"LEE TAEYONG!! LEE MINGUK!!"Taeyong berlari tergesa-gesa meninggalkan kamar. Ia kepanikan mendengar teriakan Jisoo. Terlebih Jisoo tidak hanya memanggil namanya, tapi juga nama adiknya yang sudah tiada.
Sesampainya di dapur, Taeyong menemukan Jisoo meringkuk di samping rak. Kondisi gadis itu cukup kacau, memeluk diri sendiri sambil terus-terusan memekik histeris, seperti tengah menyaksikan sesuatu yang menyeramkan.
"Jisoo.."Taeyong mendekati Jisoo lalu menyentuh pundaknya. Bukannya menenang, Jisoo justru semakin terlihat ketakutan.
"A-api.. T-taeyong.. a-api.."rancaunya dengan tangan gemetar dibanjiri keringat.
Taeyong menoleh ke penjuru dapur dan ia mendapati kompor dapur sudah berada dalam keadaan menyala. Seketika itulah Taeyong sadar jika Jisoo sudah melanggar peraturan. Ia menjadi tidak karuan seperti sekarang karena melihat api, sumber trauma berat yang dideritanya.
Tanpa babibu, Taeyong berjalan kearah kompor tersebut dan mematikan nyala apinya.
"T-taeyong.. t-tolong.. tolongin Minguk.."
Melihat Jisoo menangis terisak-isak sampai separah itu, membuat dada Taeyong serasa diremas, pandangannya sontak berkabut dan kilauan kristal menumpuk diujung kelopak matanya.
"M-minguk.. m-maafin kak Jisoo..."Jisoo mengigit bibirnya sebegitu kuat, sampai menimbulkan luka dan berdarah.
Taeyong menghampiri Jisoo kemudian mencengkeram kedua bahu gadis berambut ungu tersebut hingga pemiliknya bangun dari ringkukan.
"Y-yong.. aku takut banget.. gimana ini? Gimana sama Minguk??"kegusaran Jisoo sama sekali tidak berkurang.
"Cukup Jis! Gak usah diinget-inget lagi!"
"M-maafin aku Yong.. aku goblok banget, aku gak bisa nyelametin adek kamu.. maafin aku.."Jisoo mencengkeram ujung kaos Taeyong yang basah karena cucuran air matanya.
Taeyong yang tidak tahan dan tidak tau harus berkata apa, memutuskan untuk membawa tubuh Jisoo kedalam pelukan eratnya.
Meskipun peristiwa mengenaskan yang terekam didalam otak Taeyong dan Jisoo sudah berlalu bertahun-tahun, tapi tetap saja.. kenangannya menggerogoti perasaan terdalam baik dari pihak keluarga Kim maupun keluarga Lee, bak luka yang tidak akan pernah bisa membekas.
Meskipun sangat sulit, Taeyong tetap meminta Jisoo untuk melupakan kejadian itu, karena itu hanya akan membuat Jisoo semakin tertekan.
"Gak usah takut, aku ada disini buat kamu. Minguk baik-baik aja walaupun udah gak bareng sama kita lagi"bisik Taeyong, berharap kekalutan yang menghantam psikis Jisoo berangsur menghilang.
"A-aku ngelihat Minguk nangis-nangis sambil manggil nama aku, dia minta tolong Yong. Tapi aku gak bisa berbuat apa-apa!"
Taeyong memegang dagu Jisoo kemudian mengangkatnya hingga kedua matanya melihat lebih detail wajah cantik Jisoo yang memerah kusam dihiasi bercak tangis yang masih basah.
Trauma parah yang harus Jisoo enyam akibat cara kepergian Minguk yang teramat tragis membuatnya phobia pada api. Sekecil apapun frekuensi api itu, akan tampak sangat besar dan menakutkan untuk Jisoo.
"Maafin aku Yong, Minguk pergi gara-gara kebodohan aku"Jisoo meminta maaf lagi dan lagi, menyalahkan dirinya lagi dan lagi.
Taeyong menangkup kedua sisi wajah Jisoo dengan kedua belah telapak tangannya, sementara sinar matanya yang tajam semakin menyongsong sepasang mata sendu yang menyimpan sejuta kesedihan.
"Itu bukan salah kamu Jis, itu salah aku"Taeyong ikut menyalahkan diri sendiri.
"Nggak, Yong!"Jisoo menggeleng kuat."Itu salah aku. Harusnya aku gak ninggalin Minguk sendirian waktu itu.. hiks"Jisoo sesegukan. Andai dadanya bisa berbicara, mungkin sudah berteriak sedari tadi karena rasa sesak yang mengekang."Maafin aku.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless (Taesoo Ver.)
Fanfiction[COMPLETED] ✔ "Your lips are my cure" [Taeyong-Jisoo] @aprlmhrayone 201801--201906