"Kau selalu pulang selarut ini, Baek?"
Langkah Baekhyun sekejap terhenti, menimbulkan decitan nyaring antara porselen dan sepatu pantofel hitam senada kemeja pria itu. Dengan jantungnya yang nyaris saja mencelos detik itu juga. Sial, Baekhyun ingin menyerapah. Namun ia menghela setelahnya, istrinya telah siuman. Membuatnya sedikit lebih tenang sekarang.
Ahn Chung Ae bergerak, mengubah posisi tidurnya menjadi setengah terduduk, dengan kepala ranjang sebagai tumpuan sandarannya. Telinganya masih berdengung dan kepalanya sedikit pening membuat tangan gadis itu reflek menepuk kepalanya sendiri. "Selalu?" tanya Ahn Chung Ae lagi sambil meringis menahan sakit. Sementara Baekhyun masih enggan membuka mulutnya.
Lantas Baekhyun menoleh, bak maling tertangkap basah, lalu ia memberi senyuman kaku khas dirinya. Bibirnya yang setipis kapas, merona bak bunga sepatu. Menggemaskan. Maskot penakluk wanita yang dimilikinya selama ini. Pria itu kemudian berbaring di samping Ahn Chung Ae dengan malas, salah satu tangannya dijadikan bantal di tengkuk lehernya. Sementara manik lelaki Byun itu masih belum sanggup menatap gadisnya. Alih-alih, ia malah menerawang langit-langit. Seakan melihat bintang di sana.
Baekhyun hendak menjawab, namun hatinya enggan. Sementara tubuhnya tak mampu memanipulasi gadis di sisinya. Mana mungkin Ahn Chung Ae tak tahu bagaimana Baekhyun. 'Sial,' Baekhyun benar-benar frustasi saat ini. Bahkan gadis itu bisa saja tahu isi pikirannya saat ini. Entahlah, Baekhyun bingung.
"Tidak," ujar Baekhyun pada akhirnya, sedikit berat hati. Setidaknya berbohong akan membuat gadis itu sedikit tenang. Dan semakin membuat Baekhyun menjadi pria paling berengsek di dunia.
Ahn Chung Ae tersenyum manis, membuat hati Baekhyun yang dingin dan nyaris beku itu menjadi sedikit ngilu. Tak bisa dipungkiri, pria itu masih berharap perlakuan hangat gadis itu setiap saat. Baekhyun mengacak-acak poni Ahn Chung Ae, tanpa tenaga. Sedikit bersemu, namun cukup membuktikan bahwa gadis itu masih gadis yang sama dengan seseorang di masa lalu.
"Baek?" panggil Ahn Chung Ae tak memudarkan dimple di tengah pipinya. Tangannya melingkar pada bantal guling yang berada di antara dirinya dan Baekhyun. Ia merasa bahagia memiliki Baekhyun. Ia tak sedetikpun beralih dari pria itu. Baekhyun memang sangat tampan dari segi manapun, namun wajahnya terlalu menggemaskan untuk seorang laki-laki. Sungguh, Ahn Chung Ae tak sanggup berpaling
"Hmm?" Baekhyun menggumam sebagai balasan. Jarinya membolak-balikkan halaman buku tebal yang sebenarnya Baekhyun pun tak mengerti jenis buku apa yang ia baca. Entah mengapa Baekhyun merasa sedikit aneh dan gugup.
"Ya! Baekhyun!" hentak Ahn Chung Ae dengan tenaga. Pengang, suara gadis itu melengking tepat di telinga Baekhyun. Dan sial, telinganya yang normal masih berfungsi dengan baik menangkap suara itu.
Baekhyun meringis sebagai respon, sambil mengusapi telinganya yang kian memerah, namun ia tak mengeluhkan itu sedikitpun. "Jangan berteriak," peringatnya dengan lembut.
Ahn Chung Ae mengangguk paham seperti anak anjing yang patuh. "Aku sempat bermimpi, Baek," katanya menjeda. Maniknya menatap setiap aksen yang dimiliki pria bermarga Baek itu. Perfect. "Mungkin jika bukan karena kau, aku tak akan kembali seperti saat ini," lanjutnya masih memandang sesuatu yang indah dan teduh.
Baekhyun menutup buku tak berguna itu dan meletakannya di nakas sisi ranjang, lantas atensinya tertuju pada Ahn Chung Ae seperdetik berikutnya. "Aku?" Baekhyun menunjuk dirinya sendiri. Otaknya sibuk berputar mencari sebuah dalih, naas, ia tak memikirkan apapun.
"Ya," Ahn Chung Ae mengulas senyum. "Hari itu kau menangis, hari berikutnya kau menangis, dan esoknya menangis," jelas gadis itu diperinci. Baekhyun yang tampak tak paham hanya mengerutkan dahinya untuk menanggapi.
"Ada seseorang lain di sana, gadis muda dengan postur yang nyaris dikatakan sempurnya, mungkin kau mengenalnya, Baek," utara gadis itu. Tiba-tiba pelupuknya berair begitu saja. "Dia menepuk bahumu, mengusap air matamu, merangkul, memeluk bahkan mencium pipimi," Ahn Chung Ae lagi. Ia sudah tak tahan. Pipinya dihujani air mata. Tak ada alasan untuknya untuk ia tak menangis kali ini. Urat malunya sudah putus sejak lama, ia tak perduli asumsi Baekhyun tentang dirinya saat ini. Ia sudah terlampau sakit.
Baekhyun hanya bergeming. Ia hendak menyela, tak ingin gadis itu semakin terluka. Bibirnya lemas, tak berdaya. Baekhyun juga terluka karena dirinya diciptakan menjadi manusia berengsek dan bejat. Tuhan terlalu murah hati mempertemukannya dengan malaikat sesempurna Ahn Chung Ae. Sungguh dari segi manapun, gadis itu tak bercelah.
"Namun-" tiba-tiba ucapannya menggantung. Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam lalu melanjutkan ucapannya, "-tangan yang lain memegang sebuah pisau, dia tidak menghunusmu, tetapi ujung pisau itu berdarah."
....
Luhan mematikan notebooknya seusai pekerjaannya. Ia menekan pelipisnya guna meredakan nyeri yang menyerang kepalanya saat ini. Ia menyesal menyetujui untuk mengerjakan pekerjaan Baekhyun, andai saja pria gila itu bukan atasannya. Emosinya mendadak mendidih sesaat setelah ia membaca beberapa pesan singkat yang masuk di telepon pintarnya.
Pria itu menghela. Seseorang tak dikenal mengiriminya ancaman dengan fitur pesan berwaktu.
Batalkan kontrak ASF Corporate, serta bayar denda dengan sebagian saham. Atau gadis itu mati.
Luhan mencoba mengabaikannya. Ia benar-benar tak mengerti, siapa gadis yang di maksud. Nomor ponsel tak dapat dilacak karena menggunakan telepon berbayar. Sial.
"Annyeong haseyo, Dae Pyo-Nim?" (Selamat pagi, pak?)
"Ne, Kim-Biseo? Museun il-iya?" (Ya, sekretaris Kim? Ada apa?)
"Saya bersedia menjenguk istri Pimpinan Byun? Bagaimana menurut Bapak?"
Kim Taeyeon lantas pergi. Meninggalkan beberapa berkas di meja Luhan. Berkas berisikan pembatalan kontrak kerja antara ASF Corp dan Byun Corp.
Pendek? Iya, pengen cepet2 ending:( ini cerita nggak tuntas-tuntas. Capek aku tuh gaes:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain · Byun Baekhyun
Ficción General[Plot twist] Sesuai hukum alam, ketika cinta dipaksakan, maka haruslah salah satu terluka. "Ketika dinding kepercayaan yang kubuat telah berdiri kokoh, kau mengahantamnya, Byun Baekhyun!"