28

5.5K 468 30
                                    

Chaeyoung masih menggenggam dengan erat kedua tangan Taehyung saat ini. Sama seperti pria itu, ia menggenggamnya seolah meyakinkan gadis itu bahwa ia tidak akan melepaskan tangan gadis itu.

Chaeyoung menghela nafasnya dengan senyuman puas yang nampak di wajahnya, begitu pun dengan Taehyung.

"Lihat Chaeng, kau hampir bisa menggunakan kakimu sekarang."

"Hmm. Tapi tetap saja, aku belum bisa untuk berjalan dengan cepat."

"Tak apa. Pelan-pelan saja. Lagipula, kau sudah bisa berdiri tanpa rasa sakit lagi, kan?" Ucap Taehyung dan kini menyodorkan tongkat yang digunakan Chaeyoung sebagai pengganti kursi rodanya.

Taehyung kini menuntun Chaeyoung untuk duduk di sofa yang ada di ruang tengah.

"Ja, minumlah dulu."

Chaeyoung tersenyum, sebelum akhirnya mengambil minuman yang disodorkan Taehyung padanya. Chaeyoung menyeruputnya sedikit sebelum mengembalikannya pada Taehyung.

"Taehyung.."

"Hmm?"

"Apa kau gugup besok?"

Taehyung tersenyum mendapatkan pertanyaan itu. Ia mulai membaringkan dirinya dengan pangkuan Chaeyoung sebagai bantal untuknya. Membuat Chaeyoung yang melihat itu sedikit terkejut namun tersenyum setelahnya.

"Tentu saja. Ini pertama kalinya bagiku."

"Kau kira aku bukan pertama kali? Hah, aku benar-benar gugup sekali untuk besok. Bagaimana jika aku melakukan kesalahan besok? Seperti menjatuhkan cincinnya?"

"Itu pasti akan memalukan."

Keduanya kembali diam. Satu tangan Chaeyoung sudah bermain pada helaian rambut Taehyung.

"Menurutmu, pertemuan kita saat di halte saat itu, apakah sebuah kejadian tak terduga?"

Taehyung terdiam mendengar pertanyaan itu. Perlahan, ia mulai bangun dari berbaringnya. Menghadapkan dirinya pada Chaeyoung dan mengambil kedua tangan gadis itu.

"Daripada menyebutnya kejadian tak terduga, aku mengartikan jika Tuhan saat itu sedang mengantarkan aku pada takdirku. Takdirku untuk mengenalmu dan menjadi bagian dalam hidupmu."

.

.

Kedua tangan itu masih menggenggam dengan erat buket bunga yang ia genggam. Raut wajah tegang juga nampak di wajah cantiknya saat ini. Helaan nafas entah sudah berapa kali gadis itu keluarkan untuk menetralkan kerja jantungnya.

Ceklek

Pintu ruangan itu terbuka, membuat gadis dengan balutan gaun pengantinnya itu menatap ke arah pintu itu. Senyuman tak bisa ia hilangkan ketika melihat teman-temannya mulai datang satu-persatu dan kini berjalan mendekat padanya.

"Chaeyoung, kau terlihat sangat cantik sekali."

Chaeyoung semakin melebarkan senyumnya mendapat pujian dari Jennie padanya dan membalas pelukan gadis itu padanya. Ia juga melakukan hal yang sama ketika Jisoo juga memeluknya.

"Selamat, Chaeyoung."

"Terima kasih, eonni. Kalian berdua benar-benar datang saja aku sudah sangat bahagia."

Chaeyoung hampir meneteskan airmatanya dan membuat Jisoo dan Jennie dengan cepat duduk di samping kanan-kiri gadis itu.

"Sstt, ini hari bahagiamu. Kenapa kau menangis?" Ucap Jisoo sembari menghapus airmatanya.

"Eonni juga menangis saat pernikahan eonni."

"Aku bukan menangis. Tapi aku hampir menangis saat itu karena kau yang datang telat untuk membawakan gaunku."

unexpected ❌ taeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang