Beginning of....

3.7K 142 11
                                    

Author Pov

To: eomma
Eomma... malam ini kita akan makan enak, kuharap kau belum tidur.

Setelah selesai memberi pesan singkat untuk ibunya, gadis bernama Kim Yunji berjalan memasuki restaurant cepat saji 24 jam yang terkenal akan bubur sumsum tulang sapinya. Mengingat akan ibunya yang semakin tua dan perlu asupan gizi, gadis itupun langsung memesan makanan sehat yang dimaksudnya.

"Ahjumma bubur sumsum tulang sapinya satu, jjampongnya satu, dibawa pulang saja"

Setelah memesan, Yunji duduk disalah satu kursi pelanggan yang kosong.

Dihadapannya sepasang paman dan bibi sedang makan malam bersama dengan penuh kebahagian yang mereka pancarkan. Mereka terlihat seperti pasangan saling mencintai yang tak kenal usia.

Yunji memandangi mereka dengan penuh haru, ia teringat akan hubungan antara kedua orang tuanya yang tidak baik. Sang ayah yang pengangguran dan tak tahu diri, bisa-bisanya mengajak hidup bersama seorang wanita yang rela memberikan cinta tulusnya padanya. Namun bagaimanapun merekalah yang telah membuat yunji mengenal dunia, dan mendapatkan banyak pelajaran tentang hidup. Bagaimanapun ia harus tetap mengakui pria tidak tahu diri itu adalah ayahnya.

Yunji hanyut dalam lamunannya, hingga seruan ahjumma diabaikannya. Entah panggilan yang keberapa, akhirnya Yunjipun menyadarinya.

"Aigoo... kau ini masih muda, cantik pula, tapi kau terlihat banyak memikirkan sesuatu rupanya" ucap ahjumma itu dengan memberikan kantong plastik berisi pesanannnya. Yunji hanya menanggapinya dengan tersenyum.

#####

Yunji Pov

"Eomma... aku pulang !" Teriakku saat kumasuki rumah yang gelap dan hanya ditinggali aku dan ibuku.

Tetapi tidak ada jawaban.

"Eomma... eodiseo..?" (Ibu dimana kau?) Teriakku lagi.

Aku menyalakan lampu ruang tengah dan kulihat ternyata ibuku sudah tergeletak tidur dilantai. melihatnya seperti itu aku tak tega untuk membangunkannya, namun ia harus makan.

Aku mengguncang pelan pundak ibuku berniat untuk membangunkannya dengan tak mengganggunya.

"Eomma aku pulang" bisikku padanya saat kulihat matanya kini membuka perlahan.

"Ah... Yunji-ya kapan kau pulang? Ibu belum lama tidur" jawabnya dengan suara sedikit serak dan mata yang sembab seperti sudah menangis.

"Eomma ada apa denganmu?" Tanyaku sangat mengkhawatirkannya.

"tidak apa-apa" jawabnya memberikan senyuman tulus dengan kerutan yang mulai rapat di kedua ujung matanya.

Jika situasi seperti ini aku ingat akan kata-kata ibu tempo dulu. Bahwa aku tak boleh cengeng, cengeng artinya lemah. Itulah mengapa Minzy dan teman yang lainnya yang mengenalku tak pernah melihatku menangis.

Bukan karena aku tidak pernah menangis, tapi karena aku berusaha sekeras mungkin menahan air mata untuk tidak jatuh didepan orang yang sedang bahagia.

Air mataku hanya keluar ketika ayah memperlakukan ibu dengan kasar seperti kemarin dan sebelum-sebelumnya. Bahkan itupun masih bisa aku tahan, karena untuk apa menangisi seorang ayah yang tidak tahu diri. Pria seperti itu tak pantas untuk ditangisi, ia hanya pantas untuk dicaci maki.

Aku sungguh benci dan kesal terhadap ayah, karena beberapa kali ia diingatkan namun otaknya seperti menolak itu semua. Perlakuan-perlakuan kasar dan sifat temperamentnya seolah sudah tak bisa terpisahkan darinya.

It's Over Now [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang