Satu : Awal Kita Bertemu

1.1K 60 0
                                    




"Gedung A lantai 1 bagian kemahasiswaan." Tiara sekali lagi membuka hapenya, mencari-cari gedung yang dimaksud namun kemudian berakhir dengan helaan nafas kasar.

Dia positif nyasar

"Harusnya tadi bareng bambam." Ujar gadis berkulit putih itu menyebutkan nama teman satu SMA-nya dulu.

Dia menggembugkan pipi, melanjutkan jalan mencari tujuan. Sekarang fokusnya saat ini menemukan orang yang bisa dia tanyai.

Tepat beberapa langkah dia berhenti didepan sebuah gedung. Arsitekturnya lumayan beda dari gedung lainnya apalagi di bagian samping kiri banyak alat-alat besar yang gak Tiara tahu buat apa.

Gadis itu terdiam, menatap sekumpulan anak laki-laki dengan warepack merah sedang sibuk melakukan sesuatu. Tiara tak bisa menyebutkan, yang jelas mereka terlihat sedang memakai alat-alat besar yang Tiara belum pernah lihat.

"Len, bendingin plat yang buat cashing dong."

Tiara tetap diam ditempat, justru terpaku pada pemuda tinggi bertelinga lebar yang sedang mengangkat plat alumunium kemesin besar yang disebut 'mesin Bending'. Tiara tanpa sadar meneguk ludahnya, merasa antusias begitu saja memperhatikan pemuda dengan kostum merah itu tanpa berkedip.

Pemuda yang dipanggil 'Len' itu seolah sadar diperhatikan. Dia mengangkat kepala langsung menoleh kearah Tiara tanpa banyak berkata mengeluarkan senyuman basa-basi. Yang kamudian tanpa disadari berefek besar pada gadis berkulit pucat itu.

Tiara semakin gelagapan, sulit menyembunyikan rasa senangnya ketika pemuda benama Len tersenyum sampai lesung pipinya kelihatan. Ia mengangkat kepala, membaca tulisan diatas gedung itu dalam hati.

Workshop teknik mesin

Yes, dia ketemu cowok ganteng bahkan sebelum dia resmi jadi mahasiswa Rajawali.

Yes, dia ketemu cowok ganteng bahkan sebelum dia resmi jadi mahasiswa Rajawali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Liatin siapa lo?"

Kovalen menghentikan senyum, kini berbalik pada Cello yang tadi bertanya sambil menepuk pundaknya.

"Gak tau, dia liatin gue mulu." Jawab Valen cuek. Dia kembali pada tugas awalnya, memasukan plat kedalam lipatan mesin Bending dengan Cello yang memegang tuas disisi kanan.

Cello menggelengkan kepala, terkekeh sendiri. "Len, Krystal kurang apa sih? Masih aja tebar pesona." Katanya. Masih dengan kekehan ringan pemuda itu melanjutkan, "Kurang-kuranginlah ganjen lo itu."

"Ganjen apa sih anjir? Gue cuma berusaha sopan. Dia liatin gue ya gue bales senyum. Salah?" Valen membela diri. "Lagian Krystal juga gak tau. Amanlah."

Cello mengangkat bahu saja, sudah biasa kalau Valen, yang katanya cowok terganteng seangkatan mereka mulai berulah lagi, apalagi sama makhluk berjenis kelamin perempuan.

"Krystal udah sempurna gitu masih juga suka tepe. Sini lah Len kasih gue kalau lo udah bosen." Pancing Cello yang sebenarnya hanya bercanda.

"Anjir lo. Enak aja."

DRAMA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang