《Part XXXXII》

11 3 0
                                        

Pagi hari ini kucepat sekali bergegas, karena aku udah kelas 5 sebentar lagi kelas 6.

Aku sudah berada di halaman rumahku bersama Ayah.

Kudengar suara langkahan kaki, itu langkahan kaki Ibuku yang membawakanku bekal.

Lama-kelamaan kuberangkat dengan sepedaku.

Embun membasahi rambut, masih pagi hari sekali.

"Ara kamu kenapa pergu cepat sekali?" Kata Jems

"Aku sengaja pergi cepat, karena sekarang sudah kelas 5" jawabku

Di pertigaan jalan ku bertemu dengan sakir, kusapa dia.

"Pagi sakir, mau bareng?" Kataku

"Ayo Ara kita bareng" Jawabnya

Penaikan kelas 2 kumulai akrab dengan sakir, tidak terlalu akrab-akrab amat.

"Ara kamu udah berhasil bertutur kata dengan sakir temanmu itu" kata Jessicca

"Iya Jess, tapi sakir aja ku tutur kata dengan dia belum terlalu akrab lebih akrab denganmu" jawabku

Kutiba di sekolah masih pagi hari sekali dengan Sakir. Di sekolah masih sepi sekali.

Kulangkahkan kakiku duluan ke kelas untuk menyimpan tasku di kelas, Sakir menyusulku dari belakang.

"Ara yuk ke taman sekolah?" Kata Sakir

"Iya duluan saja, nanti aku nyusul" jawabku kepadanya

Aku masih berada di kelas, kuberpikir sejenak tentang cara awalku bertutur kata dengan manusia. Aku lebih terbiasa dengan Arwah yaitu Jems dan Jessicca.

"Ara kamu itu anak Indigo; anak yang spesial tidak semua anak bisa sepertimu" kata Jessicca

"Indigo?, tetapi anak indigo pintar semuanya sedangkan aku tidak" jawabku

"Gini Ara gak semua anak Indigo itu pintar ada kekurangannya juga" kata Jems

"Iya betul juga katamu Jems dan Jess" Jawabku

Jems dan Jessicca itu orangnya beribawa sekali, karena mereka berdua Arwah yang beda Ras denganku.

"Jessicca adalah arwah yang selalu membawa buku dari awal kenalku, sedangkan Jems arwah yang selalu membawa biola"

Kulama bertutur kata dengan mereka berdua pikiranku ke arah Sakir, ternyata Sakir telah menunggu dengan lama di taman.

Kusegara kulangkahkan kakiku ke taman sekolah, kulihat Sakir menunggu dengan sabar.

Tidak tega kumelihat Sakir seperti begitu, ku dekati Sakir ku minta maaf dengan dia.

"Sak aku minta maaf ya" kataku

"Gak papa-papa Ara aku udah maafin" jawabku

Di taman ku berkacau gurau dengan Sakir, aku bahagia melihat Sak melihat senyuman laki-laki teman sebangku ku.

Ternyata aku bisa juga akrab dengan Sak yang manusia, tetapi tidak seakrab Jems dan Jessicca.

Aku bahagia dengan kedekatanku dengan 2 sahabatku yang masing-masing beda alam.


"Different World"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang