22. Khawatir

233 22 0
                                    

Sabtu pagi, Stila sedang melakukan pemanasan di jogging track apartemennya. Sudah hampir sebulan ia melewatkan rutinitasnya jogging di setiap sabtu dan minggu pagi. Akhir-akhir ini dia merasa tubuhnya mudah lelah, hingga akhirnya memutuskan untuk melanjutkan rutinitasnya itu lagi. Area jogging sudah mulai ramai penghuni apartemen. Baru saja Stila akan mulai lari ketika tidak sengaja mendengar dua wanita yang sedang melakukan pemanasan di dekatnya menyebut nama Dama, membuat Stila menghentikan langkahnya.
"Sumpah deh, gue yakin banget itu Dama yang gue lihat. Dia masuk ke tower Infinity" ujar salah satu dari mereka yang berambut ashy. Stila memutuskan untuk mendengarkan pembicaraan mereka sambil kembali melakukan peregangan, ingin tau apa yang sedang dibahas kedua wanita itu.
"Tapi artis-artis kan kebanyakan di tower bloomington" balas wanita yang berambut hitam.
"Makanya, gatau deh. Gue sempat nanya securitynya bilang nggak tau tuh" kata si rambut ashy lagi. Tak lama mereka pun memulai jogging. Stila juga akhirnya mulai berlari ke arah yang berlainan dengan dua wanita tadi. Dia tak mau ambil pusing, tapi entah kenapa malah muncul rasa khawatir di hatinya.

Stila melirik arlojinya, menunjukkan pukul 08.30. Sudah hampir dua jam dia olahraga saat memutuskan untuk kembali ke apartemennya sembari mengecek handphone nya. Hari ini Dama akan datang dan dia harus bersih-bersih.
Lift mengantar Stila ke lantai unitnya, dan Stila dibuat terkejut melihat sosok pria yang berdiri didekat pintu rumahnya. Pria yang tak lain adalah Dama, dengan senyum lebarnya menyambut kedatangan si tuan rumah. Stila tersenyum lebar, rasanya rindu yang sejak kemarin disimpan sudah mau meluap. Stila sangat ingin memeluk Dama saat itu juga, tapi urung dilakukan mengingat ia baru selesai olahraga, badannya berkeringat, dan lagi ini di koridor yang bisa diakses banyak orang, Stila tiba-tiba teringat pembicaraan dua wanita asing dibawah tadi, lalu menoleh ke sekitar memastikan tidak ada yang melihat mereka dan buru-buru membuka pintu rumah dan menarik Dama masuk.
"Ada apa sih?" Tanya Dama bingung.
"Hm?" Stila mengangkat kedua alisnya.
"Kamu kenapa kok kayak khawatir gitu mukanya?"
"Enggak kenapa-kenapa. Kamu kok dateng jam segini? Katanya siang?"
"Iya, tappingnya diundur besok pagi sampek siang. Jadi hari ini free, tapi besok agak full. Dan lagi, kemarin ada yang bilang kangen aku tuh". Dama menghampiri Stila yang sedang minum didepan kulkas, hendak memeluknya dari belakang. Tapi Stila langsung menghindar saat melihat gerakan Dama dari pantulan pintu kaca kulkas.
"Aku belum mandi! Habis olahraga, ih kamu" ujar Stila. Dama terkekeh.
"Kamu tau nggak kalau kamu keliatan seksi banget sekarang?" Dama memuji Stila yang walaupun tampak berkeringat dengan beberapa helai rambutnya yang mencuat dari kuncir dan hanya mengenakan kaus hitam polos tetap saja terlihat seksi dimata Dama, membuat Stila memutar bola matanya sambil mendengus sedikit kesal.
"Aku nggak keberatan kalau badanku kena keringetmu. Kan aku bisa mandi disini sama..." kata-kata Dama dibuat menggantung oleh pelototan mata Stila. Dama terkekeh lagi.
"Stop it, Dama" Stila menghentikan Dama yang suka sekali menggodanya. Dama mengacungkan tanda piece dengan kedua jarinya.
"Aku mau mandi dulu. Bisa kamu pesenin sarapan? Aku apa aja yang penting nasi karna habis jogging" ujar Stila melangkah menuju kamarnya.
"Ok, baby" jawab Dama lalu mencium pipi kanan Stila, membuat Stila terkejut karna dia bahkan tak tau sejak kapan Dama ada di dekatnya karna terakhir dilihatnya dia ada di ruang makan.
"Ish Dama!" Teriak Stila tak dapat menyembunyikan rasa senangnya karna dipanggil baby dan cium pipi mengejutkan itu. Dama tertawa puas sambil melemparkan dirinya ke sofa panjang.

Berselang 20 menit saat Stila keluar dari kamarnya dalam keadaan sudah segar dan bersih. Handuk kecil masih melilit di rambutnya. Dama sedang menonton serial Netflix di TV.
"Hari ini kita mau ngapain?" Tanya Dama, matanya masih fokus ke layar kaca. Stila memikirkan pertanyaan Dama sambil mengambil anggur dan apel dari dalam kulkas lalu membawanya ke meja TV lalu duduk di sebelah Dama.
"Kamu, bosen nggak sih kalau kita ketemuan disini atau di tempat kamu terus?" Tanya Stila hati-hati, karena sebenarnya dia sendiri yang belum siap jalan ke tempat umum dengan Dama. Dama mengalihkan pandangannya ke Stila yang duduk di sebelahnya. Memandangi raut wajah Stila.
"Aku nggak masalah, selama kamu nyaman aja. Ya kalau bosen, ada lah sedikit. Tapi daripada kita keluar terus kamunya malah nggak happy pergi sama aku, ya better disini atau di tempatku asal kamu happy" jawaban Dama melegakan hati Stila, membuat senyum di bibirnya. Dama menarik tangan Stila, menyandarkan tubuhnya dibahu Dama.
"Kalau boleh tau, emang apa sih sebenernya yang kamu takutin?" Tanya Dama.
"Hm, nggak tau sih. Cuman aku merasa beda aja kan dunia artis sama duniaku. Aku nggak siap aja kalau kehidupanku disorot, tau kan maksudku?" Jelas Stila. Sebenarnya Dama sudah tau kalau Stila akan begitu, karena memang dari dulu Stila introvert, sebisa mungkin menghindari kerusuhan atau keramaian.

Kling!
Suara notifikasi hp Dama membuyarkan lamunan.
"Driver ojolnya udah sampek nih. Aku turun ambil makanan dulu ya" kata Dama.
"Eh, jangan! Aku aja. Jam segini dibawah biasanya rame" cegah Stila lalu berdiri melepas handuk di kepalanya, menyisir rambut seadanya dengan jari tangan lalu menghilang dibalik pintu. Dan saat itu, Dama tau apa yang dikhawatirkan Stila.

Tak lama Stila kembali dengan paperbag berisi makanan yang tadi dipesan Dama. Mereka menyarap diselingi obrolan-obrolan ringan seputar dunia hiburan yang ingin Stila fahami, tentang Veri dan Niken, tentang rutinitas siang baru Stila di kantor, dan tentang apa yang akan mereka lakukan setelah ini, yaitu bersih-bersih rumah.

"Yakin kamu mau bantu aku bersih-bersih rumah? Aku bisa bersih-bersih sendiri besok kok" tanya Stila pada Dama yang saat ini sudah membawa piring kotor bekas sarapan ke bak pencuci.
"Kenapa enggak? Hitung-hitung membiasakan diri buat nanti berumah tangga sama kamu kan" jawab Dama menggoda Stila lagi. Stila tertawa.
"Hobi banget ya kamu godain aku gitu" ujar Stila sambil menyeruput es kopinya lalu dibalas Dama dengan kedipan satu matanya. Dan mereka tertawa.

Menit selanjutnya Dama sudah mengelap meja dapur dan meja makan. Sedangkan Stila memvakum lantai rumahnya. Stila membuka jendela balkon dan langsung disambut angin yang menyebar ke ruang tengah, mengibaskan rambut setengah kering Stila, membuat Dama memandangi Stila dari tempatnya berdiri.

"Kamu lagi iklan shampo?" Ledek Dama terkekeh. Stila mendengus kesal.
"Mau bilang aku cantik, bilang aja. Nggak usah pakai ngejek gitu dong" ledek Stila balik.
"Hahaha lagian udah kayak di film-film India aja kamu". Dama dan Stila tertawa.
"Eh, ngomong-ngomong soal film, dua minggu lalu aku ikut casting buat mini series, terus kemarin Veri ngabarin kalo aku lolos pemeran utama" cerita Dama. Stila mendengar dengan takjub lalu menghampiri Dama.
"Wow, hebat dong, main character. Pertama kali kan ini? Tentang apa filmnya?"
"Yah, lumayan lah buat permulaan lewat mini series dulu. Rom-Com sih. Jadi agak santai perannya. Lawan mainku Catherine. Mulai readingnya 2 minggu lagi habis itu syuting. Jadi, mungkin akan agak sibuk"
"Hey, im proud of you. Nggak usah khawatirin gimana kita bakal ketemu setelah kamu sibuk nanti. Kapanpun kamu senggang, aku akan usahain ketemu kamu". Stila menghibur Dama yang terlihat cemas, tidak ingin merusak moodnya. Dama memeluk Stila.
"Eh, kamu pernah nonton midnight movie nggak?" Tanya Stila, masih sambil memeluk Dama. Entah kenapa hal itu tiba-tiba terbesit di otaknya.
"Pernah sekali, kenapa emang?"
"Rame nggak?"
"Nggak serame jam normal sih. Kamu mau?"
"Mau nyoba nggak?"
"Aku ikut kamu aja. Kalau kamu mau, ya ayo"
"Oke, yuk coba"

Dan begitulah akhirnya Stila dan Dama menghabiskan malamnya dengan midnight movie, setelah seharian berduaan dengan Stila di rumah saja tanpa merasa kebosanan. Memang benar bioskop jam tengah malam tak seramai jam normal, dan untuk pertama kalinya Stila tak khawatir kencan diluar dengan Dama.

Celebrity Crush [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang