"Baek, angkat ponselmu!" teriak Ahn Chung Ae dari sudut ruang tengah. Tepatnya ia tidur bersantai di sofa. Sudah lebih dari 5 kali suara ponsel milik Baekhyun menginterupsi ruangan ini. Baekhyun hanya mendecak berkali-kali sebagai respon. Ahn Chung Ae sangat berisik. Membuat Baekhyun sedikit pening. Oh ayolah, laki-laki itu harus bekerja penuh hari ini. Mengingat hari pertunangannya dengan Ahn Chung Ae tinggal menghitung hari.
"Kau tidak lihat? aku sedang bekerja, Ae-ya. Mengertilah," jawab Baekhyun yang masih berkutat dengan notebook-nya. Tipikal laki-laki pekerja keras. Idaman semua wanita? tentu saja, siapa yang tidak menginginkan sosok Byun Baekhyun. Pengusaha muda yang sedang berada pada puncak kejayaannya. Tampan dan setia. Mungkin.
"Ck, perlu aku yang mengangkat?" Ahn Chung Ae menyambar benda kotak yang terletak di atas meja. Bukan lancang, gadis itu hanya terganggu dengan suara ponsel yang menggema di setiap sudut ruangan. Baekhyun memang menyebalkan, tidak bisa membiarkan wanita itu sedikit ketenangan. Tiada hari tanpa merecoki Ahn Chung Ae.
"Kim Taeyeon. Barangkali penting," desis Ahn Chung Ae sedikit jengah. Lalu menyodorkan benda persegi itu kepada Baekhyun. Itu privasi Baekhyun, Ahn Chung Ae menyadari dirinya tak mempunyai hak atas itu.
"K-kim Taeyeon? darimana wanita itu tahu nomor ponselku?"
'Bodoh! alibimu sama sekali tidak bermutu, Baek. Tolol!' batin Baekhyun tak karuan.
"Oh, ya? kau terlihat panik, Baek? kenapa?" Ahn Chung Ae bergerak mengayunkan kakinya menuju laki-laki disana. Ia tahu Baekhyun memang payah soal beralibi. Jelas sekali laki-laki itu tidak terbiasa berbohong. Matanya, bahasa tubuhnya, sama sekali tidak mau berkompromi dengan otak sialan Baekhyun. "Jadi kau mau mengangkat teleponnya atau tidak? atau aku yang mengangkat?" tanya Ahn Chung Ae sekali lagi untuk memastikan. Bolehkah ia berkata ia jengah saat ini. Tangannya pegal memegangi benda yang terus bergetar itu. Sialan memang, Byun Baekhyun.
"Reject."
"Ck, kalau mau mengangkat, angkat saja, aku bisa keluar." Ahn Chung Ae kembali ke tempat semula dan menjatuhkan tubuhnya kasar di atas sofa. Kali ini perempuan itu benar-benar jengah. Jengah denga alibi Baekhyun yang malah membuat wanita itu kesal sendiri. Sudah berapa kali Chung Ae katakan, Baekhyun kecil tidak suka berbohong. Sedangkan Baekhyun yang sekarang menjelma menjadi pembohong amatir seperti ini. Payah.
Baekhyun mematikan notebook yang sedari tadi digenggamnya. Sudah berjam-jam benda itu tidak terlepas dari tangan Baekhyun. Membuat permukaan telapak tangan laki-laki itu sedikit berkeringat. Dan pelipisnya yang seketika ikut berkeringat sekarang. Entah kenapa. "Kita sedang berdua, jangan membawa orang lain, aku sedang ingin bersamamu, Ae-ya." Baekhyun berjalan melewati meja ruang tengah ke sofa. Tempat dimana Ahn Chung Ae menidurkan tubuhnya.
Ingin sekali Ahn Chung Ae menjambak rambut Baekhyun sampa rontok dan tak bersisa. Ahn Chung Ae benci Baekhyun. Sungguh, ia benci laki-laki munafik semacam Baekhyun. Wajahnya, hidungnya, matanya, rambutnya, tubuhnya, nyaris sempurna seperti pangeran di serial romeo dan juliet. Tidak untuk hatinya. Chung Ae benci Baekhyunnya yang sekarang. Tapi, aura polos laki-laki itu membuat Chung Ae tak henti-henti memujanya. Dan mencintainya.
"Kemarikan ponselku!" Baekhyun merebut benda yang selalu menjadi kesayangannya. Ahn Chung Ae hanya mendengkus sebal seraya mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Bukan tanpa sebab, Baekhyun yang mendesaknya. Sudah gadis itu katakan, Baekhyun itu pengganggu. Garis bawahi.
"Kau bisa duduk di sana, Tuan Byun Baekhyun!" protes Ahn Chung Ae sebal, jari telunjuknya menunjuk sofa di seberangnya. Namun laki-laki bernama lengkap Byun Baekhyun itu malah menertawainya. Dimana letak kelucuannya, jika Ahn Chung Ae boleh bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain · Byun Baekhyun
General Fiction[Plot twist] Sesuai hukum alam, ketika cinta dipaksakan, maka haruslah salah satu terluka. "Ketika dinding kepercayaan yang kubuat telah berdiri kokoh, kau mengahantamnya, Byun Baekhyun!"