IT’S OVER (AGAIN)
“THANKS ya, Vi, you’re my best pal!”
“Ah, sama-sama. Asal nanti kalau adik gue yang centil itu ngintip-ngintip, jangan lo ajak ngobrol ya, bisa kege-eran dia!”
“Sip!” Gue mengacungkan jempol, dan merebahkan diri di ranjang Ravi, teman kuliah gue (iya, iya, gue tahu gue lagi cuti kuliah, tapi kan Ravi tetap statusnya “temen kuliah” gue!).
Setelah menjelaskan tentang kenapa gue bisa ada di infotainment dengan berita mencium cewek di Gwangju lewat telepon pada Mama tadi siang, gue langsung menuju rumah Ravi.
Mau gimana lagi, coba?
Rumah gue penuh dikerubungi wartawan, padahal tiket Seoul-Jeju gue adalah tiket yang gue pesan untuk tanggal besok!
Gue nggak mungkin tidur di jalanan, kan?
Tapi kalau gue nekat pulang ke rumah, itu cari mati namanya!
Untung gue kepikiran untuk pergi ke rumah Ravi. Gue sedang bener-bener nggak mood menjawab pertanyaan para wartawan itu. Terserahlah mereka mau menggosipkan gue apa, gue nggak peduli lagi!
Infotainment sudah membuat gue kehilangan Krystal...
Yah, begitulah. Gue memutuskan untuk numpang di rumah Ravi semalam. Lebih baik daripada menginap di hotel, karena di rumah Ravi gue bisa sekalian punya teman ngobrol.
Tampangnya memang sempat kaget waktu melihat gue muncul di teras rumahnya, tapi dia langsung dengan sigap menyeret gue masuk, karena kepingin mendengar sendiri semua penjelasan tentang pemukulan Kris, rusuhnya konser EXO, dan gue yang, menurut istilah dia, punya mainan baru bernama Jessica Jung.
Hah! Gue nggak nyangka Ravi ternyata penyimak infotainment juga!
“Hoi! Bengong lo! Ayam tetangga gue pada mati semua nanti!” Ravi menepuk kaki gue keras-keras. “Tuh, saking seriusnya bengong, sampai digigitin nyamuk aja nggak kerasa!”
Dia menunjukkan tangannya yang belepotan darah, dengan bangkai nyamuk kecil di tengahnya. Gue mengerling kaki gue, di tempat yang ditepuk Ravi tadi, dan mendapati di situ juga ada bercak darah.
Hhh... ternyata putus cinta bikin mati rasa juga, ya?
Gue sama sekali nggak merasa ada nyamuk yang menyedot darah gue sebegitu banyak.
“Nih, daripada bengong, lo bantu gue deh.”
“Bantu apaan?”
“Lupa, ya? Lo nyuruh gue handle Friendster lo, dan sekarang banyak cewek kirim
message nih! Gue harus balas apa?”“Terserah lo deh. Lo kan yang paling jago ngurusin cewek gitu!”
“Iya, tapi gue sekarang udah mulai pusing nih! Udah kehabisan jawaban! Cewek-cewek ini... sekalinya dibalas message-nya, minta dibalas terus! Gimana kalau mereka tau kalau yang selama ini balas message mereka bukan lo ya?” Ravi cengengesan.
“Ya udah, biar aja. Daripada message-nya nggak dibalas, juga.” Gue mengedikkan bahu, tapi beranjak juga menuju meja komputer Ravi.
Window yang terpampang di monitor adalah inbox account Friendster gue, dan gue shock mendapati unread messages-nya ada sembilan belas!
“Setiap hari segini banyak?” tanya gue bingung.
“Iyaaa! Makanya, lo ngerti kan sekarang kenapa gue udah kehabisan kata-kata?” gerutu Ravi. “Gih, lo bantuin ngarang deh! Gue yang ngetik!” perintahnya.
Selama sepuluh menit berikutnya, gue membantu Ravi membalas beberapa message. Masih ada sisa tiga belas lagi, tapi gue juga sudah kehabisan kata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear KAI (END)
FanfictionSatu tahun setelah balik pacaran lagi, hubungan Kai dan Krystal masih adem ayem aja. Konflik-konflik kecil yang mereka alami paling-paling karena Kai tukang ngaret dan Krystal suka cemburu buta. Apalagi pas Kai syuting video klip bersama model konda...