03. Give me Happiness?

2K 262 17
                                    

Manik sipitnya membulat sempurna. Entahlah, Chung Ae tahu betul laki-laki itu memang terkejut. Disisi lain, dirinya yang mati-matian menyembunyikan makian dan serapahan untuk wanita yang kian erat memeluk Byun Baekhyun secara posessive. Perempuan bermarga Ahn itu mengukir wajah datarnya seolah tak perduli. Berbanding terbalik dengan suasana hatinya yang bising menyuarakan luka yang terdengar menyakitkan itu. Ralat, itu memang menyakitkan bagi Ahn Chung Ae.

Matanya mengerling, otaknya tersadar setelah beberapa detik kemudian. Menampakan seulas simpul pada bibir mungilnya menghadap pada dua orang yang terlihat bahagia di sana. Pemandangan indah itu begitu mencekik ulu hatinya. Katakan bahwa wanita itu sedang bermimpi sekarang? Bangunkan ia segera!

Apa kau tidak melihatku disini, Byun?

Bahkan pria itu tak segan memeluk Kim Taeyeon. Haha, terdengar jenaka bukan? Sebenarnya kau ini mencintai siapa, Byun Baekhyun? Ahn Chung Ae atau Kim Taeyeon-mu itu? Hmm? Sudah pasti jawabannya adalah opsi nomor dua. Apakah dugaanku benar?

"Jika kau membutuhkanku hubungi saja nomorku! Permisi!"

Ahn Chung Ae memutar tungkainya sesegera mungkin. Di raihnya tas gemblok yang sempat dijatuhkan tepat pada sudut meja kerja Byun Baekhyun. Bulir itu menetes secepat kilat seperdetik setelah ia berhasil menyembunyikan wajahnya dari hadapan dua manusia terkutuk bagi Ahn Chung Ae. Kian deras hingga membentuk banyak anakan sungai yang membuat pipi wanita itu memerah dan memanas. Seperti suasana hatinya yang terbakar seperti sekarang ini.

Chung Ae perlahan menyapu kedua bukit beranak sungai itu. Tak sepantasnya ia berharap lebih untuk seseorang berpemilik disana. Salahkan dia yang telah jatuh terlalu dalam pada jurang tak berujung yang disebut cinta. Tak bisa dipungkiri, hatinya terlalu lelah untuk ini. Hingga kapan tahu dia akan menjadi pejuang tanpa balasan sepadan. Yang ada pada prinsipnya, Tuhan selalu adil.

"Ae-ya! Tunggu."

Decitan sepatu itu tidaklah memperbaik keadaan. Kau tahu, Baekhyun? Itu hanya membuat wanita itu berharap lebih darimu, bodoh! Belum sempat ia melarikan diri dari tempat yang bahkan hampir disumpahinya mirip neraka jahanam. Sedikit berlebihan memang, namun apa ungkapan yang lebih pantas? Ia hanya tidak ingin mati tercekik oleh pemandangan sialan itu.

"Temani aku disini!"

Entah sejak kapan eksistensi pria itu beralih. Kini ia yang tengah mendekap Ahn Chung Ae erat-erat, membiarkan lengannya berleluasa melingkar sempurna pada tubuh Ahn Chung Ae. Pundak wanita itu dijadikan topangan dagu bagi Baekhyun. Oh Shit! Bagaimana ia bisa seberengsek ini? Jelaskan!

Whoa, bahkan ia tidak merasa malu melakukan hal segila ini di hadapan wanita berias tebal dengan cepol rambut dan pakaian kantornya yang minim itu, Tera. Ia menonton aksi Byun baekhyun? Bagaimana? Mengapa ia tidak jadi aktor saja? Bukan ide yang buruk, kan?

"Baek!" pekik perempuan di belakang sana yang tak kalah terluka dari Ahn Chung Ae. Gurat wajahnya menampakkan kekesalan dan amarah yang membuncah ruah. Ingatkan padanya, bahwa Baekhyun bukan lagi kekasihnya. Sekian lama berpisah tanpa berkomunikasi. Baekhyun juga terluka, mengingat Taeyeon adalah cinta pertamanya.

Pelukan itu meregang perlahan setelah apa yang didengar Baekhyun barusan, membuat si empu yang sempat dijadikan tumpuan dagu pria labil itu beringsut kecewa. Hati Baekhyun tertohok, bagaimana ia bisa setolol ini. Secara tidak langsung Baekhyun telah memberi setitik harapan bagi keduanya. Jika Tuhan mengizinkan, bolehkah Baekhyun berlaku posessive terhadap keduanya? Jangan salahkan Baekhyun untuk saat ini. Keadaan yang memaksanya seperti ini.

"Permisi!"

Tanpa memperdulikan dua onggok daging hidup di belakangnya itu, Ahn Chung Ae menggertakkan sepatu flat-nya pada porselen dan berlalu keluar dari ruangan itu. Beserta isak dan bulir bening yang tidak henti-hentinya mengguyur dua bukit disana. Manik indahnya tak lagi berpendar terang. Redup, seakan mengerti suasana hatinya yang tengah kacau.

Isakannya semakin menyeruak bersamaan udara dingin yang menyelimuti lingkupnya. Didudukkan bokongnya pada bangku taman yang ada tak jauh dari gedung megah itu. Setelah bermenit-menit berlari tertatih menuruni anak tangga dan menahan malu di lobby kantor, ia tak mau bertemu seseorang di lift nantinya atau bahkan pegawai resepsionist. Ia harus mengorbankan kaki yang tenaganya bersisa sedikit itu untuk menuruni anak tangga.

"Bagaimana kau bisa melakukan hal sebodoh itu terhadapku, Byun!" gumamnya disertai isakan. "Kupertanyakan fungsi otakmu sekarang! Kau tidak bisa melakukan ini, berengsek!" ujarnya tegas dengan suara paraunya. "Apa kau gila? Kau memang gila, Byun Baekhyun! Sialan." Tak henti-henti perempuan Ahn itu bermonolog guna menyerapahi pria berotak dangkal di sana. Apa yang ada di pikirannya? Ahn Chung Ae tak habis pikir.

Mengapa kau membuatku selalu dalam posisi sulit?

Hatinya merutuk kesal. Apa perlu ia menghilang dari muka bumi ini demi kebahagiaan dua manusia di sana. Jujur, bahkan Ahn Chung Ae saja tidak pernah menuntut kebahagiaannya sendiri. Yang terpenting baginya adalah, Byun Baekhyun! Namun entah yang diprioritaskannya berlaku demikian pula atau bahkan tidak perduli sama sekali? Entah. Ia bingung.

"Tidak ada pertunangan, apalagi pernikahan, aku akan memastikan kau bahagia bersama wanita pilihanmu, Byun!" Isaknya tak tertahan, bulir itu telah membanjiri pakaiannya yang kini sudah banyak bercak karena basah.

Lagi-lagi hatinya serasa digigiti sampai habis. Ingin ia meronta kepada sang penentu takdir. Pernikahan itu memang sangat didambakannya sejak dulu. Bersanding dengan orang yang kita cintai? Terdengar manis dan menggiurkan bukan? Namun egonya luruh seketika, perasaannya jauh lebih peka mendominasi hati yang terdalam. Cinta merupakan hal alamiah dan tentunya tidak dapat dipaksakan. Ahn Chung Ae tidak berhak memaksa cintanya. Bukan begitu?

"Tidak baik murung begitu, Noona cantik."

Ahn Chung Ae memutar lehernya membentuk sudut siku-siku, mendapati pria bersetelan jas abu-abu berdiri di sampingnya dengan tatapannya yang intens dan menyejukan. Tatapan itu masih sama sejak dulu. Tidak pernah berubah barang sedikitpun.

"Sejak kapan kau di sini? Mengagetkan!" sarkas Ahn Chung Ae galak.

"Sejak aku melihatmu keluar dari ruangan bosku."

Astaga, Lu Han ini CEO di perusahaan itu. Aku hampir lupa.

Laki-laki itu mengayunkan bokongnya hingga mendarat pada bangku yang sama dengan bangku yang Ahn Chung Ae duduki. Matanya menghadap lurus ke depan, menerawang rerumputan yang terkibas-kibas karena angin. Wajah pria ini terlihat gagah jika dilihat dari sudut pandang Ahn Chung Ae. Ya, ia memang tampan dan, uhm.. menawan. Namun kadang kala ia juga terlihat cantik dan feminin disisi lain ia terkesan mainly. Jika ia seorang perempuan, Ahn Chung Ae jelas kalah telak olehnya.

"Jadi benar kau akan jadi Nyonya Byun? Whoa, beruntung sekali. Seandainya kau belum jadi calon istri orang, aku sudah melamarmu," ocehnya yang berujung tatapan sadis dari sosok wanita yang diyakini telah sukses move on darinya. Haha, kasihan sekali Lu Han. Seandainya Baekhyun mengizinkannya pergi menemui Lu Han malam itu, pasti tidak akan berakhir seperti ini. Mereka akan tetap mempertahankan hubungannya yang sudah berjalan lama itu.

Ulah siapa ini? Baekhyun.

"Kau ingat Kim Taeyeon, Lu? Ia kembali."

Lu Han mengalihkan atensinya menuju orang yang tak asing di dunianya. Orang yang hampir menjadi bagian penting hidupnya, sebelum Byun Baekhyun yang menghancurkan semuanya.

"Hah? Jadi benar yang ku lihat waktu lalu di bar, dia Kim Taeyeon." Bibir tipisnya membentuk huruf O bersamaan ekspresi wajahnya yang nampak benar-benar terkejut dan tak percaya, "Bersama~ pria! Aku tidak mengenalinya, dia bule," jelasnya antusias. "Dan~ aku sempat melihat mereka berciuman." Lalu Lu Han menatapku.

Tunggu! Tolong terjemahkan apa arti kalimat ketiga?

Hai, gue tahu ini cerita enggak jelas banget. Gue mohon koreksinya ya gaes. Entah ini ada yang baca atau tidak tapi gue tetep update aja :)

Refrain · Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang