KRYSTAL - 9

165 11 0
                                    

HE TELLS ME NOTHING

“IYA, Bu Robert, masa Bu Robert nggak tahu siiiih? Krystal nggak cerita sama Bu Robert? Saya tuh lihat di infotainment, Bu! Konser band pacarnya Krystal itu rusuuuhhh banget! Sampai puluhan orang luka-luka, katanya!”

Aku melepaskan tirai jendela yang tadi kusingkap dengan tangan, dan menelan ludah dengan susah payah.

Tetangga sebelah ada di depan sana, bercerita dengan penuh semangat pada Mama tentang berita infotainment yang ditontonnya. Berita infotainment tentang konser EXO yang berakhir rusuh...

Yang, sayangnya, bukan sekadar berita isapan jempol, karena aku sendiri melihat liputannya di berita pagi ini.

Konser EXO di Daegu rusuh. Menyebabkan puuhan orang luka berat dan ringan. Pagar pembatas antara penonton dan panggung roboh. Berita baiknya, nggak ada korban jiwa.

Tapi aku tetap merasa terinjak-injak, karena mengetahui semua itu dari TV... dan cerita tetangga pada Mama yang kucuri dengar dari balik jendela... bukannya langsung dari Kai sendiri.

Aku merasa nggak dipercaya. Sekali lagi dia nggak cerita padaku saat ada masalah...

Apa aku ini nggak berarti apa-apa buat dia?

Apa dia cuma menganggapku anak kecil yang nggak akan bisa dimintai pendapat tentang masalah ini?

Kalaupun iya begitu, kenapa dia nggak mau sekadar bercerita padaku?

Aku ini kan masih pacarnya...

Aku bisa merasakan air mata kecewa menuruni pipiku.

“Krys...”

Aku menoleh, dan melihat Mama berdiri di ambang pintu.

“Kenapa kamu nggak cerita ke Mama?”

Mama berjalan mendekat dan memelukku. Perasaanku makin amburadul.

Gimana bisa aku cerita Ma, kalau aku sendiri nggak tahu tentang masalah ini...?

“Sudahlah, itu bukan salah Kai...”

Apa yang bukan salah Kai?

Kerusuhan di konsernya?

Atau keputusannya untuk nggak cerita padaku tentang masalah ini?

“Mama tahu ini berat buat kamu, Krys. Apalagi setelah... masalah yang kemarin itu. Tapi kamu harus kuat, ya?”

“Tapi, Ma...,” aku bicara di sela tangisku, “aku merasa nggak dihargai... Kai sama sekali nggak cerita sama aku soal masalah ini. Aku marah sama dia... Aku marah... POkoknya aku benciii banget sama dia sekarang!”

Mama terdiam, tapi beberapa detik kemudian aku merasakan tangannya membelai lembut rambutku.

“Mungkin Kai masih shock. Dia pasti butuh waktu untuk berpikir dulu. Mama yakin, nanti juga dia bakal cerita sama kamu.”

Selalu begitu.

Kai butuh waktu berpikir. Kai butuh waktu sendiri.

Bagaimana dengan aku?

Aku juga butuh penjelasan. Aku juga butuh ditenangkan...

“Hei, kamu tahu nggak sih, dulu setelah setahun menikah, Mama dan Daddy bertengkar hebat? Sampai banting-banting barang segala?”

Heh, kenapa Mama tiba-tiba ngomong begitu?

“Nggak... aku nggak tau.”

“Itu disebut Pertengkaran Besar Pertama. Biasanya memang terjadi setahun setelah pernikahan. Nah... mungkin kamu sama Kai bakal mengalami itu sekarang.”

Dear KAI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang