Ahn Chung Ae benci harus bertemu dosen sialan itu lagi. Walaupun ia telah dibebaskan dari tugasnya, namun tetap saja tidak mengurangi keberengsekan dosen bernama Zhang Yi Xing itu, Chung Ae sebal.
Seusai kelas Ahn Chung Ae dan Yehwa memutuskan untuk berkerja kelompok di kafe kampus sebentar. Sembari menunggu seseorang menjemputnya. Biasanya Baekhyun memaksa menjemput gadis itu, jadi Ahn Chung Ae membiarkannya. Gadis itu lelah berdebat. Lagian Baekhyun susah dibantah.
Mengingat Baekhyun tidak menghubunginya seminggu terakhir ini, Ahn Chung Ae lalu merutuk jengkel. Ia terbiasa ada Baekhyun. Sial.
"Kau bisa diam tidak, aku sedang berpikir judul karya ilmiah yang sesuai," omel Yehwa ketus. Gadis itu sedaritadi betarung keras dengan otaknya, sedangkan Chung Ae tidak bisa diam, membuat gadis itu kesal sendiri. "Aku lebih baik berkerja sendiri! tanpa kau!"
Terdengar helaan napas Ahn Chung Ae nyaring. Gadis itu memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. "Aku pusing, Yehwa!" gerutu Ahn Chung Ae dengan raut wajah yang amat mengenaskan. "Dan kau membuatku semakin pusing!" Ahn Chung Ae menekan di akhir kalimat.
"Sebaiknya kau pulang, aku harus fokus, mengejar deadline," usir Yehwa kepada gadis yang kehadirannya tidak berfaefah sama sekali. Wanita temperamental ini pasti ada masalah, pikir Yehwa. Gadis itu tahu betul mengenai sahabat baiknya, Ahn Chung Ae. Ahn Chung Ae merupakan pribadi yang sulit ditebak. Namun, tidak untuk Yehwa. Yehwa bisa membaca pikiran Gadis itu.
"Baekhyun tidak menjemputku." Bahu Ahn Chung Ae seketika melorot.
"Kakimu baik-baik saja, 'kan? mengapa kau jadi bergantung pada orang itu?" cibir Yehwa tak terima. Gadis itu sendiri yang bilang kepadanya kalau ia tidak menyukai sahabat kecilnya, Byun Baekhyun. Apa ini yang artinya munafik?
"Aneh saja, biasanya ia yang memaksa menjemputku. Sudah seminggu tidak bertukar pesan." Ahn Chung Ae kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Baekhyun. Perdebatan malam itu. Itulah yang bisa ia tangkap. Namun, memorinya kembali memutar dimana ketika gadis itu membaca pesan dari Taeyeon untuk Baekhyun. 'Seperih inikah?' gadis itu menggerutu di dalam hati. "Aku seperti kehilangan sesuatu," katanya, lalu bangkit dari kursi kafe dan berlalu meninggalkan tempat itu.
Ahn Chung Ae mendukkan bokongnya pada bangku halte kampus. Ia pikir ia harus naik bus siang ini. Ia benci naik bus, mual dan membosankan. Gadis itu sedaritadi mengecek ponselnya yang terasa dingin, tidak ada satupun pesan yang masuk. Ia berharap ada pangeran yang menjemputnya dengan kereta kencana, seperti di film kartun yang sering dilihatnya di televisi. Romantis sekali. Namun, sepertinya itu hanya angan-angan. Mengingat dirinya jomlo, ia sedih dan merasa nista sekarang.
Sudah lebih dari dua bus yang melewatinya. Ahn Chung Ae sama sekali tidak berminat untuk memberhentikan angkutan umum itu. Sungguh, ia benci naik bus. Dan benci Baekhyun tentunya. "Ck, dasar labil! pria macam apa!" desis wanita itu tak tertahan. Ia muak dengan Byun Baekhyun sekarang. "Sayang darimananya? bullshit!" maki Ahn Chung Ae kesal. Tentu saja ditujukan untul laki-laki sialan disana. Laki-laki itu pernah mengatakan kalau ia mencintai Ahn Chung Ae. Bukan ucapan yang Ahn Chung Ae butuhkan, melainkan bukti dan tindakan.
"Permisi, butuh tumpangan?"
Ahn Chung Ae segera bangkit dan menyambar gagang pintu mobil yang terparkirdi hadapannya lalu membukanya. "Tahu saja, hehe," tawa gadis itu setelah bokongnya mendarat pada jok mobil dan menutup pintunya.
"Pakai seatbelt-nya, kalau kau tak mau mati, aku akan mengebut."
