Sejak Ahn Chung Ae terbangun dari tidurnya, Baekhyun masih saja tidak membuka suara. Ahn Chung Ae menduga laki-laki itu masih kesal karena perdebatan semalam. Yang berujung erangan Baekhyun karena asetnya dengan sengaja ditendang oleh Ahn Chung Ae. Bibir laki-laki itu mengatup rapat, tampak tak berniat sama sekali untuk membukanya. Ahn Chung Ae sempat berpikir bahwa Baekhyun akan merengek untuk meminta sesuatu yang aneh sebagai hukuman, karena Ahn Chung Ae sudah berani melakukan tindakan penganiayaan kepadanya. Namun dugaannya meleset. Baekhyun bahkan tidak mengatakan apapun sejak semalam.
Ahn Chung Ae memandang lurus ke depan menerawang. Terdapat pantulan dirinya pada cermin wastafel. Sudut matanya menghitam dan bengkak gara-gara Baekhyun yang menyita waktu tidurnya. Sumpah demi apapun, wajahnya lebih tepat dikatai monster yang sering dilihatnya di televisi. Mengenaskan.
Tak mau ambil pusing. Gadis itu bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia akan menemui seseorang hari ini. Entahlah, Ahn Chung Ae tidak berasumsi apapun mengenai orang itu. Kalaupun orang jahat, kenapa ia harus takut? Mereka akan bertemu di tempat umum, tidak ada yang perlu dicemaskan.
Setelah mengenakan pakaian kasualnya dan memoles bedak tipis pada wajahnya, dan tak lupa dengan liptint berwarna natural andalannya, gadis itu segera menuju jalan raya. Suasana masih cukup kondusif karena belum memasuki jam makan siang. Biasanya jalanan akan ramai sekitar jam sepuluh, karena banyak orang yang lebih memilih makan di luar saat bekerja.
Gadis bersetelan jeans hitam dan kaus tanpa lengan beserta mantel parka berwarna hijau tua. Gadis itu terkesan lebih muda dari usia sebenarnya. Tidak terlalu berlebihan namun juga tidak terlalu kolot, mengingat gadis itu tidak buta fashion.
Ahn Chung Ae mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru cafe yang sudah cukup ramai ini. Sebentar lagi jam makan siang akan tiba, biasanya cafe ini akan ramai pengunjung karena lokasinya yang strategis. Berdekatan dengan Byun Corp. Tidak terlalu dekat sih, namun bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
"Sudah lama menungguku? silahkan duduk, kau mau memesan apa?" tanya seorang wanita yang wajahnya sudah tak asing lagi bagi netra milik Ahn ChungAe. Wanita berbalut dress ketat berwarna biru dongker itu mengulum senyum sumringah. Lalu menarik salah satu kursi di meja hadapannya dan mendudukinya dengan anggun. Kemudian disusul Ahn Chung Ae yang mengambil tempat di hadapan gadis cantik itu. Ahn Chung Ae membalas senyuman itu dengan hangat.
"Aku baru saja datang, kau saja, aku sudah makan," jawab Ahn Chung Ae dibuat seramah mungkin. Ahn Chung Ae tahu, gadis ini bukanlah gadis baik-baik. Sudah beberapa kali Kim Taeyeon nyaris membuatnya celaka. Alasanya klise, cemburu. Gadis itu memakluminya, wanita mana sih yang tidak terbakar api cemburu ketika pacarnya bersenang-senang dengan gadis lain?
Jika ada di dunia ini, berarti gadis itu tidak waras. Memang sudah hukum alamnya begitu. Taeyeon tidak semata-mata cemburu buta hanya karena Baekhyun yang lebih memilih bersama Ahn Chung Ae pada hari itu untuk merayakan ulang tahun gadis itu. Namun juga karena Baekhyun yang melupakan hari jadi hubungannya dengan Kim Taeyeon. Jadi Ahn Chung Ae mengerti perasaan gadis itu.
"Selamat untuk pernikahanmu, aku turut senang Baekhyun menurut perkataan ayahnya untuk menikahimu," kata Kim Taeyeon. Terdengar santai namun menusuk. Ahn Chung Ae mencoba menanggapinya dengan kepala dingin. Amarahnya tak perlu dibebeberkan di muka umum. Lagi pula semua yang dikatakan mantan kekasih Baekhyun itu benar adanya. Jadi gadis itu tidak perlu memrotes. "Namun ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu," lanjutnya setelah memberi jeda.
Ahn Chung Ae mengulas senyuman. "Katakan," ujarnya singkat.
Raut gadis bermarga Kim itu berubah cemas. Tersirat keraguan yang terpatri jelas pada iris cokelat milik Taeyeon. Membuat Ahn Chung Ae ikut meredup. "Apakah Baekhyun melakukannya?" tanya Taeyeon masih dengan keraguan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain · Byun Baekhyun
General Fiction[Plot twist] Sesuai hukum alam, ketika cinta dipaksakan, maka haruslah salah satu terluka. "Ketika dinding kepercayaan yang kubuat telah berdiri kokoh, kau mengahantamnya, Byun Baekhyun!"