Who?

1.8K 115 3
                                    

Author Pov

Satu bulan kemudian ....

"OMO...!"

"waaahh... apa tawaran ini benar?" lanjutnya.

Yunji mencoba meyakinkan sesuatu.. saat ia mendapatkan e-mail dari seseorang mengenai karangannya.

Cerita fiksi karangannya dilirik oleh seseorang yang identitasnya dirahasiakan, namun ia mengaku sebagai seorang presdir disalah satu perusahaan penerbitan, dan seseorang itu ingin menerbitkan cerita karangan yunji itu dalam bentuk novel.

Luar biasa bukan?.

Dengan kesenangan tiada tara iapun menghubungi teman jauhnya yaitu Song Mino, untuk meminta pendapatnya seperti biasa.

"Yakhh... zaman sekarang banyak akun yang menipu, kau jangan terlalu percaya dengannya, lebih baik selidiki dulu identitasnya"

"Tapi Mino.. ia sepertinya tidak menipuku, karena aku tak menemukan hal yang mencurigakan"

"Lagipula ia menyuruhku untuk bertemu, Mana mungkin kan seorang penipu ingin bertemu dengan yang ditipu" lanjutnya.

"Kau ini.. tidak pernah berubah, tetap saja bodoh !, ucapanmu salah..! Penipu tak akan bisa menipu tanpa tahu siapa yang harus ditipunya, maka dari itu ia berpura-pura baik untuk bertemu dan mengetahui orang yang akan ditipu"

"Yakh !! Kenapa denganmu? Hari ini kau sungguh menjengkelkan, biasanya kau tak pernah memberiku saran begini"

"Yunji-ya percayalah padaku, kau mungkin baru sekarang mengalami hal ini, tapi aku pernah... jadi percayalah"

"Ah entahlah... aku tak ingin berdebat denganmu, hari ini saranmu mengecawakan, tunggu saja... setelah ini berhasil, aku akan membuktikannya dengan mendatangimu ke jerman haha"

"Yakh !! Yunji... aku serius..!!"

"Bye Mino.."

"Kim yunji... tunggu dulu !"

Tuut...tuut...tuut...

Panggilan terputus.

Rupanya Kim Yunji sudah tak ingin mendengar omong kosong temannya.

"Aku tahu, kau pasti iri padaku, karena karyaku yang kau bilang berantakan ini dilirik oleh seorang penerbit. iya kan?" gumamnya setelah menutup panggilan.

"Padahal apa susahnya untuk mendukungku, lagipula jika aku berhasil nanti, aku tak akan melupakanmu Mino" kesalnya.

Yunji melemparkan ponselnya ke atas kasurnya, ia terlihat begitu kesal dengan ucapan temannya tadi, dan kini tubuhnya ia rebahkan pula keatas kasur.

Hmmmffffhh .....

Nafas kesalnya yang sedari tadi ia tahan kini ia keluarkan dengan satu kali hembusan.

Tanpa sadar matanya kini mulai terpejam. Namun suara deringan ponselnya yang ia sudah merubah settingan nada deringnya membuatnya menggagalkan untuk tidur.

"Aughh... siapa ini ?!" Kesalnya dengan meraih ponsel yang sebenarnya tak jauh darinya dengan malas.

Ia mengerutkan keningnya sesaat setelah melihat nomor tidak diketahui.

Ia mematung sebentar kemudian mengangkatnya. Ada alasan kuat mengapa yunji mengangkat panggilan dari nomor baru itu, padahal semenjak terror itu ia mengganti nomor ponselnya dan ia tak pernah menemui nomor baru selain sekarang. Alasannya adalah karena yunji yakin jika nomor baru ini datang dari presdir yang akan merekrutnya menjadi penulis pribadinya.

Ya... selain menawarkan untuk membuat sebuah novel dari cerita karangannya, kini pria itu menawarkan pada Yunji untuk menjadi penulis pribadinya untuk kariernya ke depan. Memang beruntung dia.

"Yeobeoseyo.." ucapnya.

"Kau kim yunji bukan?" Tanya seseorang dari balik telpon yang sedikit tak asing dengan suaranya.

"B..be..benar" jawab Yunji gugup.

Aish.. kenapa aku harus gugup seperti ini?

"Apa kita bisa bertemu?"

Hmm.. siapa dia? Untuk apa bertemu denganku? Apa dia presdir itu? Ah kurasa memang dia, kalau begitu aku tak boleh menunggu lama lagi.

"Nae depyeonim, kita akan bertemu dimana?"

Yunji tak ingin menunggu lama lagi, karena ia yakin sekali pria yang menelponnya adalah presdir itu. Yunji sudah tidak sabar untuk menemuinya, karena pria bisa mengubah kehidupannya menjadi lebih cerah.

"Eoh depyeonim?" Ucap seseorang itu.

"Nae.. kita akan bertemu dimana?" Tanyanya lagi dengan nada begitu antusias.

"Apa kau tak ingin tau alasan aku menemuimu?"

"Tidak.. karena aku sudah tau alasannya"

Cukup 15 menit mengobrol dengannya, rasanya Yunji sudah merasa bahagia. Ia akan berterima kasih sekali pada presdir itu walaupun ini belum terjadi, tapi karena yunji sudah mencium bau-bau kecerahan untuk masa depannya.

Pria yang masih merahasiakan identitasnya itu memintanya bertemu di Hongdae depan Thank's Nature Cafe pukul 19.15 KST.

*****

Yunji Pov

18.50 KST.

Penampilanku sudah kupastikan serapih mungkin, dan kertas salinan novel karyaku sudah aku simpan didalam tas. Hanya tinggal menunggu pukul 19.00 untuk pergi kesana.

Aku menunggu pukul 19.00 dengan sedikit membantu ibu membuat injeolmi makanan tradisional korea yang berbahan dasar tepung beras, teksturnya kenyal dan lengket yang dilumuri bubuk kacang merah, bubuk wijen dan bubuk lainnya. Ibuku sering membuat ini dirumah tapi bukan untuk dijual, tapi hanya untuk dinikmati penghuni rumah dan pengunjung rumah saja. Kurasa injeolmi buatan ibu adalah yang terenak yang pernah aku makan.

Aku melirik pada jam tangan. Dan ternyata sudah waktunya untuk pergi. Aku berjalan keluar rumah namun ibuku menahanku.

"Yunji-ya.. sebaiknya kau bungkus beberapa kue ini untuk presdir itu, siapa tahu dengan ini bisa mempermudah segalanya"

"aahh... benar sekali, ibu memang terbaik"

Aku kembali memasuki dapur untuk membungkus beberapa kue injeolmi buatan ibu, ya.. bisa dibilang ini untuk menyogoknya.

Ketika dalam perjalanan, mino terus saja menelponku. Tapi untuk kali ini aku sengaja mengabaikannya, padahal biasanya aku selalu antusias jika Mino menghubungiku, aku sangat kesal padanya.

Ditengah perjalanan aku menelpon pak presdir itu untuk menanyakan ciri dia seperti apa, agar aku tak salah orang.

Dan ia sudah menungguku di depan Thank's Nature Cafe dengan pakaian hangat hitam panjangnya, dan tak lupa topi bertuliskan 'LOL' dibagian belakangnya.

Dan... sampailah aku di depan Thank's Nature Cafe tempat yang sudah kami janjikan. Dari kejauhan aku sudah melihat orang itu. Aku sempat tak yakin dengan postur tubuhnya yang sedikit lebih muda dari yang kubayangakan. Namun dengan topi bertuliskan 'LOL' dibelakangnya aku kembali yakin dengan orang itu.

Aku menghampirinya dengan berjalan cepat, dan ia tak tau aku sudah berdiri dibelakangnya karena posisinya yang membelakangiku.

Sebelum menyapanya, aku menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan kegugupanku.

Huufftt...

"Depyeonim.." sapaku lembut dan sopan.

Orang yang kupanggil Depyeonimpun menoleh kearah belakang,

Dan....

Hai hai hai... happy reading ya guyyss.. ^_^

Don't forget to voment

It's Over Now [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang