Jam makan siang tiba, seluruh staf dan karyawan hingga CEO sekaligus menghabiskan waktunya di kafetaria dekat Byun Corp. untuk memanjakan perutnya yang lapar. Lu Han telah tiba di sana tepat pada meja dengan number tage 02 yang berada di sudut bagian depan kafetaria itu. Waktu sudah menunjukan pukul 9 lebih 30 menit, yang berarti waktu istirahatnya telag terpotong setengah jam. Namun gadis yang ia tunggu-tunggu belum juga terlihat batang hidungnya.
"Ck, buang-buang waktu saja," rutuk Lu Han kesal. Laki-laki itu memutar-putar ponsel pintarnya. Ia gamang, harus menghubungi Ahn Chung Ae atau tidak.
Tak lama, dering ponsel Lu Han berbunyi. Laki-laki itu lalu melihat Id Call yang tertera, Monkey.
Monkey is calling...
"Jangan katakan kau tidak bisa datang," cerca Lu Han sarkastik setelah menggeser tombol hijau pada layar ponselnya. Ia sudah terlanjur kehilangan mood-nya hari ini karena gadis itu. "Kau tak tahu, Ae-ya, aku menunggumu seperti orang bodoh!" serapahnya tanpa ampun.
Ahn Chung Ae menghela nafas dari seberang, ia tahu Lu Han akan seperti ini. "Aku akan ke Jeju, Lu. Mianhae, mungkin setelah kembali aku akan menemuimu," ujarnya menghibur. Mau bagaimanapun juga ia sudah berjanji dengan Lu Han, ia tidak akan mungkin melupakannya. Lu Han adalah bagian penting dari hidupnya dan telah berperan banyak untuk kisah percintaannya.
Lu Han terhenyak, "Jeju? Untuk apa? Dengan Baekhyun?" tanya Lu Han berbondong-bondong. Sungguh, sebenarnya Lu Han sangat malas menyebut nama si Bajingan itu.
"Ya," jawab Ahn Chung Ae cepat. "Maaf," tambahnya sebelum panggilan terputus secara sepihak.
"Lu? Aish, dimatikan!"
...
Lu Han kembali ke singgasananya dengan hati berkecamuk. Entah mengapa dirinya merasa dikhianati kali ini. Benar memang Lu Han masih menyimpan perasaan kepada Ahn Chung Ae, karena pada kenyataannya memang Lu Han tidak mau membuang itu. Ia ingin selalu mencintai gadis yang pernah menjadi miliknya dulu, namun cukup dirinya sendiri yang tahu.
Laki-laki itu menyesal telah mematikan sambungan telepon dari Ahn Chung Ae beberapa menit yang lalu. Lu Han merindukan gadis itu, sungguh. Pada akhirnya Lu Han hanya menggeser-geser layar ponselnya, mencoba mencari sesuatu yang dapat membuat hatinya sedikit membaik. Ia membuka aplikasi galeri dan menemukan fotonya bersama Ahn Chung Ae ketika masih sekolah menengah atas.
"Mr. Lu? Mr. Byun memanggilmu."
Pintu ruang kerja Lu Han terbuka. Menampakan seorang gadis cantik nan molek yang sudah tak asing lagi bagi Lu Han. Lu Han tersenyum miring lalu bangkit sembari menbetulkan dasi hitamnya yang mengendur.
"Kau akan jatuh sebelum bertanding, Noona," cerca Lu Han dan berlalu melewati gadis itu.
Taeyeon tersenyum simpul. Lu Han bukanlah hal yang sulit menurut Kim Taeyeon. Laki-laki itu bukan tandingannya. Yang jelas, Taeyeon malas bermain-main dengan orang awam yang menganggap seakan-akan dirinya lebih hebat daripada Taeyeon.
"Sebelum diriku, kau akan jatuh terlebih dahulu, Mr. CEO." Taeyeon berujar santai sebelum Lu Han benar-benar memutar kenop pintu. "Tentu saja, dasar orang lemah," desisnya disertai smirk yang menghiasi wajah cantik gadis itu.
Lu Han hanya mengindahkan semua perkataan Taeyeon. Gadis itu sangat licik, maka Lu Han harus lebih daripada licik.
"Permisi," sapa Lu Han ketika sudah berada di depan ruangan Komisaris Byun Corp. Lu Han lantas masuk dan duduk berhadapan dengan Byun Baekhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain · Byun Baekhyun
Ficção Geral[Plot twist] Sesuai hukum alam, ketika cinta dipaksakan, maka haruslah salah satu terluka. "Ketika dinding kepercayaan yang kubuat telah berdiri kokoh, kau mengahantamnya, Byun Baekhyun!"