Seperdetik berikutnya Lu Han meringis kesakitan karena lengannya dicubit dengan tenaga penuh oleh Ahn Chung Ae. "Mati saja sendiri! jangan mengajakku!"omel gadis itu sedikit menohok. Dan Lu Han tertawa keras, membuat Ahn Chung Ae ingin menjambak rambutnya yang bergerak-gerak. "Dasar idiot!"
"Yang penting tampan," kata Lu Han membela diri. "Kau mau bilang aku jelek, baiklah, jangan lupakan kau pernah memuja ketampananku di hadapan Sana, teman SMA mu."
Lu Han kembali berujar ketika Ahn Chung Ae sudah bersiap membuka mulutnya lebar-lebar untuk menghujatnya. Lalu ia tertawa puas.Benar benar cowok itu!
"Lajukan mobilnya!"
***
"Aku sudah memerintahkanmu untuk mengantarkan ke apartemennya, mengapa kau membawanya ke sini, Lu Han-ssi?" bisik Baekhyun kepada Lu Han ketika mendapati laki-laki itu bersama Ahn Chung Ae. "Tidak usah membantah, aku menyuruhmu karena sebagai atasanmu, bukan sahabatmu," desis Baekhyun pelan, menghindari Ahn Chung Ae agar tidak mendengarkan percakapannya dengan Lu Han.
"Oh, maafkan aku, Tuan Byun Baekhyun! tapi aku sengaja." Akhir kata Lu Han sebelum benar-benar meninggalkan Baekhun. Baekhyun ingin menyatakan perang dengan pria itu.
"Sialan," umpatnya tak tertahan sampai Ahn Chung Ae dan sekretarisnya yang berada di ruangan Baekhyun menoleh.
'Mengapa mereka seperti ingin menerkamku,' batin Baekhyun menduga-duga.
"Baek, boleh aku berbicara?" Ahn Chung Ae melirik sekretaris Baekhyun untuk memberi kode. Seakan paham, wanita berheels 7 sentimeter itu menatap kedua insan yang sepertinya tidak mengharapkan keberadaannya.
"Oh, baiklah, saya permisi, Tuan, Nuna." perempuan bertubuh molek dengan pakaian kantornya yang ketat dan bagian dada yang terbuka, meloloskan sebuah garis belahan yang memukau semua pria. Ia menunduk 90 derajat sebagai bentuk penghormatan. "Permisi."
"Perlu kubelikan baju yang sedikit tertutup?" kata Baekhyun menghentikan langkah gadis itu. Ekspresi wajah tidak senang Baekhyun nampak sekali. Bukan malah tergoda. Oh baiklah, pertanyakan pada Baekhyun, apakah ia masih berstatus pria normal.
"Baiklah, akan kuganti pakaianku," ucap gadis itu diakhiri seulas senyuman. Cantik, manis, tinggi, nyaris sempurna. Sayang, Baekhyun tidak tertarik sama sekali.
Selepas kepergian sekretaris Baekhyun, suasana ruangan yang di dominasi tembok berwarna putih polos ini menjadi tegang. Ahn Chung Ae menyesal menyuruh sekretaris Baekhyun pergi.
"Baek, kau yakin?"
"Untuk?"
"Pertunangan, pernikahan," kata Ahn Chung Ae ragu-ragu. Sebenarnya ia malas sekali membicarakan ini. Ia tahu bagaimana nanti reaksi Baekhyun. Ia tipikal orang yang kukuh akan pilihannya.
"Kau tahu jawabanku."
Tepat sasaran. Ahn Chung Ae menghela nafas gusar. Pria itu benar-benar keras kepala. "Aku tidak bisa, aku tidak mencintaimu, Baek," alibi Ahn Chung Ae. Sudah berapa kali wanita itu katakan, dirinya tidak ingin membebani Baekhyun. Menerima pertunangan ini hanya mempersulit keadaan. Ini tidak baik, untuk hatinya, hati pria itu, dan hati wanita disana. Ahn Chung Ae tahu.
"Cukup, Ae-ya!" Baekhyun marah. Bukan karena ia ditolak mentah-mentah oleh wanita itu. Namun karena Ahn Chung Ae yang selalu berhasil memanipulasi semua orang. Seakan hatinya baik-baik saja. Baekhyun benci kebohongan. "Kau akan tetap menjadi istriku! Ahn Chung Ae! kau calon istriku!"
Tbc.
Vote ya! Kritik dan saran sangat dibutuhkan. Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain · Byun Baekhyun
General Fiction[Plot twist] Sesuai hukum alam, ketika cinta dipaksakan, maka haruslah salah satu terluka. "Ketika dinding kepercayaan yang kubuat telah berdiri kokoh, kau mengahantamnya, Byun Baekhyun!"