaninya di bumi"

" Lalu aku apa? "
Tiffany mengerucutkan bibirnya, Taeyeon sedari tadi hanya memuji dirinya sendiri.

" Kau tentu saja malaikatnya, itu sudah pasti"
Begitu kata Taeyeon untuk Tiffany.

Membuat Tiffany merasa sangat berterimakasih kepada Tuhan yang sudah memberikan dirinya kebahagiaan yang tidak ternilai ini.
Kebahagiaan yang membuat Taeyeon dan Tiffany ikut belajar dan menua bersama menyaksikan tumbuhnya putri kecil mereka.

TBC


Married LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang