Keesokan harinya, Dama dan Stila melanjutkan liburan mereka di Bali. Mereka akan mengunjungi pantai tanjung benoa untuk bermain wahana air dan tak lupa tujuan favorit Stila setiap kali ke Bali yaitu menyaksikan pertunjukan tari kecak di uluwatu saat matahari terbenam, lalu terakhir makan malam di kawasan jimbaran.
Stila selesai mengemas pakaian ganti dan kebutuhan lainnya untuk bermain di water sport nanti. Mereka segera turun untuk menemui pak Made yang akan mengantar ke destinasi wisata hari ini mengingat sudah hampir tengah hari. Jalan menuju pantai tanjung benoa cukup ramai karena di hari Minggu sudah pasti banyak wisatawan yang datang. Setelah antri cukup panjang untuk sampai di drop point, mereka segera turun dan membeli tiket masuk dan juga tiket untuk wahana permainan. Stila mengganti bajunya dengan pakaian renang, begitupula dengan Dama. Mereka akan mencoba wahana parasailing yang bisa dinaiki oleh dua orang bersamaan, bermain rolling donut, menaiki jet ski yang akan dikemudikan oleh Dama sendiri, dan tak lupa scuba diving untuk menikmati indahnya kehidupan bawah laut.
Puas dengan permainan wahana air, tak terasa waktu telah berlalu empat jam lamanya. Mereka segera mandi dan bersiap untuk menuju destinasi selanjutnya yaitu pantai uluwatu. Stila tak mau terlambat karena ini adalah destinasi favoritnya. Pak Made segera memacu mobilnya. Mereka menyempatkan untuk mampir di layanan drive thru untuk membeli burger karena mulai merasa lapar setelah bermain.
Setelah satu setengah jam perjalanan yang mereka tempuh, akhirnya sampailah mereka di wisata pantai uluwatu. Setelah membeli tiket, merekapun memasuki kawasan pantai uluwatu. Mereka perlu berjalan cukup jauh untuk sampai di destinasi utama dimana pertunjukan tari kecak akan berlangsung. Namun mereka menikmatinya sambil berfoto ria.
"Aku nggak nyangka kita bisa sampek liburan kesini. Di tempat serame ini" ujar Stila menggandeng tangan Dama.
"Aku malah selalu bayangin bisa liburan berduaan gini sama kamu. Seneng juga akhirnya bisa terwujud" kata Dama.
"Maaf ya, karena butuh waktu lama buat ngewujudin itu"
"Nggak perlu minta maaf. Aku mau kok nunggu kamu siap sampai kapanpun. Tapi, kamu udah nyaman kan sekarang?"
"Jauh lebih nyaman dari pas awal-awal sih. Hehehe"
"Kapanpun kamu ngerasa nggak nyaman, bilang sama aku ya"
"Iya, sayang"Tak terasa mereka sampai juga di lokasi utama. Pengunjung sudah ramai memenuhi tempat duduk, baik wisatawan lokal maupun asing. Dama menuntun Stila untuk duduk di tribun paling atas dibagian tengah. Tak butuh waktu lama sampai kursi penonton menjadi penuh lalu pasukan tari kecak mulai memasuki area pertunjukan. Pemeran Rama dan Shinta menari dengan indahnya, menceritakan kisah mereka melalui gerakan yang lemah gemulai. Seruan lagu tari kecak menggema mengiringi sinar matahari yang mulai sembunyi. Saat itu, warna langit sedang indah-indahnya dengan semburat jingga. Suara deburan ombak terdengar sayup-sayup diantara seruan nyanyian lagu tari kecak. Dama menggenggam tangan Stila. Stila merasakan sesuatu diantara tangannya dan tangan Dama. Seperti benda kecil melingkar. Lalu saat menyadari kemungkinan benda itu sesuai tebakannya, Stila mengalihkan pandangannya pada Dama yang sedang memandanginya juga dengan senyum terlembutnya yang pernah Stila lihat. Dama melepaskan genggamannya lalu memindahkan tangannya kebawah punggung tangan Stila agar tangannya tetap menengadah keatas. Stila terkejut melihat sebuah lingkaran kecil nan cantik dengan sebuah berlian kecil. Ia sampai menutup mulutnya dengan tangan satunya.
"Under the sunset, I want to declair how much I love you. Stila, I love you so much. Aku mau kamu selamanya. Aku nggak tau apa ini terlalu cepat buat kamu. But, can I marry you?" Ucap Dama. Suaranya saat itu terasa mengalahkan seruan puluhan orang yang sedang berkecak di depan mereka. Stila bahkan lupa kalau ia sedang menonton pertunjukan favoritnya.
Matanya mulai terasa panas. Air matanya mendesak keluar. Ia menatap dalam kedua mata Dama, merasakan ketulusan kekasihnya itu.
"It is too fast. But, if I marry someone, aku mau kamu orangnya" jawab Stila. Dama tersenyum bangga lalu memasangkan cincin di jari tengah Stila dan memeluknya.
"Thank you. I love you" bisik Dama
"I love you"Setelah selesai menonton pertunjukan tari kecak, mereka lalu makan malam di kawasan Jimbaran yang terkenal dengan aneka menu seafoodnya dan setelah itu pulang kembali ke hotel. Dama tertidur lebih dulu malam itu. Stila tak kunjung mengantuk walau jam sudah menunjukkan pukul 00.15. Ia berkali-kali memandangi cincin yang melingkar di jari tengahnya, memastikan yang terjadi tadi bukan hanya mimpi. Ia juga berkali-kali mengulang momen Dama melamarnya beberapa waktu lalu dalam ingatannya. Hatinya berdebar setiap kali mengingat momen itu. Kini ia memandangi wajah lelakinya, kekasihnya, yang tengah tertidur lelap di sampingnya. Ia memerhatikan setiap garis wajah dan setiap lekukan pada wajah Dama, lalu mengelus pipinya dengan sangat perlahan, tak ingin membangunkannya. Saat itulah ia merasa sangat yakin dengan keputusannya tadi, bahwa ia mau menikahi lelaki itu. Ia mau menghabiskan sisa hidup dengannya.
"Aku mau setiap bangun pagi lihat wajah kamu. Aku mau selalu ada kamu di hidupku. Makasih udah milih aku. Makasih udah mau nyari aku lagi. I love you" bisik Stila lalu memeluk Dama dan mencoba tidur.-••-
Keesokan paginya, seperti pagi hari sebelumnya, mereka sedang menyaksikan matahari terbit dari balkon resort saat telpon Stila berdering. Stila melihat ada panggilan vidio dari sahabatnya dan mengangkatnya.
"Halo, Ken" sapa Stila.
"Hei! Are you guys getting married?!" Seru Niken dengan nada dan ekspresi super excitednya, membuat Stila dan Dama yang ikut mendengarnya terkejut.
"What?" Tanya Stila.
"Kalian belum liat yang lagi rame di IG?" Tanya Niken balik. Membuat Dama buru-buru mengambil ponselnya dan membuka akun sosmednya. Niken masih menggantung di panggilan vidio.
"Oh God" ucap Dama seraya menunjukkan ponselnya pada Stila. Mereka melihat sebuah vidio amatir yang menunjukkan momen Dama melamar Stila tadi malam. Vidio dengan caption Dama proposed to Stila in Bali itu tampak diambil dari tribun sebelah mereka, jarak yang tidak terlalu jauh membuat wajah keduanya tampak jelas di vidio itu.
"Hah?! Jadi beneran lo ngelamar Stila?!" Seru Niken lagi. Wajahnya sudah senang bukan main. Stila tertawa sambil menunjukkan cincin di jarinya. Niken berseru senang sampai air matanya ikut keluar.
"Oh my God! Im beyond happy for you guys! Gue sampek nangis nih. Cepetan pulang dong. Gue pengin peluk kalian!" Ujar Niken. Stila dan Dama tertawa.
"Sayang! Aku ikut ke bandara jemput Dama sama Stila ya!" Teriak Niken pada suaminya yang entah berada dimana.
"Pasti Veri lagi hectic banget ya sama berita ini?" kata Stila.
"Ya nggak apa-apa lah. Udah kerjaan dia. Hahaha" jawab Niken.
"Yaudah deh, gue udah lega karena denger langsung dari kalian. Pokoknya gue seneng banget buat kalian. See you guys in Jakarta. Bye!" Lanjut Niken lalu mematikan panggilan.
Stila mengalihkan perhatiannya pada Dama yang sedang terdiam di sebelahnya.
"Hei, kenapa?" Tanya Stila
"Hm, aku lagi mikirin kondisi di bandara nanti pas kita sampai di Jakarta. Pasti hectic sih"
"Oh, iya juga ya. Emang rencana kamu gimana?"
"Misalkan bener banyak wartawan disana, kamu mau nemuin atau enggak?"
"Aku ikut kamu aja. Aku nggak apa-apa asal sama kamu"
"Oke. Mandi dulu terus sarapan yuk. Jadi mau beli oleh-oleh buat temen-temen kantor kan?"
"Iya, jadi"Setelah mandi dan bersiap, mereka menuju ke restaurant untuk sarapan. Benar saja bahwa vidio itu sudah menyebar dan ditonton banyak orang. Terbukti dari banyaknya orang-orang yang berbisik membicarakan vidio mereka sepanjang waktu sarapan pagi itu.
"Kamu mau sarapan di kamar aja?" Tanya Dama menyadari kegelisahan Stila. Stila hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya.
"It's oke, sayang. Orang-orang cuman lagi heboh aja sama vidio itu. Tapi mereka support kok, nggak ada tuh yang hate coment" lanjut Dama mengelus punggung tangan Stila.
"Iya" jawab Stila mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dia meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, bahwa keputusannya untuk bersama dengan Dama sudah tepat. Ia benar-benar harus mulai membiasakan dirinya dengan semua hal yang selama ini terus saja membuatnya tak nyaman. Karena ia tau, kedepannya akan terus bermunculan orang-orang yang ingin mengintervensi kehidupan pribadinya. Dan demi bisa bersama Dama, ia harus terbiasa dengan hal-hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity Crush [END]
Подростковая литература"Ah! Gantengnya ya si Dama itu" "Ya Tuhan. Udah ganteng, humoris pula, idaman poll" "Liat deh stylenya! Aw, keren abis sumpah" "Untung aja masih jomblo, jadi bebas dieksplorasi deh, hahaha" "Eh, dia dari Surabaya juga kan Stil? Kabarnya dia sekampus...