Pagi-pagi sekali Veri sudah sampai di apartemen Stila untuk mengantarkan baju kerja Niken yang semalam mendadak nginap demi menemani sahabatnya itu. Stila menemuinya di ruang tengah, sementara Niken sedang melakukan senam hamil yang mulai ia rutin lakukan setiap bangun tidur di kamarnya.
"Nih, ada titipan dari Dama. Katanya lo nggak boleh ngelewatin makan, biar punya tenaga menghadapi realita. Hehehe" ujar Veri menunjuk kotak bakery dengan bermacam-macam roti di dalamnya. Stila mengambil satu croissant berisi selai strawberry.
"Lo, nggak apa-apa?" Tanya Veri memastikan kondisi Stila yang matanya masih menunjukkan sisa-sisa sembab. Stila mengangguk sambil menikmati rotinya.
"Dama, gimana?" Stila bertanya balik.
"Yah, harus gue akuin kalau gossip itu lumayan bikin chaos. Dari kemarin gue banyak dapet panggilan buat Dama dateng ke talkshow atau podcast gitu, pada mau dulu-duluan bahas klarifikasi soal lo berdua. Tapi Dama masih belum mau. Dia bingung harus klarifikasi gimana, karena kalau dia nge-iyain gosip itu, sama aja kayak dia nge-ekspos lo ke media, dan kata dia lo belum siap untuk itu. Sedangkan kalau dia nyangkal gosipnya, ya dia takut bakal nyakitin lo karena sama aja kayak dia nggak ngakuin lo kan" jelas Veri.
"Lo yakin nggak mau go public aja?" Tanya Niken yang sudah muncul ditengah mereka dan langsung mengambil salah satu roti dari dalam kotak.
"Sejujurnya gue belum siap sih. Tapi, kalau misal harus go public, gimana dampaknya ke Dama?" Tanya Stila pada Veri.
"Hm, nggak begitu masalah sih. Karena dari kontrak job juga nggak ada larangan buat Dama in relationship sama siapapun. Jadi nggak akan berdampak apa-apa ke kerjaan harusnya" jawab Veri.
"Lo malah mikirin dampaknya ke Dama, padahal sebenernya yang paling kena dampaknya itu elo tau nggak. Dama tuh udah biasa lah ngurusin gosip-gosip begini. Lah elo, gimana?" Sahut Niken.
"Kalo dampak ke fans nya Dama gimana Ver?" Tanya Stila lagi.
"Hm, lo ada bacain komenan orang-orang di postingan itu nggak?" Tanya Veri balik. Stila menggeleng.
"Oke, kalau dari komenannya sih sebenernya ada pro dan kontra dari gosip kalian. Yang kontra itu kebanyakan justru fansnya Cath. Karena mereka menganggap Dama adalah sosok yang pas buat idola mereka. Justru kebanyakan fansnya Dama itu setuju-setuju aja kalau dia sama lo, lebih ke ngebebasin Dama mau jadian sama siapa sih. Palingan nggak sampai 10% dari fansnya Dama yang kontra. Menurut gue sih orang-orang yang kontra itu ya masih baper aja sama filmnya mereka. Nanti lama-lama juga gosipnya bakal reda, dan mereka akan ngerti" jelas Veri.
"Terus, ngefek nggak ke Catherine?" Tanya Stila lagi.
"Ya enggak dong. Justru sebenernya kalau Catherine bisa bantu ngomong ke fansnya, bikin mereka ngerti kalau emang Cath sama Dama nggak ada hubungan selain profesionalitas, bakal lebih membantu. Cath baik kok. Kalau Dama minta tolong soal itu, gue yakin dia bakal bantuin".
Penjelasan Veri itu benar-benar membuat Stila lega. Mungkin karena ia mendengarnya langsung dari seseorang yang cukup paham dunia hiburan. Sekarang hanya tinggal memutuskan apakah dia siap untuk mengkonfirmasi hubungannya dengan Dama pada media atau tidak. Apakah dia siap mau tak mau kehidupannya akan disororoti atau tidak. Apakah dia siap menghadapi orang-orang yang kontra dengan hubungannya atau tidak.
Ah, Stila merindukan Dama. Rasanya membicarakan hal ini dengan Dama secara langsung akan membuatnya lebih tenang. Ia sedang mempertimbangkan apa ia perlu mencoba bertemu dengan Dama sebagai permulaan rencana go-publiknya. Kalau dia merasa aman dengan pertemuan itu di tempat umum dan di tengah gosip mereka yang tengah hangat ini, sepertinya Stila akan siap bila harus go-public.-••-
Stila baru sampai di ruangannya saat memutuskan untuk mengajak Dama bertemu nanti sepulang kerja
"Hei, sibuk?" Ketik Stila lalu mengirimkannya ke Dama.
"Hei babe, ini mau briefing sebelum take. Gimana? Udah mendingan?" Jawab Dama tak lama setelah pesan Stila masuk.
"Much better. Makasih udah ngirim Niken sama Veri. Sangat membantu :) "
"Sorry gabisa ada saat kamu butuh :( "
"Selesai syuting jam berapa malem ini? Bisa ketemuan? Aku perlu ngobrol"
"Jam 5 sore take terakhir. Serius kita udah bisa ketemu?"
"Ya, kalau kamu mau"
"Sure! Di rumahmu?"
"Di cafe bawah kantorku. Kalau malem nggak terlalu rame"
"Serius? Kamu nggak apa-apa kita ketemu diluar?"
"Sure! See you at 7.pm "
"I miss you! And I love you!"-••-
Stila sudah berada di lift, hendak menemui Dama yang sudah menunggu di cafe loby kantornya. Kondisi cafe dan sekitar loby sudah tidak terlalu ramai. Selain karena sudah banyak karyawan yang pulang, cafe ini memang lebih ramai di jam istirahat siang.
"Hai" sapa Stila dan duduk di depan Dama yang membalas sapaannya dengan senyum lebar.
"Aku udah pesenin caramel latte sama cake red velvet. Ada lagi yang mau kamu pesen?" Tanya Dama.
"Makasih" ucap Stila lalu meneguk kopinya.
"Jadi apa yang mau diomongin?" Tanya Dama sambil memasukkan sepotong cake peanut butter ke dalam mulutnya.
"Gimana menurut kamu kalau kita go-public?". Pertanyaan Stila sontak membuat Dama terkejut hingga melebarkan kedua matanya, lalu menegak es americano miliknya.
"Aku sama sekali nggak ada masalah. Kamu inget kan kalau niat awalku jadi seleb emang buat nyari kamu? Jadi sebenernya aku nggak ada alasan buat nyembunyiin hubungan kita. Selama ini kan aku ngehormati keinginan kamu yang nggak mau hubungan kita di publish. Dan aku juga nggak masalah sama itu. Jadi kalau sekarang kamu merasa siap buat go-public, I'am beyond happy than. Aku akan dengan sangat bangga memperkenalkan kamu sebagai pacarku" jawab Dama. Stila tersenyum hanya dengan mendengar jawaban Dama.
"Tapi sebelum itu, aku harus mastiin kamu bener-bener yakin buat ini" lanjut Dama.
"Menurutmu, aku bisa nggak?" Tanya Stila.
"Hm. Awalnya mungkin akan nggak gampang. Tapi aku akan berusaha supaya kamu nggak terlalu kesulitan. Aku mau jadi orang yang bisa selalu jagain kamu, ada buat kamu, sampai kamu nggak perlu merasa khawatir tentang apapun" jawab Dama menggenggam tangan Stila.
"Apa menurutmu nggak apa-apa kalau nantinya aku tetep nggak mau terlalu diekspos media? Kalau secukupnya aja sih nggak masalah"
"Itu tugasku. Aku yang akan bikin media ngerti kalau kamu tetep butuh privasi dan mau kehidupanmu berjalan seperti biasa aja"
"Oke kalau gitu. Kita coba"-••-
Setelah Stila akhirnya memutuskan untuk mempublish hubungannya, Dama menyetujui undangan untuk datang di salah satu podcast yang hostnya ia kenali cukup dekat untuk mengklarifikasi gosip yang beredar. Ya, tentu saja ia membenarkan hubungannya dengan Stila dan menegaskan bahwa kedekatannya dengan Catherine hanya sebatas profesionalitas saja dan sampai saat ini mereka tetap berhubungan baik. Ia menceritakan bagaimana awal mula bertemu Stila yang dimulai sejak mereka kuliah, dan mengakui bahwa ia sudah naksir dengan kekasihnya itu sejak dulu. Tujuannya? Tentu saja agar mereka yang tak menyetujui hubungannya jadi mengerti seberapa cinta dan tulusnya Dama kepada wanitanya itu.
Vidio klarifikasi itu sangat banyak diminati hingga menjadi trending topic dalam beberapa hari. Tak disangkal bahwa kehidupan Dama dan Stila berubah sejak vidio itu menjadi viral. Jadwal Dama menjadi lebih padat karena ia banyak diundang ke acara-acara TV yang ikut penasaran dengan kebenaran klarifikasi Dama, atau hanya mengundangnya karena ia sedang viral. Begitupula Stila yang merasa dirinya jadi dikenali lebih banyak orang saat berada di tempat umum. Ia merasa akhir-akhir ini banyak mata yang memerhatikannya, baik di apartemen maupun di kantor, tentu saja kecuali rekan-rekan satu divisinya yang sudah tau duluan soal kebenaran gosip itu. Mereka juga mulai memberanikan diri untuk bertemu di tempat umum, bahkan Dama beberapa kali muncul di loby kantor Stila untuk menjemputnya atau sekedar mengajak makan siang bersama saat jadwal syutingnya sedang kosong di jam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity Crush [END]
Fiksi Remaja"Ah! Gantengnya ya si Dama itu" "Ya Tuhan. Udah ganteng, humoris pula, idaman poll" "Liat deh stylenya! Aw, keren abis sumpah" "Untung aja masih jomblo, jadi bebas dieksplorasi deh, hahaha" "Eh, dia dari Surabaya juga kan Stil? Kabarnya dia sekampus...