Hellium

1.9K 319 56
                                    

" appa atau eomma? "
Tiffany menanyai Irene yang asik mewarnai seri buku kesukaannya. Yup,  putri mereka sekarang sudah menginjak usia 4 tahun. Sudah banyak hal yang bisa dilakukannya seorang diri, dia tumbuh semakin cantik seperti Tiffany dengan jiwa yang mirip dengan Taeyeon.

" appa"
Jawab Irene.

Tiffany sudah menduga jawaban yang akan dikatakan putrinya itu tapi tetap saja ada rasa kecewa disana.

Dia iri.

Tapi mau bagaimana lagi? Taeyeon memang tidak bisa dikalahkan kalau soal urusan mengambil hati.

Tiffany akui Taeyeon selalu punya caranya sendiri, cara yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain.

Bagaimana tidak,  Tiffany menolak lupa cara Taeyeon merawat dan mengajari Irene.

Taeyeon selalu mencubit pipi Irene, tapi anehnya bayi itu hanya tertawa-tawa saja dulu.

Taeyeon bahkan pernah menyedot pipi Irene masuk ke dalam mulutnya ketika ciuman lembut terasa kurang saat Taeyeon gemas melihat putrinya. Dan responnya sama,  Irene tertawa.

Saat mengajari Irene bersepeda,  Taeyeon malah menaiki sepeda milik Irene dan membuat putrinya harus mengejar Appa-nya. Aneh nya tidak ada yang marah kecuali Tiffany yang terus berteriak untuk menghentikkan aksi Taeyeon.

Dan yang paling tidak terlupakan adalah saat Taeyeon memasukkan Irene ke dalam kandang  rakun di salah satu kebun binatang untuk memberikan pakan langsung kepada rakun itu.

Taeyeon memasukkan Irene dari pagar pembatas,  lalu memegangi kedua kaki putrinya dan pelan-pelan sedikit menurunkan tubuh Irene sampai tangan Irene bisa memberikan makanan untuk rakun itu, Irene melakukannya dalam posisi bergantung dan terbalik.
Saat itu Tiffany tidak bersama dengan ayah dan anak itu, karena mereka berjanji keluar rumah hanya untuk membeli ice cream bukan ke kebun binatang.

" Fany-ah"
Tiffany berhenti memutar kenangan di otaknya saat merasakan tepukan lembut di bahunya.

" melamun?"
Tanya Taeyeon.

" ada masalah apa? "
Taeyeon mengusap lembut puncak kepala Tiffany.

" Irene.."

" Wae?  Ada apa dengan Irene? "

" kurasa dia hanya menyukai mu"
Tiffany menunduk,  dia merasa menjadi ibu yang gagal saat putrinya tidak memilihnya. Mungkin karena Tiffany yang terlalu protektif dan banyak melarang,  tapi dia hanya khawatir dan tidak ingin Irene kenapa-kenapa.

" Benarkah? "
Taeyeon menaruh kepalanya di pangkuan Tiffany.

" Iya,  dia terus memilih mu saat kutanya"

" memangnya kau tanya bagaimana? "
Taeyeon menelusupkan wajahnya di perut Tiffany.

" aku tanya dia memilih kau atau aku,  lalu tanpa berpikir lama dia langsung memilih mu tanpa mempertimbangkan aku"
Tiffany menceritakan semua kekecewaannya. Tapi hanya direspon dengan suara tawa.

" kenapa tertawa? "
Tiffany sebal dengan sikap Taeyeon.

" tentu saja karena kau yang tidak pernah berubah dan selalu lucu"

"Lucu? "
Tiffany heran. Dimana letak kelucuan dari hal yang diucapkannya tadi?

" Fany-ah"
Taeyeon bangkit,  dan kembali duduk menghadap Tiffany.

" Hm? "

" kau tidak boleh menanyakan hal seperti itu lagi, Arra? "

" Wae?"

" setiap anak tidak boleh disuruh memilih hanya ayah atau hanya ibu,  karena setiap anak butuh keduanya"
Taeyeon memeluk Tiffany,  mendekap wanitanya. Rasanya nyaman sekali sampai dia merasakan ada sesuatu yang memaksa masuk ke tengah-tengah mereka.

" aku juga mau dipeluk"
Satu orang gadis menginterupsi, itu Irene.

" appa, aku menggambar ini"
Irene menunjukkan gambarnya pada Taeyeon. Membuat satu orang bersedih karenanya. Sadar akan hal itu Taeyeon mencoba mencari cara.

" Irene-ah,  bisa jelaskan gambar mu pada Appa"
Irene mengangguk lalu mulai berpikir sebentar sebelum memulai presentasi pertamanya.

" Ini appa"
Irene menunjuk gambar seseorang yang seperti memakai jas.

" appa bekerja di pagi hari dan pulang di sore hari,  appa selalu mengajak ku bermain,  appa selalu punya banyak hal baru yang di ajarkan,  appa-"

Ucapan Irene terhenti, saat Taeyeon menunjuk bagian gambar yang lain.

" Ini siapa? "

" ini Mommy"

" Mommy bagaimana? "
Irene kembali berhenti lagi seperti memikirkan sesuatu. Irene melirik ke arah Tiffany sebentar sebelum kembali menatapi gambarnya.

" Mommy..
dia galak,  suka memarahi. Mommy suka melarang aku melakukan sesuatu yang kusuka. Mommy sering memaksa ku memakan sayur, Mommy itu tidak seru seperti Appa"
Tiffany yang tadinya hanya kecewa sekarang juga merasakan sedih merangsek masuk juga.

" Tapi, Mommy selalu mengurusku dengan baik,  dia membuatkan sarapan yang enak, menemaniku saat Appa bekerja, dia juga mengajarkan sesuatu, hal yang membosankan tapi berguna, Mommy memang tidak seru tapi Irene butuh"

Irene menutup buku gambarnya, penjelasannya selesai. Tentang sebuah gambar dimana ada Appa dan  Mommy yang menggandeng tangannya.

" Saranghae Mommy"
Ucap Irene saat melihat Tiffany menangis.

" uljima"
Rengek Irene saat melihat mata Tiffany semakin basah.

" hiks.. uljima Mommy"
Irene ikut menangis , melihat itu Tiffany segera menghentikan tangisnya. Tangis yang tumpah bukan karena sedih atau kecewa tapi karena putrinya sudah semakin tumbuh dan pintar berkata manis seperti Appanya.

Layaknya helium, kata-kata  manis itu membuat Tiffany melambung.

TBC

Married LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang