KAI - 6

190 15 0
                                    

KAPAN NYUSUL?

"PERUT kamu ini... sudah seperti perut papa kamu aja, hahaha...," Oceh Tante Bora sambil melilitkan meteran jahit di pinggang gue, sementara gue memelototinya dengan bete.

Masa dia bilang perut gue udah mirip perut Bokap?!

Emmhh... kalau dilihat-lihat sih memang mirip dikiiitt... Kayaknya gara-gara gue makan-tidur-makan-tidur melulu akhir-akhir ini.

"Jas-nya bisa nggak cukup nanti. Jangan tambah gendut lagi ya." Tante Bora melepaskan lilitan meterannya, dan mencatat ukuran pinggang gue di notes kecil yang dia bawa.

Yeah, dia memang penjahit yang ketiban tugas menjahitkan baju kami semua untuk pesta pernikahan Taemin dan Naeun, dan, sayangnya, dia masih kerabat jauh keluarga ini juga (yang berarti dia bakal punya sedikit kebebasan untuk mengomentari ukuran badan kami semua).

Kayak badan Tante Bora proporsional aja.

"Soreee... wah, udah pada rame nih!" Naeun masuk dari pintu depan, sambil
memutar-mutar kunci mobil di tangannya.

Di belakangnya, mengekor... krystal.

"Hai," sapanya pelan begitu melihat gue, dan gue nyengir lebar.

Dia hampir mencapai tempat gue berdiri, waktu Mama melihatnya.

"Hai, Krys, udah sampai?" Mama mencipika-cipiki Krystal dengan penuh semangat.

Entah kenapa Mama sepertinya euforia berlebihan kalau ketemu Krystal. "Mau minum dulu? Atau makan kue? Tante baru habis bikin tar kelapa tuh."

"Ehh... makasih, tapi nanti aja, Tante."

"Oke, tapi janji ya, nanti makan?"

"Iya, Tante. Pasti."

Akhirnya dia berhasil juga mencapai tempat gue berdiri, setelah Mama pergi melihat proses pengukuran badan Chorong dan Hayoung, dua sepupu gue yang bakal jadi penerima tamu juga.

"Hai," katanya lagi.

"Hai," balas gue. "Sori ya, tadinya aku yang mau jemput, tapi kata Mama biar Naeun aja, soalnya aku harus ngukur badan juga. Kalau Naeun kan nggak ikutan ngukur."

"Iya, iya, nggak papa kok." Dia menepu-nepukkan tangannya di lengan gue. "Kamu udah selesai ngukurnya?"

Gue memberi isyarat dengan alis pada Tante Bora yang masih mencatat-catat di dekat gue.

"Nih, masih ribet. Kacau deh, padahal dua jam lagi aku harus ngumpul di kantor
manajemen. Nanti malam kan ada show di kafe... aduh, apa sih namanya? Lupa..."

"Viva Pollo," jawab Krystal.

"Oh iya, itu dia... Viva Pollo." Gue cengengesan, dan merasakan Tante Bora menempelkan meteran jahitan di bahu gue. "Kamu kok lebih hafal jadwal sih dari pada aku?"

"Ya gimana nggak hafal, orang tiap hari Borim, Hyunjoo, Euijin, sama yang lain-lainnya pada SMS-in aku terus, nanya aku ikutan nonton atau nggak," Krystal menyebutkan anak-anak group EXO, yang sudah setahun ini akrab dengannya.

"Hmm... kamu nggak merasa terganggu kan sama mereka?"

"Aku? Terganggu? Ya nggak lah... aku malah seneng bisa akrab sama mereka. Lagian, mereka sopan-sopan kok."

"Oh, bagus deh kalo gitu. Terus, kamu nonton nggak ntar malam?"

"Nggak bisa... kan aku udah bilang ke kamu kalau minggu depan aku midtest. Mama nggak bakal ngizinin aku pergi. Lagian, aku juga kepingin perbaiki nilaiku..."

"Hehe... maaf ya, Say, gara-gara sering nonton EXO, nilaimu jadi turun." Gue
mengacak rambut Krystal dengan sayang.

"Ah nggak turun kok... cuma aku kepingin ningkatin aja." Krystal tersenyum.

Dear KAI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang