"Argghh.. pelan-pelan, sakit, Bodoh!" Ahn Chung Ae menyerapah. Punggung tangannya ia gunakan untuk menepis tangan Baekhyun yang sedang mengolesi minyak urut di pergelangan kaki Ahn Chung Ae. Baekhyun beringsut. "Jika saja kau tidak berlagak menciumiku tadi di kafetaria, aku tidak perlu menghindarimu dan jatuh terkilir seperti ini," timpal gadis itu lagi. Benar-benar marah kali ini.
Mendengar itu, bukan kasihan, Baekhyun kesal sendiri. Bukan bermaksud mencelakai gadis itu, salahkah ia jika menuntut sesuatu yang memang berhak untuk dirinya. "Ck, bisa diam tidak?" ketus Byun Baekhyun sambil menyumpalkan kudapan ke mulut Ahn Chung Ae. Agar gadis itu mau berhenti berbicara sejenak. "Istirahatlah, aku akan kembali setelah 5 menit. "
Lalu Baekhyun segera meninggalkan gadis itu. Tentu saja membuat level kemarahan Ahn Chung Ae semakin meningkat. Tak ambil pusing Ahn Chung Ae pun tak perduli akan semua yang dilakukan Baekhyun. Ia justru sedikit lega, Baekhyun tidak berniat macam-macam kepadanya.
Ahn Chung Ae mencoba menggerakkan pergelangan kakinya ke kanan dan ke kiri berulangkali. Sedikit membaik setelah Baekhyun memijatnya. Gadis itu mengukir senyum di bibir ber liptint merah buah apel. Ia beruntung dan bersyukur memiliki Byun Baekhyun, walau takdirnya sedikit dipaksakan, namun bagi Ahn Chung Ae, itu sudah lebih daripada cukup. "Kemana si Brengsek itu?" serapahnya, lebih seperti gumaman. Lalu gadis itu mengangkat-menurunkan pundaknya. Ia tak perduli.
Gadis itu lantas menuju dapur setelah bangkit dan mengambil celemek di rak. Ia ingin membuat sesuatu untuk Baekhyun-nya. Makanan berat untuk makan malamnya nanti dengan suaminya itu. Ahn Chung Ae berjalan hati-hati ke arah kulkas, tak lagi kosong, Baekhyun membeli berbagai macam jenis sayuran segar di minimarket sepulang dari kafetaria.
Drttt
Ahn Chung Ae merogoh saku highwaist-nya. Ada panggilan masuk dari Lu Han. Ia sedikit berpikir, ia memiliki janji dengan lelaki itu sebelum pergi ke Jeju. Ahn Chung Ae merutuk. 'Aish, bedebah!' serapahnya pada seseorang di sana.
"Ya! Bisakah kau musnah sehari saja, Lu!" serobotnya kesal saat telepon tersambung. Gadis itu menghela napas seraya memindah ponselnya ke telinga bagian kanan dan mengapitkannya diantara bahu dan telinga. Ahn Chung Ae mengambil sesiung bawang putih lalu melanjutkan, "Ada apa?" sarkasnya. "Jika tidak penting, aku akan mematika—"
"Ceraikan Baekhyun, Ae," potong lelaki yang sudah menjadi sahabat Ahn Chung Ae sejak lama itu, sekaligus mantan pacarnya. Terdengar helaan napas berat dari seberang. Seketika Ahn Chung Ae terkesiap, ia menghentikan aktifitas memotong bawang yang sedang ia lakukan. Tiba-tiba ada sesuatu yang menyerang jantungnya. Sesak.
"Jangan hubungi aku sementara waktu, Lu."
Pip
Di sisi lain Baekhyun merasa sangat gelisah. Bersama seorang gadis yang sudah jarang bercengkrama dengan Baekhyun beberapa waktu. Gadis itu menuntut Baekhyun kali ini. Ia berhak mendapatkan sesuatu yang menjadi haknya, sebagai kekasih Byun Baekhyun.
"Jangan beritahu apapun pada Ahn Chung Ae, aku akan tidur di sini, selama kau minta," ucap Baekhyun nanar. Ia sudah tak tahu lagi harus bagaimana menghadapi gadisnya ini. Baekhyun sedikit muak, namun tak ada pilihan lain. Ia sendirilah yang menentukan jalannya dan sudah melangkah sejauh ini. Ia tak tahu bagaimana cara kembali bahkan melarikan diri. Ia tidak bisa karena alasan tertentu. Bayinya.
"Terima kasih, sayang," ujar Kim Taeyeon lalu segera bangkit dari pangkuan Byun Baekhyun. "Lagipula gadis itu berada di ruang sebelah, jadi kau tidak perlu khawatir, bukan?" lanjutnya setelah berhasil menegakkan tubuhnya lalu menghadap kekasihnya.
Baekhyun menggeliat karena sedikit terguncang. Ia teramat berharap jika ruangan ini kedap suara.
"Byun Ara," celetuk Kim Taeyeon membuat Baekhyun menyelinguk beberapa detik, lalu kembali pada titik berat pandangannya sebelumnya. Tampak kosong. Gadis itu menatap Baekhyun yang seperti acuh dan tak perduli. "Baek?" panggilnya. Belum mendapat tanggapan. "Byun Baekkie!" serunya sedikit meninggi membuat Baekhyun tersadar. "Nama yang bagus, bukan?"
