Heal

1.7K 299 29
                                    

"berat? " tanya Tiffany.

"engga" Taeyeon menggeleng.

Tiffany tersenyum,  lalu menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Taeyeon. Menghirup aroma tubuh pria itu dalam-dalam, menikmati nyamanya berada di gendongan belakang.

" Tae"

" hm "

" kalau kita punya anak laki-laki, menurut mu bagaimana? "
Langkah Taeyeon terhenti, diam beberapa saat.

" kurasa dia akan sama tampannya seperti ku" ujar Taeyeon sambil tertawa. Pikirannya melayang membayangkan seseorang yang mirip dengannya,namun dalam versi mini sedang bermain bola bersama dengannya.

" tapi aku tidak mau" sambung Taeyeon.

"kenapa? " tanya Tiffany penasaran.

" nanti aku tersaingi"
Satu pukulan ringan mendarat di punggung Taeyeon. Tiffany selalu seperti itu, tak pernah mau mengakui pesona Taeyeon.

" berhenti.. Tiffany"
Ucap Taeyeon sambil kembali melanjutkan langkahnya.

" apa yang harus berhenti? " tanya Tiffany lagi, kali ini dengan ekspresi kebingungan. Dia tidak mengerti makna dari apa yang barusan Taeyeon katakan.

" berhenti bersembunyi"

" aku tidak bersembunyi" bantah Tiffany.

" bukan raga mu tapi perasaan mu"
Taeyeon kembali melangkah maju, menjejakkan kakinya menyusuri hamparan pasir pantai.

Tiffany diam, tidak menjawab. Hanya saja tangannya semakin berpegangan erat.

" berhentilah menertawakan sesuatu yang sebenarnya ingin kau tangisi"

Mendengar itu, ingin rasanya Tiffany berteriak, menolak yang Taeyeon katakan. Tapi apa daya, yang Taeyeon katakan benar.

" aku tahu ada beban berat setelah hari itu terjadi, maka dari itu berbagi,apa gunanya aku disini kalau kau pikul semuanya sendiri Tiffany?! APA GUNANYA AKU?! "
Tiffany tersentak kaget saat Taeyeon tiba-tiba berteriak padanya.

" aku tidak mau merepotkan mu"
Lirih Tiffany.

" lalu siapa yang akan kau repotkan hm? Orang lain? Apa.. "
Belum selesai ucapan Taeyeon, Tiffany menjatuhkan kepalanya dipundak Taeyeon. Terdengar tangisannya.

" jangan disimpan sendiri" bujuk Taeyeon.

" aku mengantuk,mau tidur. Jangan ajak aku bicara"  Tiffany meminta pada Taeyeon. Dan laki-laki itu menurutinya, membiarkan wanita yang berada di gendongannya untuk pergi tidur, entah tidur karena raganya yang lelah atau jiwanya, mungkin keduanya.

Itu adalah pertengkaran antara mereka berdua yang tidak ada makian, yang tidak ada kata kasar terlontar,  tapi pedihnya sama bahkan lebih dari pertengkaran sebelumnya.

" kau masih punya aku,Tiffany"

" tapi aku tak tahu seperti apa aku dimasa depan nanti" Tiffany menjawab,  dia tidak jadi tidur,yang tadi hanya alasan. Dia memang lelah tapi tidak mengantuk.

" harusnya kau tidak menyetujui itu Tae"

"lalu membiarkan mu menahannya seorang diri? "

" setidaknya aku bisa mengandung beberapa kali lagi,aku-"

" kemudian kau akan lebih cepat pergi"  potong Taeyeon.

" aku tidak bisa mengurus semuanya seorang diri Fany-ah" Taeyeon berkata jujur,  dirinya yang sekarang sudah bergantung pada Tiffany. Tidak melihatnya beberapa saat seperti ada yang hilang,  makan tanpa ditemani Tiffany tidak akan terasa kenyang,  tidur tanpa memeluknya tidak akan nyenyak.  Hidup Taeyeon sudah benar-benar dipenuhi Tiffany,  jadi mana bisa dia membiarkan Tiffany pergi.

" jadi bisakah kita memulai semuanya dari awal lagi? "  langkah Taeyeon kembali berhenti, tangannya memutar knop pintu villa.

Tiffany tidak menjawab,
keduanya sudah sampai di kamar,  tapi Tiffany masih belum menjawab. Taeyeon menoleh, mengecek keadaan Tiffany.

Tidur,  Tiffany tidur di gendongannya.

" ini sudah jadi kebiasaan mu sekarang hm? " Taeyeon menggerutu sebal,  Tiffany selalu tidur disaat-saat penting mereka.

Taeyeon menurunkan tubuh Tiffany,  pelan-pelan. Lalu membaringkan nya.
" tidur yang nyenyak"
Taeyeon mengecup bibir Tiffany, kemudian ikut naik ke ranjang untuk mendekap Tiffany.

" jika kau merasa sakit sendirian, kau salah. Aku juga merasakannya, karena kita adalah dua raga yang sudah menjadi satu jiwa Fany-ah"

TBC

Married LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang