Stila sedang duduk santai di sofa sambil menonton acara hiburan di TV saat terdengar bunyi kunci pintu apartemennya dibuka dari luar, disusul masuknya Niken dan suara "brak" ketika Niken meletakkan dua kantong besar belanjaannya di depan pintu dan berlari kecil ke arah Stila, meninggalkan belanjaannya begitu saja.
"Lo mau denger good news duluan, atau bad news?" cecar Niken dengan ekspresi super excitednya. Stila melirik sebentar ke arah Niken.
"Harus milih?" Stila memfokuskan lagi pandangannya ke televisi.
"Ya harus dong. Lo nggak ngehargain gue yang udah jauh-jauh pergi dan balik bawa berita buat lo?" protes Niken sambil mengerucutkan bibirnya.
"Habis gini lo nggak usah belanja bulanan disitu lagi. Lagian ada yang lebih deket kenapa lo milih jauh-jauh kesana sih?" Stila juga mengajukan protesnya.
"Ya karena gue jadi membernya di supermarket yang itu. Kan lumayan dapet potongan. Wait, that's not the point! Good news or bad news?!" Niken mengulangi pertanyannya.
Stila menghembuskan nafas.
"Good news" jawab Stila datar. Niken mengambil nafas dalam.
"Dia nggak tau apa-apa tentang keberadaan lo di Jakarta" jawab Niken dalam satu helaan nafas.
"Good. And what's the bad?"
"God, he's extremely hot. Sumpah deh Stil, dia dua ratus kali lipat lebih hot daripada waktu kuliah dulu" jawab Niken lebih excited dari sebelumnya, dengan mata berbinar-binar. Stila sampai memandangnya heran.
"And what's the bad?" Stila mengulangi pertanyannya merasa tidak mendapatkan jawaban. Niken langsung melunturkan ekspresi excitednya seraya menatap Stila.
"The bad is, lo bisa aja jadi "gagal bersembunyi" kalau lo sampai ketemu dia lagi, Stil. Gara-gara pesonanya itu" jawab Niken sambil mengangkat jari telunjuk dan jare tengahnya membuat tanda kutip ketika mengatakan "gagal bersembunyi". Maksudnya, selama ini Stila sudah mencoba melupakan Dama dan segala kenangan dengannya waktu dulu itu dengan bersembunyi dibalik rasa benci yang ia buat sendiri untuk Dama. Rasa benci yang hanya dia yang tau. Rasa benci yang dijadikannya benteng untuk melindunginya dari Dama."Jadi lo mau gimana sekarang?" tanya Niken merasa jawabannya tak dihiraukan oleh Stila yang lebih memilih menonton tv daripada mendengarkannya.
"Stila! Ah, lo nyebelin deh!" protes Niken yang tetap tak mendapatkan perhatian dari Stila setelah 2 menit berlalu. Stila melirik kearah sahabatnya yang mulai menyilangkan tangannya didepan dada.
"Kita pura-pura aja. Lo pura-pura nggak pernah ketemu dia. Dan gue pura-pura nggak pernah denger kabar apapun soal dia dari lo. Oke?" jawab Stila enggan menyebutkan nama Dama, sambil berdiri dari sofa.
"Makan yuk. Laper nih" imbuhnya.
Niken hanya menghembuskan nafasnya, pasrah dengan keinginan sahabatnya itu.Kini mereka sudah duduk di meja mini bar menghadap hidangan masing-masing. Carbonara extra cheese dan salad tuna milik Stila, dan Fettucini milik Niken.
Stila sudah siap melahap suapan pertamanya ketika sendoknya tiba-tiba berhenti didepan mulutnya sendiri, dan dibiarkan melayang diatas piring."Kenapa?" tanya Niken sudah mengunyah suapan pertamanya.
"Lo tadi ketemu dia dimana?" tanya Stila tiba-tiba.
"Ketemu Dama? Di Sopra, waktu beli ini" jawab Niken menunjuk piringnya.
"Dia tau lo mesen menu apa?" lanjut Stila. Niken tampak berpikir, mengingat-ngingat jawaban dari pertanyaan Stila.
"Hm, tau deh kayaknya. Tadi waktu waitress nya nganter ini, dia nyebutin pesenan gue, buat mastiin kalo itu bener pesenan gue. Kenapa sih?"Klang..
Stila menjatuhkan sendoknya diatas piring, lalu mengusap mukanya dengan kedua tangan.
"Dia ada nanya sesuatu ke lo nggak habis gitu?" tanya Stila lagi.
"Enggak, habis gitu gue langsung ngacir aja, pergi. Kenapa sih?" Niken mulai penasaran sampai ikut-ikut mengistirahatkan sendoknya diatas piring.
"Argh. Dia pasti tau gue ada di deket lo" geram Stila.
"Hah? Gimana sih maksudnya? Lo ngomong yang jelas dong Stil!" Niken ikut geram.
"Ini, ini" Stila menunjuk piring carbonaranya dan mangkuk berisi salad tuna miliknya. "Dia tau ini makanan favorit gue. Gue sering beli ini sama dia dulu waktu kuliah" jelas Stila menyandarkan kepalanya diatas kedua tagannya.
"Okey, tapi di dunia ini nggak cuman lo yang suka sama carbonara dan salad tuna kan Stil, bisa aja dia mikir cuman kebetulan" Niken mencoba menenangkan Stila.
"Iya, kebetulan carbonaranya pakai extra cheese. Kebetulan dipasangin sama salad tuna yang nggak pernah absen kalau gue makan carbonara dari dulu. Dan kebetulan yang beli elo" Stila masih enggan mengangkat kepalanya. Niken mengendikkan bahu sambil meraih sendoknya lagi.
"Dan kebetulan tadi lo berencana buat pura-pura pertemuan gue tadi nggak pernah terjadi" ujar Niken pelan sudah siap melahap makanannya lagi.
Stila megangkat kepalanya menghadap ke Niken yang sudah asyik melanjutkan makan siangnya. Lalu Stila menegakkan kembali tubuhnya dan menyantap makan siangnya.Oke. Pura-pura nggak pernah terjadi.
-••-
Stila baru keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah meja minibar untuk mengambil air putih. Kebiasaannya setiap pagi setelah bangun dari tidur. Niken sudah duduk di sofa sambil menonton acara gosip di TV, disusul Stila yang sudah duduk disampingnya dengan gelas ditangan.
"Selebriti yang sedang menjadi idola kaum wanita saat ini, kemarin malam mendapatkan kejutan ulang tahun dari teman-temannya tepat di jam 12. Beberapa teman dari kalangan artis juga turut memeriahkan perayaan ulangtahun ini. Di ulangtahunnya yang ke 25 ini, apakah yang menjadi harapan besar Dama? Mari kita saksikan tayangan berikut" ucap host yang membawakan acara gosip tersebut.
Baik Stila dan Niken memutuskan untuk diam. Mereka sudah memutuskan aksi "pura-pura" kemarin siang, sehingga seperti sebelum-sebelumnya, mereka tidak akan mengiraukan apapun yang berhubungan dengan Dama ketika ia harus muncul di salah satu program televisi. Alih-alih berkomentar, mereka hanya akan mengganti chanel tv atau mematikan tv sekalian. Seperti juga pagi itu, Niken langsung meraih remote dan mengganti ke chanel tv lainnya. Sialnya, tiga chanel berturut-turut yang ia ganti sedang menayangkan berita yang sama. Yaitu perayaan ulang tahun Dama. Akhirnya Niken memutuskan untuk mematikan tv. Sedangkan Stila memutuskan untuk berdiri dan masuk ke kamarnya lagi.
Stila duduk dipinggir kasurnya. Masih menggenggam gelas yang sudah tidak berisi air. Ia melirik sejenak ke kalender yang tergantung disamping lemarinya. Tanggal 22 November. Sebelum dua tahun terakhir ini, tanggal 22 November tidak pernah terlewatkan dari tanggal penting yang harus diingat Stila. Dan dua tahun terakhir ini tanggal itu justru tidak pernah disadari oleh Stila. Tahun ini, hari ini, ia jadi teringat lagi apa arti tanggal 22 November, karena berita yang baru saja dilihatnya pagi ini yang herannya bertepatan dengan sehari setelah berita yang dibawa oleh Niken, memaksanga memikirkan laki-laki itu lagi.
Stila menggeserkan pandangannya ke lemari pakaian. Menatapnya selama 15 detik, lalu berdiri dan berjalan kearahnya, membuka pintu tengah lemari lalu berjongkok, meraih kotak berwarna pink yang ia selipkan dibawah pakaiannya yang tergantung rapi, lalu membuka kotak itu.
Kotak itu berisi pritilan-pritilannya yang sudah tak terpakai. Kebanyakan adalah aksesori wanita seperti cincin, gelang, anting, bros, pin, jepit, dan lain-lain. Ia mengambil salah satu gelang yang terbuat dari benang rajut berwarna hitam dan putih, lalu memandanginya.
Lima tahun yang lalu, dihari yang sama dengan hari ini, saat Stila dan Dama sedang ngobrol diatas motor Dama sepulang kuliah, Dama memakaikan gelang itu ditangan kanan Stila.
"Apaan nih?" tanya Stila memandangi gelang rajut yang melingkar di tangannya.
"Gelang" jawab Dama.
"Iya, tau. Kenapa tiba-tiba ngasih aku gelang?"
"Kado ulang tahun"
"Ulang tahunku kan masih bulan depan?"
"Ulang tahunku"
"Hah? Serius? Kamu ulang tahun hari in?"
"Mau lihat KTP-ku buat mastiin?"
"Hahaha, enggak sih. Tapi serius? Kok baru bilang sekarang? Aku kan nggak nyiapin kado jadinya"
"Itu udah kadonya"
"Ye, ini kan dari kamu. Lagian kok aneh, kamu yang ulang tahun malah kamu yang ngasih kado. Haha"
"Kadonya, kamu pakai gelang itu. Jangan dijual. Itu aku bikin sendiri"
"Serius? Kamu bisa ngerajut ginian?"
"Kamu banyak nggak percayanya ya sama aku"
"Hahaha. Maaf, maaf. Makasih ya gelangnya. Oh, aku baru inget, jadi ini alasan kamu nanya warna favoritku kemaren itu?"
"Hm. Sebenernya nggak usah nanya juga aku udah tau sih. Keliatan dari auramu yang hitam putih. Haha"
"Haha, sialan. Ngomong-ngomong, berapa umurmu?"
"20, masih sedikit, hehe"
"Ooh, 13 bulan lebih tua dari aku berarti. Tapi aku juga tanggal 22 loh, bulan depan"
"Kamu yang ngado aku berarti bulan depan"
"Hahaha. Gitu? Kalau gitu, sekarang kamu traktir aku makan. Yuk!"Stila tersadar dari lamunannya mengenang masa itu lalu memasangkan gelang itu di tangan kanannya.
"Aku lagi pura-pura. Pura-pura nggak benci kamu, hari ini aja. Selamat ulang tahun, Dam" ucap Stila memandangi gelang itu. Lalu siap-siap mandi dan berangkat kerja.______________________________
Thankyou readers...💕
Bantu vote dengan klik tanda bintang yaa.
Dan jangan lupa klik "add to library" supaya dapet notif setiap update episode baru 😉.
Kalau ada saran, boleh banget left comment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity Crush [END]
Teen Fiction"Ah! Gantengnya ya si Dama itu" "Ya Tuhan. Udah ganteng, humoris pula, idaman poll" "Liat deh stylenya! Aw, keren abis sumpah" "Untung aja masih jomblo, jadi bebas dieksplorasi deh, hahaha" "Eh, dia dari Surabaya juga kan Stil? Kabarnya dia sekampus...