Niken sedang memeriksa barang belanjaan didalam trollynya sambil membaca note di hp, memastikan semua kebutuhan bulanannya dengan Stila sudah lengkap di beli. Ia hendak berjalan kearah kasir ketika tiba-tiba langkahnya terhenti, memerhatikan sosok yang sepertinya ia kenali sedang berdiri di antrian kasir. Sosok itu berdiri ditemani seorang laki-laki yang menggenggam trolly, tampak berbincang dengan santai. Niken berjalan kearah samping kanan untuk melihat wajah sosok itu lebih jelas. Memastikan bahwa itu memang sosok yang dikenalinya. Sosok yang juga dihindarinya. Dan benar saja. Sosok itu adalah dia. Dama.
Niken langsung membuat huruf "O" di bibirnya seraya berjalan menjauh dari arah kasir. Bersembunyi dibelakang rak-rak yang didalamnya tersusun bermacam-macam jenis biskuit. Menanti hingga sosok yang dikenalinya itu menghilang dari pandangan.
-••-
Kini Niken sedang duduk disalah satu rumah makan yang tersedia di supermarket tersebut. Menunggu menu pesanannya dan pesanan Stila untuk makan siang di apartemen. Niken yang sebenarnya berencana untuk memberitau Stila tentang pertemuan tidak langsungnya dengan Dama tadi sesampainya di apartemen merasa sudah gatal untuk menahan informasi yang menurutnya super panas itu, sehingga akhirnya memutuskan untuk menelpon Stila dan menceritakannya saat itu juga.
Seperti dugaannya, info itu mampu membungkam Stila. Dan lebih membungkam Niken lagi ketika sosok yang sedaritadi ia hindari justru menyapanya duluan.
"What?? Sejak kapan cowok ini ada disini? Semoga dia nggak denger obrolanku sama Stila ya Tuhan" Niken memohon dalam hati sambil menunjukkan wajah terkejutnya pada Dama."Hai, Ken" sapa Dama dengan senyum lebar diwajahnya.
"Ha-hai. Hai Dam. Ya ampun, ini beneran Dama?" kata Niken mulai menunjukkan ekspresi pura-pura baru melihat Dama setelah sekian lama tak bertemu. Padahal baru setengah jam yang lalu Niken melihatnya. Dama terkekeh.
"Boleh duduk?" tanya Dama menunjuk kursi kosong didepan Niken.
"Oh, silahkan. Hehe. Kamu sejak kapan ada disini? Kok aku nggak liat?" tanya Niken memastikan Dama tidak mendengar obrolannya dengan Stila di telepon.
"Baru masuk sih, terus nggak sengaja liat kamu disini, jadi kusamperin. Apa kabar?"Oh, bagus deh. Berarti dia nggak denger apa-apa soal Stila.
"Baik. Aku baik. Wah keren, udah jadi artis loh. Aku nggak bakal digosipin kan duduk berdua gini sama kamu? Hehe". Niken memulai gurauannya. Dama ikut terkekeh.
"Nggak berdua kok" jawab Dama, dan saat itu juga sosok laki-laki yang tadi dilihat Niken sedang bersama Dama di antrian kasir sudah berdiri disamping Dama.
"Ini Veri, temanku" Dama memperkenalkan laki-laki yang kini telah mengulurkan tangan kanannya, hendak berjabat dengan Niken.
"Veri" katanya.
"Niken" Niken menyalami tangannya dan meyakini bahwa laki-laki yang diperkenalkan sebagai teman Dama ini adalah asistennya, melihat bagaimana ia menenteng dua kantong plastik belanjaan yang cukup besar, sedangkan Dama hanya menenteng satu kantong plastik berukuran sedang, juga gantungan kontak mobil yang tampak di kantong kausnya, dan tab yang ia pegang di tangan kirinya.Oh, mungkin asisten merangkap manajer? Entahlah. Apa peduliku?
"Jadi kamu di Jakarta ngapain? Berkunjung atau tinggal disini?" Dama memulai percakapan. Veri duduk di kursi kosong disebelah Dama.
"Aku kerja disini. Udah setahunan" jawab Niken mulai khawatir dengan pertanyaan yang pasti akan diutarakan Dama setelah ini. Tentu saja Niken tak berniat memberitahu tempat kerjanya, karena dia tidak ada rencana untuk bertemu Dama lagi setelah ini. Dan benar saja.
"Oh ya? Kerja dimana?" Dama mengindahkan kekhawatiran Niken.
"Hm?" Niken ingin mengulur waktu agar tak menjawabnya, melihat seorang pelayan dari arah berlawanan mendekati meja mereka dengan kantong kertas bertuliskan "take away" yang ia yakini miliknya.
"Silahkan kak pesanannya. 1 Carbonara extra cheese, 1 Fettucini, dan 1 Spicy Tuna Salad size L" ucap pelayan tersebut.
"Makasih ya mbak" ujar Niken. Pelayan tersebut hendak undur diri ketika matanya menangkap sosok tampan yang sudah tak asing lagi dimatanya. Dama, yang meskipun hari itu menggunakan topi baseball tetap tidak bisa menyembunyikan dirinya dari perhatian publik. Pelayan itu menutup mulutnya dengan mata berbinar. Hampir saja ia menyerukan nama Dama yang akan menarik perhatian pengunjung lain ketika Dama menempelkan jari telunjuk pada bibirnya sendiri. Meminta si pelayan untuk tidak melancarkan aksinya. Lalu pelayan tersebut hanya menunduk sebentar dan kembali ke dapur."Ehm, kayaknya aku pamit dulu ya, Dam. Sebelum orang-orang ini nyadar kalau aku lagi duduk bareng sama idola mereka, terus tau-tau aku muncul di akun gosip medsos. Hehe. Dah, Dam. Oh, nice to meet you again anyway" ujar Niken yang sudah ngacir meninggalkan kursinya bahkan sebelum Dama sempat berucap lagi. Bukannya kecewa ditinggalkan seperti itu, Dama justru menyunggingkan bibirnya, lalu tertawa kecil.
"Kenapa, Dam?" tanya Veri yang menyadari tingkah aneh Dama.
"Ada yang lagi sembunyi dari gue, Ver. Dan barusan usaha persembunyiannya gagal" jawab Dama masih dengan kekehan ringan. Veri mengerutkan dahinya, tak berniat untuk meminta penjelasan lebih lanjut dari Dama.______________________________
Thankyou readers...💕
Bantu vote dengan klik tanda bintang yaa.
Dan jangan lupa klik "add to library" supaya dapet notif setiap update episode baru 😉.
Kalau ada saran, boleh banget left comment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity Crush [END]
Teen Fiction"Ah! Gantengnya ya si Dama itu" "Ya Tuhan. Udah ganteng, humoris pula, idaman poll" "Liat deh stylenya! Aw, keren abis sumpah" "Untung aja masih jomblo, jadi bebas dieksplorasi deh, hahaha" "Eh, dia dari Surabaya juga kan Stil? Kabarnya dia sekampus...