Hari sudah hampir gelap ketika Suho menginjakkan kaki di halaman depan rumah sakit, dan duduk santai bersama Irene di bangku panjang yang tersedia disana, seperti sebelum-sebelumnya."Ren, kamu suka ice cream gak?
Kebetulan sekali, ada penjual ice cream yang berhenti didepan gerbang rumah sakit. Suho berinisiatif untuk membeli dua cup ice cream sebagai penyegar obrolannya dengan Irene nanti.
"Suka.."
"Mau yang rasa apa?"
"Mmm... strawberry aja deh"
"Oke, kamu tunggu disini bentar ya?"
"Iya"jawab Irene di bubuhi anggukan.
Suho berlarian kecil menuju gerbang rumah sakit dimana penjual ice cream keliling tersebut memarkirkan truck mini-nya.
Irene hanya memperhatikan gerak-gerik Suho dari kejauhan.
Dan Suho sama sekali tidak menghabiskan waktu yang lama. Dalam jangka 10 menit, ia sudah mendapatkan dua cup ice cream rasa strawberry dan membawanya kembali ke hadapan Irene.
"Nih, ice cream kamu"Suho memberikan salah satu cup ice cream-nya untuk Irene.
"Makasih"Irene menerimanya dengan senang hati.
"Sama-sama"timpal Suho setelah mengambil posisi duduk di sebelah Irene.
Keduanya pun menikmati ice cream masing-masing sambil menatap pemandangan sekeliling.
"Aku kok gak pernah sekalipun ketemu sama adek kamu ya? Padahal udah rea-reo 4 hari disini"
Irene menoleh sekilas kearah Suho yang mulai membuka obrolan.
"Adek aku tuh gak pernah berhenti belajar. Dimana pun dia berada, dia pasti belajar dan terus belajar. Jadi walaupun dia nemenin aku di rumah sakit, dia gak pernah ngajak aku main atau jalan-jalan, dia cuma nemenin di kamar sambil belajar"
"Wah, adek kamu pasti berprestasi di sekolah. Beda banget sama adek aku, beuh boro-boro belajar, buka buku aja males. Sebelas duabelas lah sama aku. Untung aja punya tunangan pinter, gimana kalau sama-sama bobrok?"ucap Suho diselingi tawa renyah.
Mood Irene langsung swing. Ia yang tadinya bersemangat sekali menghabiskan ice cream, sekarang hanya mengaduk-aduknya tidak jelas.
"Cantikan mana... aku sama adek kamu?"
"Hah?"Suho menoleh dengan mulut terbuka lebar. Bohong jika ia tidak terkejut mendapat pertanyaan seperti itu, ditambah lagi ekspresi Irene saat mengatakannya sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia sedang bercanda."Kalian sama-sama cantik"
Irene berdecak. Jelas bukan jawaban seperti itu yang ingin di dengarnya.
"Kalau kamu jadi tunangannya adek kamu, kamu bakal milih aku atau Jisoo?"
Suho semakin terkejut."Ren, kamu kok nanyanya gitu sih? Aku kan bukan tunangannya Jisoo, dan Jisoo itu saudara aku. Gak mungkin aku bisa ngebayangin hal yang kayak gitu"jelasnya dengan nada hati-hati, seperti biasa.
Irene memalingkan wajah sambil mengusap-usap kakinya yang hanya tertutupi celana piyama khusus pasien.
"Kamu kedinginan ya? Kalau gitu kita langsung masuk aja, lagian aku gak niat ngajak kamu jalan-jalan kok sore ini"ucap Suho lantas bangkit dari kursi yang di dudukinya bersama Irene.
"Iya"Irene juga ikut bangkit dari sana.
Keduanya kemudian berjalan bersama-sama memasuki gedung rumah sakit.
Saat baru menginjakkan kaki di koridor ruang inap__ ada seorang suster yang melangkah tergesa-gesa menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless (Taesoo Ver.)
Fanfiction[COMPLETED] ✔ "Your lips are my cure" [Taeyong-Jisoo] @aprlmhrayone 201801--201906