"Y-ya? N-nama? Apa?" Baekhyun menjawab sambil berdehem beberapa kali, menyadari akar pembicaraan yang mulai menyebalkan bagi Baekhyun. Canggung. Baekhyun benci situasi ini.
Kim Taeyeon mendengus. "Baek, kau tidak tuli! Berhenti memikirkan dia, Baek!" geramnya sedikit seperti perintah. Ia sungguh tak suka apapun mengenai gadis itu. Ia tak lebih dari seorang wanita penggoda bagi Kim Taeyeon. 'Aish, jalang bedebah!' batin Kim Taeyeon menyerapah.
Baekhyun mengambil telepon pintarnya. Lantas menggeser layarnya beberapa kali, dan menekan tombol dial untuk menghubungi Ahn Chung Ae. Sungguh Baekhyun tak tahu apa yang harus ia katakan pada Ahn Chung Ae. Ia rindu gadis itu. Bahkan ketika bersama gadis lain.
Nomor yang anda tuju berada di luar jangkauan.
"Ash!"
"Baek!"
****
Hari sudah larut, Ahn Chung Ae yang sempat tertidur karena terlalu lama menunggu Baekhyun pun sudah bangkit karena merasa nyeri di bagian punggungnya. Baekhyunnya sama sekali tidak menghubunginya, sungguh gadis itu mencemaskan keadaan Byun Baekhyun sekarang. Ahn Chung Ae akhirnya memutuskan untuk mencari Baekhyun. Barangkali tak jauh dari resort area.
"Maaf, Nona? Apa anda yakin akan bepergian selarut ini? Cuaca sedang buruk, ingin kuambilkan mantel?" ucap salah satu pegawai menghampiri Ahn Chung Ae yang tampak keluar dari balik lift, hanya memakai pakaian tidurnya.
"Aku ingin mencari udara segar dan berenang. Tidak perlu, terima kasih, " ucapnya pada sang pegawai. Lantas hendak beranjak namun pergelangan tangannya dicekal oleh wanita yang usianya tampak sebaya dengan Ahn Chung Ae.
Pegawai ber-nametag Park Seolhyun itu tersenyum. "Pak Byun melarang anda untuk keluar tanpa sepengetahuannya, " ujar Seolhyun bersikeras. Lalu mengulas senyum ramah.
Ahn Chung Ae membalas senyum lalu berkata, "Byun Baekhyun menungguku disana, jadi jangan halangi jalanku. " Lalu ia segera pergi tanpa sepatah kata lagi.
Wajahnya berubah murung. Seperti suasana hatinya saat ini. Kecewa? Tentu saja. Seharusnya ia memang tak pernah mempercayai perkataan bajingan tengik semacam Byun Baekhyun. "Ash! Bedebah!"
****
Lu Han menatap jengkel ponselnya. Tak seharusnya gadis itu menutup teleponnya secara sepihak. Yang membuat Lu Han semakin kesal adalah perkataan Ahn Chung Ae di akhir telepon. Lu Han geram, bagaimana bisa ada wanita bodoh semacam dia? Baekhyun tak sebaik yang ia kira.
Lu Han membanting ponselnya hingga terpental ke ujung sofa. Amarah menguasai otak Lu Han. Keadaan tidak memihaknya kali ini. Selain harus menghadiri rapat para pemegang saham terbesar di Korea untuk menggantikan Byun Baekhyun, ia juga harus bertanggung jawab atas perusahaan dan menggantikan Byun Baekhyun.
"Sial! Menyebalkan sekali!" desisnya frustasi.
***
Sudah hampir setengah jam Ahn Chung Ae menghabiskan waktunya dengan berenang. Hanya itu yang membuat lubuknya sedikit tenang. Jarinya mulai berbuku-buku, udara kian dingin membuat netranya semakin buram. Ahn Chung Ae memandang lurus kedepan, menerawang, seraya berpikir tentang pria sialan itu. Di mana dia? Ahn Chung Ae bisa mati, bukan karena kedinginan atau menggigil, melainkan memikirkan keadaan Baekhyun. Apa ia sudah makan malam? Apa ia baik-baik saja.
Ahn Chung Ae mulai memejamkan mata, lalu menenggelamkan sebagian wajahnya hingga separuh. Udara semakin tak bersahabat, seakan mencabik-cabik pakaian hingga menembus kulit. Bahkan sampai ulu hatinya. Entah kenapa, semua terasa sulit baginya, ia enggan bernapas saat ini. Ia membutuhkan ketenangan. Ia ingin hempas dari dunia ini. Namun, tidak, ia tak mau Baekhyun sendiri.
"Bisa kau kembali, Byun?" hatinya mulai meracau. Matanya tertutup rapat. Tubuhnya tenggelam, kaki mininya tak mampu menopang berat beban yang ia rasakan saat ini. Ia memohon agar Baekhyunnya lekas kembali. Memeluknya disaat semua tak mau berpihak kepadanya. "Ayo lakukan itu, Baek! untukku," desis Ahn Chung Ae di lubuk hati sebelum otaknya benar-benar kehilangan kesadaran dan keseimbangan. Ia tumbang.
Tbc chingudeul. Jangan lupa pencet yang ikon bintang nanti secara otomatis akan di follow oleh @baekhyunee_exo
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain · Byun Baekhyun
Ficção Geral[Plot twist] Sesuai hukum alam, ketika cinta dipaksakan, maka haruslah salah satu terluka. "Ketika dinding kepercayaan yang kubuat telah berdiri kokoh, kau mengahantamnya, Byun Baekhyun!"