part 1

4.2K 151 11
                                    

Hari senin.

Siapa yang menyukai hari senin?

Hari yang paling menyebalkan. Karena pada hari ini, kita harus mengikuti upacara yang sangat amat melelahkan. Ditambah dengan amanat yang akan diberikan oleh guru yang bertugas menjadi pembina upacara, membuat kepala pusing akan panasnya matahari.

Namun, hari ini berbeda. Semua siswa berbondong-bondong untuk mengikuti upacara yang sebenarnya paling malas untuk dilakukan. Terutama anak laki-laki, karena rumornya hari ini ada siswi baru pindahan dari Bandung yang memiliki paras cantik. Tentu saja, mereka tidak ingin melewatkan semua ini begitu saja. Bahkan, mereka rela terkena panas matahari dan pegal-pegal menunggu guru yang tengah memberi amanat demi untuk mengetahui siapa siswi itu. Karena sudah menjadi tradisi di SMA Tunas Harapan, semua murid baru yang masuk pada hari senin akan diperkenalkan langsung keseluruh murid pada saat upacara selesai.

"Permisi." Suara yang berasal dari microfone itu membuat seluruh pandangan siswa/i SMA Tunas harapan menatap kearah sumber suara.

Terlihat seorang gadis cantik tengah berdiri diatas panggung menggantikan Bu Dian pembina upacara yang tadi tengah bertugas.

"Ayuk, nak. Nggak apa, perkenalkan dirimu." Suruh Bu Dian seraya tersenyum kearahnya.

Gadis itu tersenyum, lalu menganggukan kepalanya. Pandanganya kini menyapu keseluruh murid SMA Tunas Harapan yang tengah menatapnya dengan penuh antusias. Gadis itu kembali tersenyum, ketika melihat Raina tengah berbaris dibarisan paling depan, tersenyum kearahnya. Membuat kegugupannya sedikit berkurang.

"Perkenalkan, nama saya Bintang Cahaya Purnama. Saya pindahan dari SMA 1 Jakasempurna, di Bandung. Terimakasih."

Semua murid bersorak riuh menatap Bintang. Kini bu Dian kembali mengambil alih microfone, dengan Bintang yang berada disamping Bu Dian.

"Ehm, Bintang."

"Iya, bu?"

"Kamu masuk kekelas 11-IPA-2. Tepatnya disana." Bu Dian mengarahkan telunjuknya kebarisan dimana Raina berada.

Ternyata Bintang akan sekelas dengan Raina lagi. Gadis itu mengangguk, lalu tersenyum. "Iya, bu."

"Dan Raina, tolong kamu antar Bintang ke kelas kamu! Dan jangan lupa, tetap kordinirkan teman-temanmu itu mengerti?" Lanjut Bu Dian, yang dibalas anggukan oleh Raina.

Setelahnya, seluruh barisan dibubarkan. Meninggalkan Bintang yang masih berdiam diri ditempatnya, menunggu Raina yang tengah berbincang kepada salah satu temannya.

"Bintang! Aku kangen!" Gadis itu langsung mendekap Bintang.

Bintang membalas dekapan Raina. "Aku juga kangen sama kamu Rain."

"Aku senang, kamu kembali ke Jakarta lagi, Tar. Aku kangen banget sama kamu tau?"

Bintang tersenyum, lalu mengangguk. Bintang juga rindu dengan Raina, sahabat SMP nya saat di Jakarta dulu. Tepatnya sebelum Bintang pindah ke Bandung, karena ayahnya harus dipindah tugaskan kesana. Untungnya pada kenaikan kelas 10 ini ayahnya tidak perlu meneruskan tugasnya di Bandung, jadi Bintang bisa kembali ke Jakarta dan satu sekolah lagi bersama Raina.

"Bagaimana setelah kembali ke Jakarta?"

"Senang. Aku jadi bisa kembali merasakan yang namanya macet di ibukota." Raina tertawa. Sahabatnya ini masih sama ternyata.

"Yaudah, sekarang kita ke kelas. Akan ada sebuah kejutan disana."

Bintang menaikan alisnya bingung. Kejutan? Kejutan apa?
Namun, kemudian gadis itu menganggukan kepalanya.

Bulan dan Bintang (Selesai) Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang