Yang Jiwon x Seyong - Age

151 16 11
                                    

"Ini udah sore banget loh, kok malah ke sini sih kita?"

Seyong tak menjawab. Ia tetap melangkah menyusuri jalan setapak taman. Jiwon berusaha menyamai langkah lebarnya sambil sesekali menghentakkan kakinya. Angin sore yang bertiup sedikit lebih kencang membuat Jiwon makin susah payah menahan kekesalannya.

"Seyong! Ayo pulang!" seru Jiwon.

Seyong menoleh pada Jiwon. Ia tak mengatakan apapun dan justru menunjuk ufuk barat. Jiwon mengikuti arah tangan Seyong, berusaha memahami isi kepala pria yang lebih muda 4 tahun darinya itu.

Nihil.

Dua tahun lamanya hubungan mereka tetap tak berpengaruh pada kemampuan 'menebak pikiran Seyong dengan benar' Jiwon.

"Apa? Aku capek, Yong..."

"Ai," Seyong tiba-tiba memotong kalimatnya.

"Ha?"

"Ai. Manggilnya Ai,"

Itu nama panggilan di antara mereka. Seyong yang mengusulkannya. Seingat Jiwon artinya cinta dalam bahasa jepang. Biasanya kalau Seyong sudah memanggilnya 'Ai' pipi Jiwon akan memerah malu.

Tapi masalahnya Jiwon sedang kesal dan lelah. Gombalan receh seperti itu tak akan menghiburnya.

"Itu liat," kata Seyong.

"Liat apa?"

"Kamu kalo lagi capek suka liat matahari terbenam. Ini mumpung nggak ketutupan awan,"

Walaupun secara fisik Jiwon terlihat semakin lama semakin rawan meledak, namun beban di hatinya memang sedikit berkurang saat melihat semburat jingga di ujung langit. Hatinya mencelos. Mendadak ia merasa bersalah sudah mengomeli Seyong sejak pria itu memutar arah menjauh dari apartemennya tadi.

Seyong selalu tahu cara menghibur Jiwon.

"Lain kali kalo temen-temenmu nyinyirin kamu cuma gara-gara bisa punya calon suami lebih muda, iyain aja," ujar Seyong sembari meraih tangan Jiwon yang menggantung bebas. "karena emang aku lebih muda dari kamu, Ai," lanjutnya, membuat Jiwon menarik tangannya paksa.

Seyong juga selalu berhasil membuat emosi Jiwon meluap tanpa disengaja.

"Iya, aku tua, terus kenapa? Kamu gak suka calon istrimu lebih tua? Gimana? Mau dibatalin aja?"

Seyong menarik Jiwon lagi, namun kali ini ia menarik seluruh badan Jiwon kemudian memeluknya dari belakang. Dibenamkan kepalanya dalam ceruk leher Jiwon. Seyong berdiam diri cukup lama, membuat emosi Jiwon yang tadi sempat naik menurun lagi.

Minggu depan mereka akan menikah. Siang tadi Jiwon menyebarkan undangan pada rekan-rekan kerjanya dan yang ia dapatkan justru sindiran-sindiran perbedaan usia antara dirinya dan Seyong. Walaupun mereka bermaksud 'hanya bertanya dan bercanda', namun Jiwon tetap tak bisa menahan diri. Mood bahagia di pagi hari mendadak rusak sampai Seyong menjemputnya setengah jam yang lalu.

Masalah ini memang sempat membuatnya ragu untuk menerima lamaran Seyong. Empat tahun bukan jarak yang pendek, apalagi Jiwon yang lebih tua. Sudah terbayang di kepalanya cibiran-cibiran seperti yang ia terima hari ini. Namun kegigihan Seyong membuat keraguannya menguap.

Tapi apa ini? Seyong mendukung cibiran itu?

"Aku bersyukur kamu lebih tua dari aku, kamu lebih dewasa dari aku. Inget siapa yang bikin aku lepas dari alkohol? Inget siapa yang bikin aku gak jadi nyerah sama bisnisku? Inget siapa yang rela tengah malam keluar apartemen cuma buat nemuin bocah ingusan yang mewek terus meluk dia sambil bilang 'aku nggak akan kemana-mana'?"

Jiwon membisu. Seyong masih tetap pada posisinya, memeluk Jiwon dari belakang dan membenamkan wajahnya dalam ceruk leher Jiwon.

"Kamu, Ai. Orang itu kamu," Seyong memutar tubuh Jiwon dan kini mereka berhadapan. "jangan pernah malu kalo ada yang ngatain umur kamu, karena umur dan kedewasaan kamu yang bikin aku bisa ada di tempatku sekarang,"

"Gombal,"

Jiwon mengetuk-ngetuk tanah dengan ujung sepatunya. Susah payah ia menghindari mata Seyong yang menatapnya. Pria itu kemudian tertawa dan menarik Jiwon dalam pelukannya.

Sudah bisa dipastikan Jiwon kalah.

"Sekali lagi kamu marah cuma gara-gara dikatain tua, aku bawa kamu ke kantor catatan sipil buat ngubah tahun kelahiranmu," canda Seyong sambil membelai rambut panjang Jiwon.

Wanita itu tak lagi menyahut. Ia lebih sibuk membenamkan diri dalam dekapan Seyong dan mengeratkan pelukannya. Belum ada lima menit sejak ia meledak, kini Jiwon sudah tenggelam dalam dunianya sendiri.

Siapa yang percaya Jiwon lebih tua dari Seyong kalau begini ceritanya?

~DONE~

Love SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang