"Yah, bun, Jisoo kemana?"Taeyong yang baru bergabung di meja makan malam ini, lagi-lagi menanyakan perihal keberadaan Jisoo yang tidak ikut berkumpul disana lagi dan lagi. Hanya menyisakan sang ayah juga ibunda yang bersiap melangsungkan makan malam dengan khidmat.
"Ada di kamarnya"
"Kok belum turun? Gak ikut makan malem?"
"Katanya sih mau keluar, ada acara makan malem bareng temen. Emang Jisoo gak bilang sama kamu?"
Taeyong kontan menggelengkan kepala."Enggak bun, Jisoo gak ngomong apa-apa sama Taeyong"
"Kalau gitu kamu samperin aja, mumpung Jisoo masih ada di kamarnya"
"Iya deh, bun"
Taeyong menuruti saran calon ibu mertuanya. Ia membalikkan badan kemudian berjalan menaiki anak tangga.
"Bun?"
Sesaat setelah kepergian Taeyong dari ruang makan___ ayah Jisoo menegur sang istri.
"Kenapa, yah?"Ny. Kim menanggapinya santai.
"Ayah rasa, lebih baik pertunangan mereka dibatalin aja"
"Lho, kok ayah tiba-tiba mikir gitu sih?"ibu Jisoo mengangkat alisnya agak tinggi, setelah meletakkan sendok dan garpunya diatas piring.
"Sepanjang yang ayah lihat, mereka cuma nyakitin satu sama lain. Bunda pasti tau penyebab Taeyong babak belur di rumah sakit kemarin. Setelah kejadian itu, Suho nggak pulang ke rumah dan Jisoo terus menghindari Taeyong. Gak mungkin mereka gak ada masalah, bun.."
"Mereka itu lagi beranjak dewasa yah, wajar dong kalau punya masalah?"Ibu Jisoo masih tenang-tenang saja.
Ayah Jisoo menghela nafas kasar. Sendok dan garpu miliknya ikut tergolek diatas piring.
"Kenapa sih bunda selalu ngeyel kalau dikasih tau? Bunda takut Jisoo depresi lagi gara-gara kejadian itu? Kita harus yakin kalau Jisoo bisa hadapin traumanya tanpa Taeyong, bun.."
"Cukup, yah. Bunda nggak mau denger lagi.."Ny. Kim menulikan telinganya."Ayah harus inget kalau bunda ini ibu kandungnya Jisoo. Bunda tau apa yang Jisoo mau. Bunda gak takut Jisoo depresi atau apa. Bunda melakukan ini semua karena bunda tau--- Jisoo sayang Taeyong, begitupun sebaliknya. Ayah bisa ngomong gitu karena ayah gak tau kalau Jisoo hampir setiap malem nangis sambil manggil-manggil nama Taeyong dalam tidurnya"
"Kalau memang Taeyong sayang sama Jisoo, kenapa dia sampai mau mutusin tali pertunangan 2 tahun yang lalu??"
Jisoo sedang duduk menghadap ke meja rias. Menerawang jauh kedalam bayangan cantik yang terpantul oleh cermin berbentuk oval.
Dress tanpa lengan berwarna biru langit yang panjangnya sedikit dibawah lutut sudah membalut tubuh ramping Jisoo. Di tambah pernak-pernik manis, seperti ; Jepit rambut, kalung, gelang, jam tangan, dan tas pinggang metalic. Tidak lupa goresan make up tipis yang membuat kecantikan natural Jisoo semakin terpancar.
Biarpun penampilannya sudah sempura____ tapi Jisoo masih merasa ada yang kurang. Jangan tanya apa dan kenapa.
Jisoo melirik arloji forsta yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Pukul 19:30 malam, kurang setengah jam menuju pukul 20:00 malam.
Seperti yang sudah Jisoo setujui____ ia akan melangsungkan kencan dengan Jinyoung sebentar lagi.
Jisoo tidak yakin, tapi hati kecilnya ingin mencoba. Mencoba memposisikan dirinya di sebuah ruangan dimana ia di cintai, tanpa harus kesakitan karena mencintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless (Taesoo Ver.)
Fanfiction[COMPLETED] ✔ "Your lips are my cure" [Taeyong-Jisoo] @aprlmhrayone 201801--201906