part 8

1.3K 67 5
                                    

Suasana kelas masih seperti biasanya, ramai layaknya pasar. Untung saja Bintang mudah beradaptasi dengan keadaan kelas barunya ini, jika tidak sudah bisa dipastikan ia akan meminta kepala sekolah untuk pindah kelas atau mungkin pindah sekolah.

Bintang memandangi kursi paling pojok kelasnya. Masih setia kosong, karena si empu-nya kursi sudah 9 hari ini tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Entah apa yang membuatnya tidak sekolah, hanya saja Bintang merasa ada yang aneh dengan dirinya.

Ia merasa kesepian di tengah keramaian. Yang biasanya Bulan akan mengganggu kegiatannya kini tidak lagi. Yang biasanya Bulan akan datang saat istirahat sambil membawakan siomay atau Bulan yang biasanya menjadi pemimpin disaat kelas sedang ramai kini tidak lagi.

"Rain, Bulan kok nggak masuk lagi ya? Kamu tau nggak rumahnya dimana? Aku takut dia lagi sakit, "tanya Bintang

"Setau aku, rumahnya itu di daerah Kemang di perumahan orang kaya gitu. Tapi alamat lengkapnya aku nggak tau," jawab Raina, gadis itu mengedikan bahunya.

Jam pelajaran baru saja di mulai, tapi Bintang masih saja memikirkan Bulan yang entah kenapa selalu bersarang di pikirannya saat ini. Untuk fokus ke pelajaran seperti biasanya pun rasanya susah.

"Gimana caranya aku bisa nemuin Bulan ya? Oh iya aku tanya sama Daffa dan Risky aja kali ya? Biasanya mereka kan ada dikantin. Tapi gimana caranya aku bisa keluar?" gumam Bintang

Bintang mencoba berfikir cara agar dapat keluar dari kelas tanpa harus bolos atau di introgasi terlebih dahulu, yaitu dengan cara.....

"Bu," Bintang mengacungkan tangannya.

"Iya Bintang. "

"Saya ijin ke toilet, ya bu. "

"Iya silahkan, jangan lama-lama ya. "

"Iya bu. "

Setelah mendapatkam izin dari Bu Ica, Bintang segera keluar dari kelas. Bukan pergi ke toilet, melainkan pergi ke kantin sekolah untuk menemui teman-teman Bulan. Siapa tau diantara mereka ada yang tau dimana Bulan sekarang. Sesampainya disana, suasana kantin terlihat sangat ramai dipenuhi oleh para anak-anak yang didominasi oleh laki-laki. Bintang menelan saliva nya dan mulai berjalan mendekati meja kantin tempat dimana teman-teman Bulan duduk.

"Hei cantik, ada apa nih dihukum lagi? Tapi Bulan kemana?" Tanya Riko

"Iya, udah seminggu lebih tuh anak kagak ikut nongkrong bareng kita,"ucap Risky

"Nggak. Aku kesini juga mau nanya sama kalian, Bulan kemana? Soalnya udah seminggu lebih dia bolos sekolah," Bintang gugup, takut, entahlah bercampur menjadi satu.

"Ohh.. Palingan tuh anak juga di rumah sakit nungguin nyokapnya. Pantesan seminggu ini jarang nongol," imbuh Satya

"Ehm... Kalian tau gak rumahnya Bulan dimana? Siapa tau dia ada di rumah, aku takut dia sakit. Karena setau aku dia tinggal di rumah sendiri. "

"Anak preman kayak dia nggak akan sakit, paling dia lagi nenangin diri. Kalo dia nggak ada di rumah sakit berarti dia ada di Taman Suropati dia biasa nenangin diri disana,"ucap Daffa

"Kalo rumahnya, ada di Kemang daerah perumahan orang kaya. Lo tanya aja rumahnya Bulan dimana nanti juga pada tau. Ngomong-ngomong sampai segitunya lo sama Bulan lo suka sama Bulan?"tanya Riski

"Ng-nggak kok, aku perhatian sama dia ka-kara dia te-teman aku. Yaudah, ya aku ke kelas lagi, "ucap Bintang lalu pergi

*****

Kini Bulan berada di Rumah Sakit, memandangi wajah ibunya yang kini terlihat semakin pucat. Ditambah dengan tubuh yang kini semakin kurus.

Bulan menggenggam tangan ibunya itu, menahan rasa sesak yang selalu bersarang di dada setiap kali melihat ibunya. Karena yang seharusnya berada di posisi ini adalah Bulan, bukan ibunya. Ini semua terjadi karena kesalahannya di tambah lagi dengan kedatangan papa dan adik tirinya itu. Membuat Bulan harus kembali membuka luka lama yang telah mengering ditelan waktu kembali basah oleh darah yang rasanya sangat perih untuk di rasakan.

Bulan dan Bintang (Selesai) Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang