Byun Baekhyun menutup kancing kemejanya satu persatu. Lantas Ahn Chung Ae membalutkan setelan berwarna hitam pekat senada warna rambut suaminya itu, lalu melingkarkan dasi marun bermotif polos pada leher Baekhyun. Sekejap ia menatap suaminya, kemudian mengulas senyum. 'Baekhyunku yang menawan,' puji gadis itu dalam lubuknya.
Baekhyun menangkup wajah gadisnya "Terimakasih," kata Baekhyun mencium kening istrinya dengan lembut. Tak dapat dipungkiri, mereka seperti pasangan baru yang sangat bahagia. Untuk saat ini.
Baekhyun mendudukkan bokongnya pada sofa setelah merampungkan aktifitasnya. Ia menyesap kopinya yang masih sedikit panas. Manis, seperti senyum lugu gadis itu di pagi hari. Sangat nikmat dan pas di indera pengecap lelaki itu, terlebih mengingat Ahn Chung Ae membuatnya dengan penuh sayang.
Aroma machiato menguar bersamaan asap tipis yang menyembul, menyentuh hidung mungil Baekhyun di atasnya, menimbulkan sedikit embun di sana. Memfilosofikan kedamaian di pagi hari, sama seperti hati Baekhyun yang tenteram saat ini. Nyaman, sampai Baekhyun lupa akan dosanya. Sungguh pria itu tak ingin membahasnya sekarang, walau lambat laun seseorang akan tahu. Dan ia harus menerima konsekuensinya. Kata Baekhyun itu urusan belakangan.
"Luhan bilang akan ke sini nanti," celetuk gadis bermarga Ahn itu membuat Baekhyun sedikit terkesiap. Baekhyun beranggapan bahwa gadis itu masih lupa ingatan. Namun sepertinya memori igatan gadis itu telah kembali. Baekhyun bahkan tak berhak kecewa. "Kenapa menatapku seperti itu?" tanyanya karena Baekhyun terlihat aneh.
Jujur saja kuping Baekhyun sedikit sentimental mendengar nama itu. Ia tak memiliki cukup alasan untuk berteman dengan si Luhan Luhan atau siapa lah Baekhyun tak perduli namanya. Atau memang ia benci. Lebih tepatnya opsi yang kedua, sudah jelas, bukan? "Dia tak cukup nganggur untuk menemuimu, Ae-ya," dalih Baekhyun lalu bangkit mengambil ponsel dan tasnya. Ingin bergegas ke kantor. "Kau bisa pergi ke minimarket bersama Yehwa, aku tak bisa mengantarmu," lanjut Baekhun lalu beranjak karena teleponnya berdering sedari tadi.
Ahn Chung Ae memberingsut, sedikit kecewa. Namun apa boleh buat? Baekhyun harus mencari nafkah.
"Baek?" panggilnya ketika Baekhyun telah sampai di ambang pintu. Lelaki itu sibuk memeriksa ponselnya, berisi beberapa panggilan tak terjawab dari seseorang yang sama.
Si empu pun menoleh lantas tersenyum, "Nanti kuhubungi setelah sampai di kantor," ucap Baekhyun selembut mungkin, tak ingin menyakiti hati Ahn Chung Ae. Lagi dan lagi.
Ekspresi kelam gadis itu memudar dengan kilat. Benar. Ucapan Baekhyun bak dumolid. Menenangkan. Namun, menimbulkan ketergantungan jika ia tak dapat mengantisipasinya dengan baik. Seperti saat ini, jantungnya meronta-ronta meminta dikeluarkan.
Baekhyun tersadar, Luhan menghubunginya sedari tadi. Lalu pria itu bergegas hendak menuju lift.
"Baek!" Ahn Chung Ae berlari mengikuti langkah Baekhyun. Sementara pintu elevator nyaris tertutup rapat.
Gadis itu terengah, nadinya bergemuruh tak beraturan. Ia merapatkan kelopak matanya, merasakan sesuatu yang hangat dan menenangkan tepat di telinga gadis itu. Detak Jantung suaminya, masih sama seperti dulu. Gadis itu menghela, sulit, hingga tersenggal-senggal. Namun, ia hanya ingin memeluk Baekhyun sebentar saja. Sungguh, gadis itu merindukan Baekhyunnya.
"S-se-se-ben-tar-sa-ja."
Seakan waktu terhenti. Mengapa Baekhyun terbuai? Sementara nasib perusahaannya sedang di ujung tanduk sekarang?
"Yaaa, kau merindukanku?" kata Baekhyun memotong setiap jarak yang ada. Ia mempererat pelukannya. Telapak tangannya bergerak membelai rambut gadisnya yang halus bak sutera.
