KAI - 9

197 14 0
                                    

DIOMELIN SEISI DUNIA!

"IYA, iya, Ma, aku nggak papa... Kemarin tuh nggak bisa dihubungin soalnya... mmm... baterai HP habis. Charger-ku ketinggalan di hotel di Daegu... Mmm... ini aja baru dapat charger pinjeman yang cocok. Ehh... yahh... Mama tau sendiri kan HP-ku bukan HP sejuta umat... gitu deh..."

"Aduh kamu itu, Kai! Makanya kalau bawa barang itu diperiksa, jangan sampai ada yang ketinggalan. Kalau begini kan kamu sendiri yang repot," nasihat Mama di telepon.

Gue cuma bisa manggut-manggut, antara bosan dan merasa bersalah karena sudah bohong sama Mama.

Sebenarnya, charger HP gue nggak ketinggalan di mana pun. Charger itu masih aman di dalam travel bag gue, dan baterai HP gue pun masih full.

HP gue nggak bisa dihubungi karena memang sejak malam konser yang rusuh di Daegu itu, gue menonaktifkan HP. Bukannya apa-apa, tapi gue nggak tahan kalau harus menerima banyak telepon dan SMS di saat pusing dan butuh ketenangan untuk berpikir.

Yah... gue tahu gue terkesan egois dengan ngomong kayak gitu, tapi mau gimana lagi, coba?

Kalau ada masalah, gue lebih suka cari jalan keluar sendiri. Gue toh nggak bego-bego amat untuk menyelesaikan semua masalah itu. Asal, selama proses mencari solusi itu, gue nggak diganggu.

"Ya sudah, sekarang KAMU TELEPON KRYSTAL! Dia sudah khawatir banget sama
kamu!" perintah Mama dengan nada seolah beliau adalah Adolf Hitler, dan perintahnya nggak bisa diganggu gugat.

"Iya deh, Ma... nanti aku telepon..."

"Nggak ada nanti! SEKARANG!‟

"Tapi, Ma, ini aku mau..."

Aduh, alasan apa ya?

Masa gue bohong lagi sih sama Mama? Tadi kan udah bohong masalah charger itu...

"Kai, Mama nggak mau tau, pokoknya setelah kamu tutup telepon ini, kamu
LANGSUNG TELEPON KRYSTAL! Kamu sih enak nggak khawatir, tapi Krystal sudah panik berat!"

Gue menelan ludah.

Masa Mama bilang gue enak-enakan?

Justru gue yang paling stres!

Gue yang ada di atas panggung, melihat semua keributan di bawah panggung, yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat gue berdiri. Gue yang melihat bagaimana banyak orang terinjak kaki penonton lainnya ketika jatuh... Tapi gue juga yang nggak bisa melakukan apaapa...

"Iya, Ma, aku telepon dia."

"Bagus. Jangan sampai nggak. Ya sudah, Mama mau rapat panitia dulu. Bada Imo sudah ribut saja ini dengan Eugene Imo."

"Mereka ribut kenapa?"

"Bada Imo usul supaya hiburan di pesta nanti pakai dua penyanyi sama pengiring organ saja, tapi Eugene Imo usul supaya kita sewa full band. Ributlah mereka."

Gue geleng-geleng kepala.

Lagi-lagi masalah sepele yang bikin heboh. Untunglah gue nggak punya rencana merit dalam waktu dekat.

"Ya sudah, Ma, nanti aku kabari lagi. Salam buat semuanya."

"Iya, nanti Mama sampaikan. JANGAN LUPA TELEPON KRYSTAL!"

Astaga! "Iya, Ma, iyaaa... Dadahhh..."

Gue menekan tombol pemutus sambungan di HP gue, lalu duduk di atas tumpukan kotak peralatan EXO yang ditata para kru di dekat pintu masuk hotel. Kami memang sedang menunggu mobil jemputan untuk ke airport, karena malam ini bakal manggung di Pohang. Setelah dua hari mematikan HP, gue akhirnya menyalakannya lagi tadi, dan langsung saja telepon Mama, dengan sejuta nasihat dan rongrongannya supaya gue segera menelepon Krystal, masuk ke HP gue.

Dear KAI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang