Gunwoo x Yoomin - Still

37 9 13
                                    

Gunwoo dan Yoomin tak mengeluarkan sepatah kata pun sejak pesanan mereka tiba dua puluh menit yang lalu. Keduanya menundukkan kepala dan tak terlihat ingin mendongak barang sejenak.

Canggung.

Tadi tiba-tiba Yoomin meminta Gunwoo menjemputnya di stasiun. Gunwoo menyanggupi, bahkan langsung menunggu di depan stasiun walaupun kereta Yoomin baru datang lima belas menit setelahnya. Gunwoo sama sekali tak keberatan, ia justru mengkhawatirkan wanita itu.

Gunwoo masih ingat, Yoomin tak akan pernah meminta tolong pada siapapun kecuali ia dalam keadaan yang benar-benar buruk.

Dan benar saja, Yoomin tiba dengan wajah sembap. Niat Gunwoo yang mendekat untuk sekadar menawarkan bantuan membawa ransel berubah jadi dekapan erat sekaligus tempat Yoomin kembali menumpahkan air matanya. Gunwoo juga yang membawa Yoomin ke restoran ini karena ia sangat sadar, mengantar Yoomin pulang dan membiarkan wanita itu sendirian hanya akan jadi pilihan terburuk.

"Makasih...." celetuk Yoomin.

"Iya, sama-sama," sahut Gunwoo. "aku juga kangen Eyang, nggak apa-apa," lanjutnya.

Gunwoo tahu yang ia katakan beresiko membuat Yoomin kembali meneteskan air mata dan memang itu tujuannya. Yoomin adalah sosok wanita yang terlampau mandiri sampai rela menyimpan semua beban dalam hatinya sendirian. Gunwoo tahu Yoomin selalu begitu.

Tapi ternyata Yoomin tak menangis lagi. Ia tersenyum dan menyesap teh hijaunya.

"Aku... Cuma bisa cerita ke kamu. Orang rumah nggak ada yang ngerti," Yoomin mendongak. "maaf ngerepotin. Padahal aku yang minta kita pisah,"

Gunwoo mengerti keadaan Yoomin, tentu saja. Keluarga Yoomin tak pernah benar-benar dalam keadaan 'rukun' dan Eyang adalah satu-satunya tempat Yoomin bersandar. Meninggalnya Eyang setahun yang lalu benar-benar sukses membuat kehidupan Yoomin menjadi kelam, bahkan sampai saat ini.

Ini juga yang menjadi alasan Gunwoo tak pernah memaksa Yoomin untuk tetap jadi istrinya. Ia tahu keterpaksaan hanya akan membuat semuanya semakin runyam.

"Kalau boleh jujur, aku seneng kamu ketemu orang mirip Eyang sampai kamu nangis kayak tadi," celetuk Gunwoo.

"Kenapa?"

"Karena aku punya alasan untuk ngeliat kamu," Gunwoo menarik napas sejenak. "perasaanku masih sama Min. Aku masih sayang kamu, masih sayang Karel, masih sayang keluarga kita,"

Gunwoo sudah siap menerima amarah Yoomin atau suasana canggung seperti tadi. Hari ini Gunwoo ingin jujur pada wanita yang ia cintai.

"Kenapa kamu nggak marah waktu aku minta pisah?"

"Karena aku tahu, berani mengalah juga kata lain dari sayang," jawab Gunwoo yakin. "walaupun kita udah nggak terikat, tapi aku mau tetep ada buat kamu,"

Sesuai perkiraan Gunwoo, suasana kembali canggung. Yoomin mengaduk-aduk teh hijaunya tanpa sedikitpun melirik Gunwoo.

"Nggak usah dipikirin..."

"Shall we start again?"

Demi Tuhan Gunwoo hampir tersedak. Matanya membulat sempurna.

"Apa Min?"

"Shall we start again? Kita. Kamu, aku, Karel, shall we?"

"Start apa? Apanya yang mulai lagi?"

Yoomin masih menunduk. Adukannya semakin cepat.

"Min..."

"Aku juga masih sayang keluarga kita,"

~DONE~



kulabuhkan kembali kapal yang telah ku rusak sendiri😂

Love SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang