Enam : Kenapa Harus Aku?

378 50 10
                                    















"Pastikan kalian mendapatkan tanda tangan pembimbing gugus kalian sebelum jam 10. Ingat! Minta dengan sopan. Tujuan awal kalian dilatih keras untuk mendisiplinkan kalian, waktu dan sikap. Jika kalian masih seenaknya, kami tidak akan menerbitkan sertifikasi pelatihan kalian."

Tiara masih berdiri dibarisan paling belakang, sambil berjinjit berusaha melihat instruktur yang berdiri jauh didepannya. Sesekali sambil membenarkan topi rimba dikepala, cewek itu tetap berusaha mengangkat tubuhnya, berusaha melihat meski percuma ketika yang didepan cewek-cewek tinggi sejenis Sisi dan Sonia.

Kenapa yang didepan mesti mereka sih?

Tiara menggerutu, mengomeli sistem baris yang diatur berdasarkan absen. Kalau gini terus aja dibelakang. Ingin mengomel juga kenapa huruf pertama namanya harus huruf-huruf mendekati akhir. Coba kalau namanya awalan A bisa didepan tuh dia barisnya.

"Dimengerti!"

"Dimengerti!"

Tiara berseru, meski sebenarnya gak terlalu menangkap omongan instruktur dia gak ambil pusing. Posisinya udah dibelakang, mau liat kedepan gak keliatan, mau mendengarkan dengan serius kupingnya malah mendadak budek. Lagian speaker suaranya juga geludukkan, gak jernih. Mana bisa Tiara dengar dengan jelas. Jadi solusi saat ini yang paling bisa dilakukan cuma pura-pura faham aja, nanti dia bisa nanya balik belakangan sama teman-teman kelompoknya.

"Baik, apel pagi ini saya tutup." Pria bertopi baret didepan memberi komando lagi "Hidup mahasiswa!" Katanya sambil mengepalkan lengan keudara yang kemudian diikuti seluruh mahasiswa baru Rajawali.


" Pria bertopi baret didepan memberi komando lagi "Hidup mahasiswa!" Katanya sambil mengepalkan lengan keudara yang kemudian diikuti seluruh mahasiswa baru Rajawali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Tiara menjatuhkan badannya, menelungkup dengan bantal dibawah dagu lemas. Tak banyak bergerak, bahkan diam saja saat yang lain berebutan masuk mengambil buku saku untuk meminta tanda tangan pembimbing gugus.

"Capee." Keluhnya dengan bibir merengut. "Badan gue kerasa sakit semua."

Sera diranjang sebelah juga melakukan hal yang sama. Tak menyahut, tapi ikut mengangguk membenarkan.

"Apa idol korea kalau ditrainee kayak gini yah?" Nana menyeletuk, justru membawa topik lain seputar dia yang pernah nonton sesi trainee idol diyoutube yang setelahnya dilanjutkan Sera jadi membahas artis-artis korea yang wamil. Tiara makin pusing, gak tau mau merespon apa karena dia udah kelewat lelah.

"Buru yuk minta tanda tangan, biar kita bisa cepet istirahat."

Nayla tiba-tiba mengambil posisi diranjangnya. Duduk sambil merogoh isi tas mencari buku saku.

"Nay masih cape lah Nay." Seakan mewakili isi hati Tiara, malah Nana yang menyahut. "Nanti aja sih."

"Mumpung pembimbing lagi baris semua tuh. Rena sama Lisa aja udah siap-siap." Nayla beralasan. Kini memandang Tiara yang masih telungkup. "Yuk Ra!" Ajaknya mencari teman.

DRAMA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang