KAI - 8

178 11 0
                                    

MOSHING

GUE kepikiran Krystal. Nggak enak punya sesuatu yang disembunyikan dari dia, apalagi setelah dia terang-terangan bilang nggak suka pada sikap gue yang selalu nggak pernah cerita-cerita kalau ada masalah (itu lhooo... di SMS 10-things-i-hate-about-you-nya).

Tapi apa gue harus bikin dia sedih dengan membeberkan semua kata busuk Tao di depan dia?

Omongan Tao terlalu kasar, dan gue nggak mungin sanggup mengulangnya di depan Krystal. Itu cuma akan bikin dia kepikiran, padahal sekarang dia mau ujian. Cukup sudah bikin dia khawatir dengan semua masalah Kris kemarin, gue nggak mau bikin dia cemas gara-gara masalah Tao ini lagi. Toh gue nggak sampai memukul Tao dan masuk infotainment seperti waktu itu.

Apa yang nggak Krystal tahu nggak akan menyakitinya, kan?

Setelah melepaskan seat belt gue berdiri dari kursi, lalu ngulet-ngulet sedikit. Pesawat baru saja berhenti dengan sempurna di bandara, tapi Minho sudah ribut supaya kami cepat turun. Kayak dikejar setan aja.

Gue jadi ingat, dulu ada pengalaman yang kacau banget berhubungan dengan Minho dan pesawat. Agak memalukan, malah. Bikin gue meringis sendiri kalau mengingatnya.

Jadi dulu, waktu mau promo tur album kedua di Pohang, kami naik flight paling
pagi dari Seoul. Berhubung flight-nya paling pagi, cukup banyak penumpang yang datang telat (tapi karena kami serombongan ada Minho, jelas kami nggak masuk golongan penumpang yang ngaret itu. Malah, kami orang-orang pertama yang masuk ke pesawat). Nah, saat kami sudah duduk manis di dalam pesawat, penumpang-penumpang lain banyak yang
namanya masih dipanggil melalui pengeras suara agar segera naik ke pesawat. Entah Minho salah makan, nggak sabar lagi sampai ke Pohang, atau sudah habis kesabaran, dia tiba-tiba berdiri dari kursinya dan berteriak pada semua pramugari,

“Astaga, maskapai macam apa ini?! Kalau penumpang-penumpang bodoh itu terlambat, tinggal saja! Ini kan pesawat, bukan angkot yang lagi ngetem! Apa kalian kejar setoran?!”

Sumpah, muka gue, Chanyeol, Sehun, Lay, Baekhyun, dan kru EXO saat itu sama sekali nggak ada bagus-bagusnya!

Ekspresi kami terbagi antara maluuuuu banget, kepingin mati di tempat, dan sok-sok nggak kenal sama Minho!

Emang gila tuh orang!

Manajer band terkenal, tapi malu-maluin! Hahaha.

“Kai, kenapa kamu bengong di situ? Ayo cepat turun!”

Waduh, gue dibentak-bentak, lagi, sama Minho!

Apa dia tahu gue lagi mikirin kekonyolannya, ya?


* * *


“Dan inilah dia... EXO!”

Lampu panggung dipadamkan, lalu Chen naik, disusul Sehun, Baekhyun, dan Lay. Gue seperti biasa, dapat giliran naik panggung paling akhir.

“Apa kabar, Daegu!” Gue menyapa audiens.

Tempo lagu baru kami, Best Luck mengalun.

Ini lagu yang gue buat untuk Krystal. Tepatnya, lagu yang LIRIK-nya gue tulis untuk Krystal, sementara melodinya digarap Chanyeol. Yeah, you know what I mean.

Gue kan nggak bisa main alat musik apa pun, gimana bisa bikin melodinya?

Lagu selesai, dan gue berhenti sebentar untuk mengatur napas gue, sebelum maju lagi ke depan panggung untuk menyapa audiens.

Dear KAI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang