Jakarta, November 2017
Stila baru saja selesai menjemur pakaiannya dan pakaian Niken di teras apartementnya. Sabtu ini jadwalnya untuk mencuci pakaian, dan jadwal Niken untuk belanja kebutuhan bulanan mereka di supermarket.
-••-
Masih Niken yang sama dengan Niken dimasa kuliah. Entah mengapa takdir membuat mereka terus hidup berdampingan. Bukan "berdampingan" dalam arti kata pendamping hidup. Namun Stila bersyukur orang itu adalah Niken. Niken yang menyapanya terlebih dahulu dikelas. Niken yang menawarkan bangku kosong untuk Stila. Niken yang menjadi saksi keterpurukan Stila dimasa akhir kuliah. Dan Niken yang membangkitkan Stila dari keterupurukan itu. Keterpurukan dari menghilangnya Dama.
Tahun 2015, setelah Stila dan Niken dinyatakan lulus dari bangku kuliah, mereka langsung dengan semangatnya mencari pekerjaan. Rutinitas mahasiswa fresh graduate. Lalu Stila lebih dulu mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Ide yang bagus untuk melupakan kelamnya kota Surabaya. Atau kelamnya kenangan di kota Surabaya tepatnya?
Di Jakarta, Stila menempati apartemen milik keluarganya yang semula mau dijadikan ladang invetasi. Namun dengan berpindahnya Stila ke Jakarta menjadikan ide investasi itu diurungkan dan justru menjadikannya tempat tinggal untuk Stila.
Ia bekerja di perusahaan Audit milik Jerman yang membuka kantor cabang di Indonesia, tepatnya di Jakarta. Rutinitas dan kesibukannya dalam bekerja benar-benar berhasil membuatnya lupa akan masa lalu kelamnya. Kesedihannya. Keterpurukannya. Dan dia benci untuk mengingatnya kembali.Lalu di awal tahun 2016, Niken mengabarkan bahwa ia direkrut salah satu perusahaan televisi swasta di Jakarta, berkat bantuan Yoga yang temannya adalah manajer HRD di perusahaan televisi itu.
Yoga, adalah lelaki yang sempat dijodohkan dengan Stila pada masa perkuliahaannya. Perjodohan itu akhirnya tidak terjadi, karena baik Yoga maupun Stila sama-sama tidak menghendaki perjodohan tersebut. Tentu saja Yoga yang saat itu sudah berusia lebih matang dari Stila mampu menjelaskan kepada kedua pihak keluarga dengan bijaksana. Sehingga perjodohan itu berakhir dengan baik. Bahkan Yoga yang kini sudah mau menikah masih berhubungan baik dengan Stila, juga Niken.
Kepindahan Niken ke Jakarta disambut antusias oleh Stila yang langsung menawarkan apartemennya sebagai tempat tinggal untuk berdua. Dan jadilah mereka "housemate" hingga saat ini.
Banyak perubahan yang terjadi selama dua tahun terakhir tinggal di Jakarta. Dari bahasa aku kamu yang kini menjadi gue lo. Dari kebiasaan pulang kerumah setelah urusan selesai menjadi mempir ke beberapa tempat dulu sebelum pulang malam hari. Dari yang bukan shoppaholic menjadi tidak pernah absen untuk shopping setiap minggu, akibat dari uang jajan yang kini dihasilkan sendiri. Bukan dari orangtua.-••-
Stila menutup pintu balkon yang juga teras rumahnya setelah menjemur pakaian yang baru saja selesai dicuci ketika hp nya berdering. Ia mengambil hp diatas meja minibar dapurnya dan mengangkat telpon dari Niken.
"Stilaaaaa!! Lo tebak deh gue ketemu sama siapa barusan?!" suara Niken dari seberang saluran telepon membuat Stila menjauhkan hp nya dari telinga untuk diletakkan krmbali diatas meja, kemudian menekan tombol loudspeaker.
"Apaan sih Ken? Lo berisik banget tau nggak" gerutu Stila sambil mengisi gelas kosongnya dengan air putih.
"Tebak gue barusan ketemu sama siapa!" ulang Niken dengan suara super excitednya.
"Afgan?" jawab Stila malas menyebut nama penyanyi favorit Niken.
"I wish, but no"
"Mas Rey?" kali ini nama senior yang ditaksir Niken di kantor.
"Ih, bukaan" sewot Niken.
"Reza Rahardian?
"He's hot, but this one is much hotter"
"Nyerah deh. Siapa sih?"
"Dama!! Gue ketemu Dama, Stil! Nggak ketemu sih, tepatnya gue ngeliat dia, tapi dia nggak ngeliat gue kok, jadi aman, hehe".
Jawaban Niken menghentikan gerakan gelas Stila yang sudah siap menempel di bibirnya, mengambang diatas angin, lalu detik selanjutnya diletakkan kembali diatas meja.Dama...
"Halloo? hey, lo masih disana kan?" tanya Niken yang tak mendapatkan respon dari Stila. Stila mendengar suara Niken, namun pikirannya tiba-tiba kosong.
"Niken?" kali ini suara laki-laki yang menyapa Niken diujung saluran telepon.
"Ya? Ohmaigat, Dama?!" teriak Niken membuyarkan lamunan Stila. Lalu sambungan telepon diputus sepihak oleh Niken yang seketika itu juga membuat jantung Stila berdetak tidak sewajarnya. Stila meremas dadanya, berusaha memperlancar pernapasannya yang mulai kacau.
Dama..
Ah si laki-laki sialan itu.
______________________________
Thankyou readers...💕
Bantu vote dengan klik tanda bintang yaa.
Dan jangan lupa klik "add to library" supaya dapet notif setiap update episode baru 😉.
Kalau ada saran, boleh banget left comment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity Crush [END]
Teen Fiction"Ah! Gantengnya ya si Dama itu" "Ya Tuhan. Udah ganteng, humoris pula, idaman poll" "Liat deh stylenya! Aw, keren abis sumpah" "Untung aja masih jomblo, jadi bebas dieksplorasi deh, hahaha" "Eh, dia dari Surabaya juga kan Stil? Kabarnya dia sekampus...