07. Playing With Fire

1.7K 209 8
                                    

"Sudah lama menungguku, Noona?" Baekhyun mendaratkan bokongnya di kursi berkaki besi. Maniknya masih setia memandang ciptaan Tuhan yang indah tepat di hadapannya. "Maaf, aku ada urusan mendadak kemarin."

"Tanpa menghubungiku?" Perempuan itu sibuk dengan ponselnya. Ia malas bertatap dengan Baekhyun, namun ia merindukan laki-laki itu.

Baekhyun tersenyum. Manis sekali. Tangannya beregerak menyentuh wajah mulus wanita itu, kebiasaan itu tidak bisa di hilangkan sejak dahulu. Baekhyun meraih ponsel yang sedari tadi di genggam perempuan berlipstik merah marun itu dan hendak menciumnya. Namun urung ketika pelayan kafe itu datang dengan buku menu di pelukannya, "Selamat pagi, mau nemesan apa, Tuan, Nuna?" sapanya ramah.

Baekhyun menerima buku menu yang disodorkan pelayan kafe tadi," Aku tteokbokki dan frappuccino. Kau?" Baekhyun melirik Noona-nya.

"Samakan saja," ketus gadis yang lebih berumur dari Baekhyun. Jangan salah, wajah gadis itu nampak seumuran dengan Baekhyun. Hanya saja perempuan itu lebih jarang tersenyum akhir-akhir ini. Baekhyun sampai bingung.

"Baiklah. Permisi, Tuan, Nuna?"

Pelayan itu menghilang seperdetik berikutnya. Kafe itu cukup sepi karena masih pagi sekali. Alasan Baekhyun meninggalkan apartemen pagi buta bukanlah tanpa sebab. Sudah jelas lelaki itu menghindar bertemu Ahn Chung Ae. Bekhyun merasa tidak enak hati kepada perempuan itu, ia menggores luka. Lagi.

"Bagaimana dengannya?"

"Jangan bicarakan orang lain, aku hanya ingin bersamamu, Nuna." Baekhyun kembali mencetak senyumnya yang memabukkan itu. Jujur saja, wanita dihadapannya selalu terpaku akan keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini. Tampan.

"Kau tidak sibuk, 'kan? ke apartemen ya?"

Baekhyun tampak menimbang sebelum mengiyakan tawaran gadisnya. Sesungguhnya ia memang sudah mendambakan quality time bersama wanita ini. Sungguh, Baekhyun merindukan sentuhan manja gadisnya.

"Taeyeon?"

***

Ahn Chung Ae terbangun karena perutnya serasa diserbu ribuan cacing yang minta dipakani. Karena perdebatan semalam menguras banyak energinya. Ahn Chung Ae bangkit dengan mata masih terpejam. Kelopaknya atas dan bawahnya seperti dilem kuat-kuat. Ia sudah menguap beberapa kali tetapi tetap saja rasa kantuknya tidak berkurang sedikitpun.

Jduk

"Argh! Sejak kapan temboknya berada disini!" Pekik Chung Ae, kedua matanya sudah terbuka lebar. Yang ditangkap oleh retinanya adalah beton kokoh dihadapannya. "Baekhyun, memindah temboknya?" Wanita itu benar-benar belum sadar.

Chung Ae menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal. Maniknya mengamati ruangan bernuansa abu-abu ini, setelah menemukan sesuatu ia segera beranjak dari hadapan tembok yang Chung Ae kira bisa berjalan itu. Bodoh sekali.

"Benarkah? tidak ada yang lebih baik dari tomat dan apel busuk?" ejek Chung Ae spontan. Tidak habis pikir, kulkas dengan empat pintu dengan isi dua buah makanan tidak berguna itu. 'Sialan,' batin gadis itu jengkel.

Ahn Chung Ae kembali menghempaskan tubuhnya kasar pada kasur. Padahal oa lapar sekali, dan di saat seperti ini Baekhyun malah menghilang. Gadis itu mengambil ponselnya kasar di atas nakas. Tanpa sengaja ia menyenggol sesuatu yang terasa membakar permukaan kulit tanggannya. "Siapa yang membeli?" gumam Chung Ae lalu disusul hentakkan bahunya.

Tidak perduli, intinya ia lapar sekarang.

Chung Ae menyumpalkan Tokkebi Hot Dog ke dalam rongga mulutnya, tentunya barusan ia cuci muka terlebih dahulu. Ahn Chung Ae bukan berkepribadian jorok, ia rapi dqn disiplin dalam hal apapun. Bahkan dalam hal mengunyah makanan, sebelum 30 kali kunyah makanan itu masih tetap bersarang di dalam mulutnya. Dan menelannya kemudian.

Refrain · Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang