Luhan menatap gadis itu sayu. Bahkan tak ada sedikitpun kenangan yang gadis itu ingat tentang dirinya dan Luhan. Lantas pria itu kembali ke ruang tengah menemui Baekhyun. Dengan tampang paling menyedihkan sejagat raya, Baekhyun tertawa penuh kemenangan. Namun sebenarnya Baekhyun juga merasa kasihan, walau sedikit. Namun terasa mencekat dan sesak bagi Luhan
"Ingatannya belum juga pulih." Luhan berujar dibuat santai. Suaranya terdengar sengau dan serak seperti orang habis menangis, berbeda dengan nada suara khasnya yang biasa. Maniknya tak lagi penuh harap. Pupus sudah yang ia nantikan sejak dahulu. Perasaannya hancur berkeping-keping, ulu hatinya ngilu hingga titik yang paling dalam.
Ada pula keluarga Byun di sana. Turut prihatin. Ahn Chung Ae tak mengingat apapun, siapapun kecuali Baekhyun. Iya, Byun Baekhyun, suaminya. Yang teramat baik, dan tentunya setia, di mata gadis polos itu.
Ayah Byun mendehem seakan memberi peringatan, takut-takut Baekhyun melampaui batas. "Mungkin butuh waktu," desisnya menenangkan semuanya. Diwarnai anggukan dari seluruh anggota Byun, tak terkecuali nenek Byun yang juga tampak amat sedih melihat istri cucu kesayangannya.
"Tolong jangan beri tahu apapun, biar aku saja yang memberi tahu dia," kata Baekhyun memberi titah memohon. Merekapun mengangguk tunduk untuk kebaikan Ahn Chung Ae.
Ayah Byun yang mengerti akan akar dari pembicaraan putranya yang satu itu ikut mengangguk paham. Mengingat keadaan menantunya yang masih amat rentan, ditambah gangguan pada memorinya karena terlalu lama tak sadarkan diri. Beliau tak mau gadis malang itu semakin tersiksa dan semakin banyak menangis karena keberengsekan anaknya sendiri, Byun Baekhyun.
...
Jeara memukuli layar ponsel ibunya dengan kelima jari mungilnya. Terlihat wallpeper yang di set dengan foto ayahnya yang tampan. Byun Jeara tak henti-hentinya tersenyum lepas. Ia suka melihat foto ayahnya. Seraya merangkak kesana-kemari, mencoba mengganggu ibunya yang sedang tidur. Sesekali Kim Taeyeon mendesis.
"Jea?"
Byun Baekhyun datang dari balik pinti lalu segera memeluk Jeara sambil membopongnya tinggi-tinggi. "Apa kabar si cantik, Jea?" Baekhyun tersenyum. Entah mengapa peningnya mendadak pergi. Padahal sejak tadi ia nyaris saja menjedotkan kepalanya pada brangkar di rumah sakit. Sebab Ahn Chung Ae yang bertingkah aneh.
Tak mau berpaling. Bola mungil hitam yang tampak mengkilap bak berlian, hidung kecil seperti duri yang tajam, dan kulit halus Jeara yang selalu ingin Baekhyun sentuh. Ia merindukannya. "Ayah rindu Jea," kata Baekhyun lalu mengecup kening pelitanya itu. Berharap gadis itu tetap semangat walaupun tak dapat berbicara banyak. Berharap agar si kecil tumbuh menjadi kebanggaan Byun Baekhyun kelak.
Baekhyun tersenyum sumringah. "Jea rindu ayah?" Baekhyun menaruh Jeara di atas ranjang. Bersebelahan dengan Kim Taeyeon yang sedang tidur di sana, entah menyadari keberadaan Baekhyun atau tidak. "Maaf ayah jarang ke sini," kata Baekhyun lagi, merasa sedih sekaligus menyesal. "Ayah janji, akan sering-sering main-main sama Jea, nanti ayah kasih kejutan," lanjutnya lalu mengecup kening gadis kecilnya lagi.
"Kapan datang?"
Baekhyun menoleh. "Aku mengganggu, ya?" Bukan menjawab, Baekhyun berbalik tanya.
Kim Taeyeon menggeleng, lalu mengecup bibir Baekhyun sekilas. "Sedikit," ujar Taeyeon di selai kerlingan manja khas dirinya.
Baekhyun menggeleng, tak habis pikir. "Beri aku satu kali lagi," pintanya tak tahu malu. Jeara menatap dua manusia di hadapannya dengan raut bingung.
"Jea, ayahmu minta di cubit," desis Taeyeon. Kemudian gadis itu beranjak seraya membopong Jeara ke ke ranjang bayi milik Jeara. Dan kembali pada Baekhyun.
Baekhyun merebahkan tubuhnya di ranjang. Tangannya dibuat bantal sebagai tumpuan. Sudah seminggu Baekhyun tidak sempat tidur di apartemennya karena sibuk menunggui Ahn Chung Ae di rumah sakit. Tubuhnya serasa remuk. Baekhyun berkali-kali menghebuskan nafasnya yang terasa sesak dan mencekat. Sesekali ia memejamkam matanya. Berharap ia akan ketiduran setelahnya.
"Baek?" Taeyeon memeluk Baekhyun lalu mengecup hidung kecil pria itu. Taeyeon bisa merasakan deru nafas Baekhyun di bibirnya. Sementara tubuhnya bergerak menindih Baekhyun. Seperti itulah Taeyeon yang nyaris Baekhyun tak kaget lagi. Sungguh, jantungnya tak lagi berdebar cepat lagi. Tak seperti kali pertamanya.
Baekhyun masih belum membuka matanya. Enggan karena terlalu lelah. Ia tak menolak perlakuan Kim Taeyeon, namun tak juga menerima. Ia hanya pasrah terlebih kepada tak acuh. Biarkan saja seperti ini. Baekhyun lelah. Sangat.
Taeyeon mendengkus. Baekhyun tak memberi respon. Gadis itu lantas membuka kancing kemeja Baekhyun dengan cepat. Dijadikannya sandaran dada bidang Baekhyun yang nyaman. "Aku rindu," desis Taeyeon sambil tertidur di atas dada suaminya. Mendengarkan detak jantung yang sebenarnya biasa-biasa saja.
"Aku lelah," dalih Baekhyun menyingkap. Ia hendak berdiri namun tangan gadis itu melingkar di tubuh Baekhyun. Membuatnya terkunci.
"Ayolah, Baek!" titah Taeyeon sekaligus perintah.
Kim Taeyeon melepas setelan kimono berwarna solid yang ia kenakan. Menampakkan bentuk tubuhnya yang indah dan seksi, dibalut bikini berwarna hitam pekat. Membuat Baekhyun yang masih berstatus pria normal menjadi tak mau berpaling. Namun helaan pria itu mengikuti. Baekhyun memutar posisinya, sepintas lalu kemejanya sudah terlepas dari tubuh Baekhyun karena ulah gadis nakal itu. Kini ia yang memimpin.
Disisi lain Luhan masih saja bersikeras agar AhnChung Ae segera mengingatnya. Beberapa potretnya bersama Ahn Chung Ae saat masih berstatus pelajar ia pampangkan pada gadis itu. "Dulu kita sedekat itu?" ujarnya berusaha namun Ahn Chung Ae tak mau tahu.
Luhan menjatuhkan ponselnya lirih. Usahanya tak berbuah. "Ya! Dulu kita berpacaran, Ae-ya!" sungut Luhan membuat semua orang yang di sana terbahak-bahak. Tak terkecuali Yehwa teman kuliahnya dahulu, dan Park Chanyeol-kakak ipar Yehwa. Begitu pula Mr. Yi Xing.
"Apa seleraku sebobrok itu?" kilah Ahn Chung Ae jenaka. Tampangnya semakin membuat pria mungil itu dongkol. Untung sayang kalau kata Luhan
Seketika ruangan dipenuhi gelak tawa. Luhan pun merasa terasingkan di sana.
"Dimana Baekhyun?" Ahn Chung Ae tiba-tiba teringat suaminya. Ia menatap Ayah Byun mengharapkan sebuah jawaban.
Ayah Byun tersenyum, "Dia akan segera kembali," katanya membuat gadis itu tenang.
Mendapat anggukan dari gadis itu, Ayah Byun merasa lega. Tak seharusnya Baekhyun pergi di saat kondisi istrinya masih belum stabil.
"Itu foto siapa, ayah?" Ahn Chung Ae menunjuk sebuah pigura yang terpatri pada dinding, ia baru saja menyadarinya. Di sana terdapat foto balita berusia kira-kira 3 tahun. Dan di sebelah kanannya terpampang foto bayi perempuan berusia kira-kira 1 tahun.
"Itu Byun Hyerim, putri Baekbeom dan Hyejin. Sementara yang sebelah kanan itu Byun Jeara."
Ahn Chung Ae lagi-lagi hanya bisa mengangguk, "Byun Jeara?" Seperti tak asing, ia seperti mengenal nama itu. Kepalanya mendadak berdenyut. "Bukankah itu seharusnya nama putriku dan Baekhyun?" gadis itu berutara, pandangannya mengabur dan semua mulai gelap.
Gimana? Tau ah.
Sebenarnya udah kehilangan mood nulis dari dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain · Byun Baekhyun
General Fiction[Plot twist] Sesuai hukum alam, ketika cinta dipaksakan, maka haruslah salah satu terluka. "Ketika dinding kepercayaan yang kubuat telah berdiri kokoh, kau mengahantamnya, Byun Baekhyun!"