Ahn Chung Ae mengangguk jujur. Lalu tangannya mengulur dan menangkup wajah pria itu, kemudian memberi kecupan hangat di bibir Baekhyun. Meninggalkan sedikit noda berwarna pink di sana.
"Kau milikku, Baek! tak ada yang boleh mengambil bibir itu dariku!" tegas gadis itu tak berhenti mengusap pipi Baekhyun yang mulus itu merona bak buih soju.
'Sial!' gadis itu memaki, ia paling tak tahan dengan seringaian suaminya itu. Terlalu seduktif.
Baekhyun tersenyum palsu, hendak memberi janji, namun ia benar-benar tak sanggup untuk saat ini, ia tak cukup baik untuk gadis selugu Ahn Chung Ae. Bibirnya seakan terkunci rapat-rapat. Setidaknya senyumnya akan membuat gadis itu yakin kepadanya, untuk saat ini saja, pikir Baekhyun berasumsi sekaligus berharap. "Anggap saja begitu," tiga kata tersebut akhirnya menjebol benteng Baekhyun. Di hatinya tersenyum miris, gadis itu pun sedikit kecewa. Namun ia tak masalah, setahunya begitulah perangai suaminya yang cuek.
Lagi-lagi Baekhyun melengkungkan bibir tipisnya, lidahnya bergerak menyapu bibir merah tanpa lipstik milik Baekhyun. Sedikit basah, namun profokatif untuk gadis normal semacam Ahn Chung Ae. Gadis itu ingin menyerapah karena Baekhyun terus bersikap tampan. Membuatnya kesal.
Seperdetik kemudian Baekhyun menyambar benda kenyal itu dengan cepat. Tak memberi jarak satu mili pun. Menyapu bibir gadisnya yang kering karena tak ber make up. Tak apa bagi Baekhyun, gadis itu tetap cantik walaupun tak berias, apalagi jika tak berbusana. Baekhyun menghentikan aktifitasnya mengingat sesuatu yang teramat menyanangkan di masalalu.
Ahn Chung Ae membuka kembali kelopak matanya yang baru beberapa detik memejam. Baekhyun sungguh jahat!pikirnya karena menyela dengan tiba-tiba. Lantas gadis itu menarik pinggang Baekhyun cukup kuat, membuat si empu sedikit terkesiap. Ahn Chung Ae tersenyum, degub jantung Baekhyun bahkan terdengar hingga indera pendengaran gadis itu. Menyenangkan.
Baekhyun melumat bibir gadisnya, tak perduli si empu menolak atau bahkan menerima dengan senang. Tampaknya lebih kepada opsi kedua, gadis itu membuka kesempatan bagi Baekhyun. Pria itu menangkup wajah Ahn Chung Ae dengan kedua tangannya yang terbebas. Bibir mungilnya menyapu habis milik Ahn Chung Ae. Nafasnya terdengar memburu, namun cukup menyenangkan bagi gadis itu, membuatnya tak ingin berakhir singkat. Baekhyun memperdalam perlakuannya, bahkan Baekhyun tak perduli Ahn Chung Ae akan kehabisan tenaga untuk mengimbangi permainannya. Serakah dan egois. Namun, begitulah perangai lelaki Byun itu. Yang tentu disukai oleh istrinya.
'Dari segi manapun Baekhyun selalu terlihat tampan,' seringai Ahn Chung Ae ketika membuka mata. Irisnya menatap bulu mata Baekhyun yang tampak tebal. Dengan rambut poni yang menutupi kedua alis pria itu.
Lalu gadis itu berhenti. "Pergilah, teleponmu tak berhenti berdering," titah Ahn Chung Ae membenarkan poni Baekhyun yang menutupi matanya. Tangannya bergerak mengencangkan dasi Baekhyun guna merapikan. Dan ia membubuhkan sapu tangan ke saku jas Baekhyun, lalu berkata, "Tak baik jika bibirmu terlalu berkilah," lantas terdengar tawa ringan gadis itu setelah membalikkan tubuhnya karena tersipu.
Baekhyun mengangkat bahunya tak mengerti.
Pintu elevator pun terbuka tepat waktu.
"Tunggu aku pulang, sayang." Baekhyun di akhir kata.
there're times when you go back, Baek
I will wait💓....
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain · Byun Baekhyun
Aktuelle Literatur[Plot twist] Sesuai hukum alam, ketika cinta dipaksakan, maka haruslah salah satu terluka. "Ketika dinding kepercayaan yang kubuat telah berdiri kokoh, kau mengahantamnya, Byun Baekhyun!"