"Bulan!"
Mendengar suara teriakan itu sontak membuat seluruh orang yang ada di dekatnya pun terlonjak. Ada guratan antara sedih dan senang ketika mendengar teriakan itu.
"Kamu sudah sadar nak?" Tanya Rani,ibu dari orang yang tadi berteriak itu. Ya,itu Bintang.
Bintang tidak menjawab pertanyaan ibunya,pandangannya meneliti seluruh tempat ia berada. Semuanya putih,bau obat,dan tangannya di infus? Seketika airmatanya turun dengan deras,bahkan sangat deras seakan air yang tumpah karena tidak bisa membendungnya lagi. Emosinya kembali pada kejadiaan yang baru saja ia alami,dimana ia merasakan kebahagiaan yang mendalam saking bahagianya,rasanya itu seperti nyata yang membekaskan luka teramat dalam.
Ibunya hanya bisa memberikan sebuah dekapan hangat untuk menenangkan putrinya yang sangat terpuruk,rasanya sakit melihat putrinya seperti ini. Takdir seakan tidak adil dengan putrinya,mengapa takdir seolah mempermainkan putrinya? Dengan memberikan kebahagiaan lalu kepedihan yang mendalam? Bahkan semuanya terasa sangat cepat. Tanpa sadar Rani juga ikut menitikan air matanya,seakan merasakan apa yang sedang putrinya rasakan.
CEKLEK...
Pintu terbuka,menampilkan Nayla,Risky,Daffa,Raina,Yuvraj dan Devano. Dengan wajah yang tidak bisa di denifisikan,antara sedih? Senang? Entahlah,hanya mereka yang tau. Rani menghapus air matanya,lalu melepaskan dekapannya pada sang putri membalikan badannya menghadap ke arah teman-teman Bintang dengan senyuman,yang pasti itu adalah senyuman yang di paksakan.
"Kalian sudah datang,bunda ke luar dulu ya. Mau menghampiri ayah," ucap Rani yang di balas anggukan oleh mereka semua.
Setelah Rani meninggalkan ruangan,Raina,Nayla,dan Yuvraj langsung berhambur menghampiri Bintang yang kini masih menangis tanpa suara dengan pandangan kosong ke depan. Nayla mengelus pundak Bintang memberi ketenangan, "Sudah seminggu loh Tar,dan akhirnya lo kembali."
"Resek,gue seneng lo kembali,tapi gue mohon jangan begini! Lo harus bangkit!" Ucap Yuvraj
"Ikhlas Tar,itu yang buat kamu tenang. Coba untuk ikhlas,"ucap Raina lembut.
Bintang langsung berhambur memeluk Raina,menumpahkan seluruh sesak yang ada di hatinya. Ia sungguh masih belum percaya dengan takdir yang Tuhan berikan kepadanya,kenapa semuanya terlalu rumit? Ia masih tidak percaya semua ini,harusnya ia akan mendapatkan ending yang bahagia. Tapi...takdir seakan membalikannya.
"Nangis Tar,kalau memang itu yang buat kamu tenang," ucap Raina
Risky yang tidak suka akan situasi sekarang yang mengundang tangis pun membisikan sesuatu ke Devano,Daffa,dan Yuvraj. Seakan mengerti keempatnya kompak keluar dari ruangan Bintang,membuat sejuta kebingungan melanda mereka. Karena tidak ingin ambil pusing,Nayla dan Raina pun mulai menenangkan Bintang hingga tangisnya reda.
"Sekarang lo makan Tar," pinta Nayla yang di balas gelengan oleh Bintang
"Kamu jangan begini donk,Tar. Kamu harus makan!"ucap Raina yang mulai menyuapkan bubur ke mulut Bintang.
Bintang menepis dengan kuat tangan Raina sehingga sendok berisikan bubur yang tadi ingin ia berikan kepada Bintang terjatuh ke lantai," kenapa takdir begitu jahat Rain,Nay? Kenapa takdir seakan mempermainkan aku? Setelah aku sabar untuk menunggu,tapi penantian aku sia-sia?"
"Penantian lo nggak sia-sia Tar! Ini semua takdir! Mungkin memang rasanya sakit,tapi...lo harus percaya,didepan sana kebahagiaan sedang menantikan lo!" Ucap Nayla
"Bagaimana bisa itu terjadi? Sedangkan kebahagiaan aku sudah di rengut pergi? Bahkan aku nggak tau,apa sekarang aku bisa kembali tertawa?" Bintang tertawa dengan getir "Bahkan tersenyum saja mungkin tidak akan pernah bisa,"lanjutnya
"Cuma satu hal yang bisa membuat lo bahagia Tar,Ikhlas. Cukup lo ikhlas dan lo akan merasakan apa itu bahagia yang sesungguhnya!" Ujar Nayla dengan menekankan kata Ikhlas
"Ikhlas? Mengucapkan memang gampang Nay,tapi melakukannya yang susah!" Ujar Bintang lalu kembali terdiam
Ikhlas? Mungkin untuk mengucapkannya terasa mudah,tetapi melakukannya? Susah,tidak segampang membalikkan telapak tangan. Ah...kenapa semuanya berbanding terbalik? Padahal rasanya mimpi terasa jauh lebih indah di banding realita,entahlah semuanya terlalu rumit dan terlalu cepat. Seperti kedipan mata,baru sedetik kamu memejamkan sedetik itu juga kamu kehilangan kebahagiaanmu. Seperti itu lah yang di rasakan Bintang.
CEKLEK...
Pintu kembali terbuka,menampakan seorang badut,Yuvraj,Daffa,dan Devano. Membuat Nayla dan Raina yang melihat itu kebingungan,bagaimana bisa badut masuk rumah sakit? Memangnya boleh? Tapi...kenapa para cowok itu berpenampilan berbeda? Dengan Daffa yang berpakaian seperti pesulap,Yuvraj yang berpakaian seperti pantonim,serta Devano yang berpakaian formal dengan gitar di tangannya seakan ingin konser dadakan? Tapi kemana Risky? Apa jangan-jangan...badut itu adalah Risky?
Raina berjalan mendekati Devano, "kalian mau ngapain?" Tanyanya dengan berbisik
"Sudah kamu liat saja,"balasnya,mendapat pernyataan sepert itu akhinya Raina menurut.
Kini sang badut mulai mendekati Bintang yang masih diam,lebih tepatnya melamun. Karena pada saat sang badut mendekati wajahnya di depan wajah Bintang,ekspresi gadis itu terkejut.
"Halo kakak! Kok wajahnya murung terus sih? Nanti cantiknya hilang loh," ucap sang badut
Bintang masih diam,keningnya berkerut tanda kebingungan. Tatapannya kini beralih ke arah Nayla dan Raina seakan bertanya ada apa? Namun kedua temannya itu hanya mengedikkan bahu tanda tak tau . Kini Bintang meneliti pandangannya ke seluruh ruangan mengapa teman-teman nya berpenampilan aneh? Apalagi Yuvraj yang sangat lucu dengan penampilan pantonim seperti itu membuat Bintang tersenyum tipis,saking tipisnya tidak ada yang mengetahui selain Bintang sendiri.
"Kalian kenapa berpenampilan seperti ini?"tanya Bintang
"Ada tugas istimewa soalnya,coba deh kakak lihat ke arah bang Daffa,"jawab sang badut
Bintang menuruti perintah sang badut untuk menghadap ke arah Daffa yang berpakaian seperti pesulap. Daffa mengeluarkan sebuah pot kecil,lalu sebuah tongkat sulap. Tongkat sulap itu di taruh mengghadap ke arah pot,lalu tongkat itu di angkat. Bersamaan dengan itu muncul bunga dari pot itu. Bintang melihatnya dengan mata berbinar ternyata Daffa bisa melakukan trik sulap,Daffa memberikan bunga yang ada di pot itu ke tangan Bintang. Membuat Bintang tersenyum.
"Gitu donk kakak senyum,kan kalau kakak senyum jadi cantik,"celetuk sang badut sambil mencubit pipi Bintang gemas.
Raina dan Nayla yang melihat Bintang tersenyum,ikut merasa senang. Akhirnya Bintang bisa tersenyum kembali dan akhirnya mereka tau tujuan para lelaki itu berpenampilan aneh,itu untuk menghibur Bintang.
"Sekarang coba kakak lihat,bang Yuvraj sama bang Devano,"pinta sang badut lagi,yang kembali di turuti oleh Bintang
Devano mulai memetikan gitarnya dengan lembut diiringi dengan nyanyian merdu dari Devano,serta Yuvraj yang kini sedang melakukan pantonim yang selaras dengan lagu yang di bawakan Devano. Sang badut yang melihat Bintang tersenyum melihat Yuvraj dan Devano pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini,ia mengambil bubur yang berada di nakas tempat tidur Bintang lalu mulai menyuapinya ala pesawat terbang sambil mengatakan.
"Aaaaaa...pesawatnya mau mendarat."
Membuat Bintang terkekeh dan membuka mulutnya untuk memakan bubur pemberian sang badut sambil terus menikmati acara pantonim Yuvraj dan nyanyian Devano serta sang badut yang terkadang menggoyangkan tubuhnya. Raina dan Nayla pun ikut terbawa dengan suasana dengan sesekali tertawa.
"Setidaknya kamu bisa melupakannya sejenak Tar," gumam Raina
Hai hai hai...
Gimana part kali ini?...
Bintang kenapa sih?...
Kok sedih? Dan masuk rumah sakit padahal,kan baru aja tunangan sama Bulan?...
Ayoo siapa yang tau Bintang kenapa?...
Jangan lupa votement sebanyak-banyaknya ya...
See youuu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan dan Bintang (Selesai) Tahap Revisi
RomanceMungkin hari pertama dimana Bintang masuk ke sekolah barunya,adalah pertanda berubahnya kehidupan Bintang. Terutama awal dari kisah cintanya yang akan di mulai dengan awal pertemuannya dengan Bulan cowok badboy yang selalu menganggu dirinya. Hingga...