Sudah tiga tahun sejak Dama dan Stila pertama kali kenal. Sudah memasuki semester 7, dan mereka masih tetap bersahabat seperti dulu. Tidak perduli bagaimana orang lain menganggap mereka berpacaran, faktanya adalah bahwa mereka hanya bersahabat. Dan baik Dama maupun Stila sama-sama menghargai itu.
Dama dan Stila bahkan memiliki cafe favorit tempat mereka berdua saling bercerita selain di kampus. Dan pelayan cafe itu pun mengenali mereka yang awalnya juga mengira bahwa Dama dan Stila adalah sepasang kekasih, yang langsung dikonfirmasi ketidakbenarannya oleh mereka berdua.
13.15 pm
Stila: ping!!
Dama: apa, Asti?
Stila: cafe biasa, 15 menit lagi!
Dama: hah? Aku lagi futsal.
Stila: please, aku lagi butuh temen cerita. :"(
Dama: otw-••-
Stila duduk dikursi favoritnya dengan Dama di cafe itu, kursi yang agak menjorok kedalam, jauh dari tempat ramai, karena itulah kursi itu selalu kosong ketika mereka ke cafe ini. Pelayan sudah meletakkan caramel latte milik Dama dan caramel milk tea milik Stila diatas meja. Menu favorit mereka berdua. Dan Dama baru datang setelah Stila menunggu 20 menit.
"Hei" sapa Dama dan langsung duduk dikursi didepan Stila. Stila mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk dimeja.
"Loh, kamu kenapa? Ada masalah?" Tanya Dama lagi dengan raut muka khawatir, melihat ekspresi Stila yang sudah siap menangis.
Stila menepuk kursi kosong disebelahnya, lalu Dama langsung pindah ke kursi tersebut. Adalah kebiasaan Stila, yang kalau menangis tidak memperbolehkan Dama ada didepannya, tapi disebelahnya, karena Stila tidak mau Dama melihatnya waktu ia menangis. Dan benar saja, baru Dama meletakkan pantatnya di kursi sebelah, Stila sudah telungkup di meja, menangis. Dama menepuk-nepuk punggung Stila. Bersabar menantinya berhenti menangis sambil menyiapkan tissue.Suara tangisan Stila mulai mereda, lalu dua menit selanjutnya benar-benar berhenti. Masih dengan wajah telungkup diatas meja, tangan kirinya disodorkan ke arah Dama, yang duduk disebelah kirinya, dan Dama memberikan tisue ke uluran tangan Stila. Stila membereskan wajahnya masih dengan posisi kepala tertunduk, lalu mengangkat kembali kepalanya menyisakan mata sembab dan hidung merah, dan bersandar di kursinya. Mereka sama-sama terdiam, Dama masih sabar menanti upaya penenangan diri Stila.
"Aku dijodohin" ucap Stila dengan suara parau, bekas menangis. Dama langsung menegakkan punggungnya yang sedaritadi menyandar di kursi, menghadap Stila, menanti penjelasan lanjutan dari Stila.
"Aku nggak ngerti kenapa tiba-tiba orangtuaku mau jodoh-jodohin aku gini, Dam. Aku nggak bisa nyerna semuanya." Lanjut Stila dengan tatapan mata kebawah. Dama masih diam.
"Awalnya bunda cuma nanya apa sebenernya hubunganku sama kamu, Dam. Ya aku bilang dong kalau kita sahabatan." Sampai disini Dama mulai menyandarkan lagi punggungnya, resah.
"Aku pikir bunda cuma mau mastiin aja, sama kayak orang lain. Nggak taunya buat mastiin kalau aku bisa dijodohin sama anak temennya ayah. Besok malem keluarga kami bakal ketemu. Dan bunda kayak nggak ngasih kesempatan aku buat mikir. Bunda udah yakin kalau itu yang terbaik" Stila hampir terisak lagi, lalu menarik nafas dalam-dalam, menahan airmatanya tak keluar lagi."Aku harus gimana, Dama"
"Kamu mau? Dijodohin?" Dama angkat suara.
"Kamu tau lah aku nggak mau, kalau aku mau ngapain aku nangis gini. Tapi kamu juga tau aku nggak pernah nentang kemauan bunda sama ayah".
"Jadi maumu gimana?" Suara Dama mulai rendah.
"Kamu nggak ada saran lain apa? selain nanya gimana gimana terus" Stila mulai kesal.
"Kamu bilang ke orangtuamu, kamu sama aku punya hubungan yang lebih serius dari sekedar sahabat. Mungkin mereka akan ngerti" ujar Dama dengan suara datar, dan pandangan datar ke meja.
"Kamu nih. Ini nggak sebercanda itu Dama"
"Dan kamu nganggap aku sebercanda itu". Dama melirik Stila sebentar, sangat sebentar, lalu beralih ke meja lagi. Baru kali ini Dama enggan menatap wajah Stila saat berbicara dengannya.
"Kamu pulang, omongin baik-baik sama orangtuamu tentang perasaan kamu. Ngomong disini sama aku nggak akan ngerubah apapun" ujar Dama dan berdiri lalu pulang. Meninggalkan Stila dalam kebingungannya sendiri. Kerasahannya sendiri. Kesedihannya sendiri. Airmatanya sendiri.______________________________
Thankyou readers...💕
Bantu vote dengan klik tanda bintang yaa.
Dan jangan lupa klik "add to library" supaya dapet notif setiap update episode baru 😉.
Kalau ada saran, boleh banget left comment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity Crush [END]
Ficção Adolescente"Ah! Gantengnya ya si Dama itu" "Ya Tuhan. Udah ganteng, humoris pula, idaman poll" "Liat deh stylenya! Aw, keren abis sumpah" "Untung aja masih jomblo, jadi bebas dieksplorasi deh, hahaha" "Eh, dia dari Surabaya juga kan Stil? Kabarnya dia sekampus...