21. Don't Give Me an Undefinite Hope

1.4K 167 6
                                    

Ahn Chung Ae memilih menginap di rumah sakit. Sementara Baekhyun kembali ke apartemen. Ahn Chung Ae datang dengan Byun Baekhyun sejak tadi pagi untuk memantau kondisi nenek Byun yang masih sangat lemah hingga saat ini. Ada progres yang cukup membuat keluarga besar Byun menghela napas tenang. Paska operasi pencangkokkan jantung yang dilakukan semalam, nenek Byun sudah siuman sejak siang tadi.

"Ae?"

Ahn Chung Ae yang merasa terpanggil segera menuju arah datangnya suara. Nenek Byun memanggilnya. Tak ada siapapun di ruangan ini kecuali dirinya dan wanita ringkih yang masih berbaring lemah di ranjang dengan alat bantu medis yang senantiasa menempel pada tubuhnya saat ini.

Nenek Byun mengulas senyum hangat dan mengisyaratkan gadis yang sudah ia anggap sebagai cucunya itu untuk duduk di hadapannya. Ahn Chung Ae kemudian membalas senyuman kecil nenek Byun yang jarang sekali gadis itu dapatkan dari sosok wanita paruhbaya ini. Ada sesuatu yang hangat menjalar ke seluruh tubuh gadis itu.

Gadis itu nampak terpaku. Nenek Byun kembali mengisyaratkan Ahn Chung Ae untuk duduk di sisi ranjang tidurnya. "Kemari," ajaknya lembut sekali dengan tatapan teduh yang berbeda dengan sifat asli nenek Byun yang terkadang sulit ditebak. Ahn Chung Ae lalu mengangguk dan duduk di sisi ranjang menghadap sang nenek.

Nenek Byun mengulas senyum tulus. Ahn Chung Ae sungguh kembali mendapatkan sosok ibunya yang telah lama meninggalkannya. Tak ada yang lebih baik dari sosok itu. Malaikat yang selalu berada di sisi Ahn Chung Ae kapanpun dan dimanapun. Dan aneh, ia merasakan malaikatnya telah kembali saat ini. "Apa kau sering memasak untuk cucuku?" tanya nenek Byun hati-hati.

Ahn Chung Ae menelan ludahnya kasar, serasa seperti kerikil yang memaksa masuk dan menggelinding tak beraturan di tenggorokannya. Tak tahu harus menjawab bagaimana. "Ya, hanya makanan rumahan," jawabnya seadanya. Memang benar begitu, Ahn Chung Ae sudah bilang ia tidak suka berbohong kepada siapapun.

Nenek Byun mengangguk tanda mengerti. "Jangan mencampur makananmu dengan paprika, terung, lada dan jamur. Baekhyun tidak suka," jelasnya. "Dan jangan memasak terlalu asin atau manis," imbuhnya disertai ulasan senyumnya lagi.

Ahn Chung Ae tersenyum paham. Ia tahu semua itu. "Ya, Ae paham, halmeoni," jawab gadis itu tanpa ragu membuat sang nenek tersenyum sumringah.

"Baiklah, perlu kau tahu juga, Baekhyun selalu tidur tanpa pakaian."

Lagi-lagi Ahn Chung Ae tersenyum merekah. "Ae juga tahu itu, halmeoni."

"Dan satu lagi, Baekhyun juga tak pernah memakai celana dalam ketika tidur," ujar nenek Byun tanpa beban. Ia rasa Ahn Chung Ae harus mengerti semuanya, sebelum hal tidak diinginkan terjadi.

Blush! Pipi Ahn Chung Ae memerah. Entah kenapa itu terdengar sangat menggelikan sekaligus memalukan bagi gadis itu. Jujur Ahn Chung Ae bangga dengan dirinya, ia tahu semua tentang Baekhyun. Namun sepertinya itu lebih terdengar menjijikan.

Nenek Byun tertawa beberapa saat lalu ekspresi wajahnya kembali menunjukkan pada sifat dasarnya. "Kau bernasib sama sepertiku,terjerat perjodohan orang tua. Aku tak pernah menyukai kakek Byun. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, cinta tumbuh di antara kami. Aku tahu Byun menyukaimu, dan suatu saat kau akan mencintainya. Percayalah." Nenek Byun berujar tegas.

Ahn Chung Ae sempat terpaku. Ia tak tahu apapun mengenai keluarga Byun sedalam itu. Walaupun sejak kecil ia selalu bersama Byun Baekhyun. Gadis itu hanya menunduk tak mampu menjawab. 'Aku sudah mencintainya,'
hatinya berkomentar.

Nenek Byun membelai surau hitam milik Ahn Chung Ae. Rambut Ahn Chung Ae yang dibiarkan teruntai menutup dahinya, kemudian disisipkan ke daun telinga gadis itu. "Menunda itu bukan suatu hal yang baik, untukmu, maupun Baekhyun."

Refrain · Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang