Juni x Arin - Lovebird

39 9 13
                                    

"Permisi Mas, boleh kenalan nggak?"

"Eh! Ya ampun Mbak maaf malah kena jidatnya! Nggak apa-apa kan?"

Juni meringis dalam keterkejutannya, setengah geli setengah merasa bersalah. Wanita asing yang tiba-tiba muncul di sampingnya itu tampak masih mengusap-usap keningnya yang tak sengaja tertampar tangan Juni.

"Mbak, oke kan? Tadi Mbaknya nanya apa ya? Saya nggak denger," tanya Juni lagi setelah wanita itu tak lagi mengusap keningnya.

"Saya mau kenalan Mas, boleh kan?" Juni mengernyit bingung.

"Dalam rangka apa Mbak?"

"Nggak apa-apa... Masnya cakep, saya pengen kenalan,"

Juni kembali terkejut. Kepalanya langsung menoleh ke arah minimarket di belakangnya, lalu kembali menoleh ke arah wanita tadi sambil berpikir keras cara menanggapi permintaan yang terlalu lucu ini. Ia tahu arah pembicaraan mereka tak akan berhenti di 'kenalan' saja.

Wanita di depannya tak jelek, sungguh. Matanya bulat, hidungnya mancung, pipinya tirus, badannya pun tinggi. Mungkin bagi sebagian orang, menolak wanita secantik dia dianggap kurang waras.

Tapi masalahnya hati Juni terlanjur memilih wanita tembem berbadan pendek dan Juni tak mau yang lain selain wanitanya.

"Maaf Mbak, saya sudah punya pasangan," tolak Juni halus.

Juni tahu sekarang wanita itu yang terkejut. Ia terlihat salah tingkah, namun segera tersenyum kembali.

"Kalo gitu kita temenan aja Mas, boleh kan? Saya nggak bakal ganggu Mas kok, serius deh,"

"Hah?"

Sial.

Tadi Juni sudah berekspektasi wanita ini akan mundur. Tak sedikitpun dalam otak Juni memikirkan celah itu.

"Boleh minta nomornya Mas? Biar bisa kontakan juga,"

Entah sejak kapan wanita itu sudah menggenggam ponselnya. Juni makin kebingungan. Ia kembali menoleh ke arah minimarket, namun kemudian segera tersenyum melihat seseorang di meja kasir.

"Yaudah saya ketik sendiri aja ya?" tawar Juni.

Wanita itu tentu saja mengangguk dan langsung menyerahkan ponselnya. Juni pun mengambilnya sambil sesekali menoleh ke minimarket lagi.

"Arin? Nama Masnya Karin?" tanya wanita itu saat Juni mengembalikan ponselnya.

"Ditelpon dulu Mbak, biar nomornya Mbak masuk," Juni tak menjawab pertanyaan tadi.

Wanita itu menurut walaupun masih mengernyit kebingungan. Juni hanya tersenyum dan senyumnya semakin lebar saat melihat seorang wanita yang menggendong balita sekaligus menenteng kantong plastik keluar dari minimarket. Wanita yang baru keluar itu juga tampak kebingungan sambil menatap ponsel. Juni bergerak cepat menghampirinya dan mengambil alih balita tadi dari gendongannya.

"Juni, kok aku tiba-tiba ditelpon nomor nggak dikenal sih?" tanya wanita itu.

Tentu, mengejutkan wanita yang lain.

"Nah Mbak, itu nomor istri saya, namanya Karin," ujar Juni. "tadi Mbaknya bilang mau temenan kan? Nah saya tuh sibuk banget kerja Mbak, jarang megang hape. Istri saya juga sibuk sih, tapi masih sempet ngurusin saya sama nih anak kami yang masih gemesin ini. Istri saya juga enak banget diajak curhat, jadi mending temenan sama istri saya aja ya?"

Karin dan si wanita asing sukses membulatkan mata mendengar penjelasan Juni. Bedanya Karin langsung panik, sedangkan wanita tadi terlihat menahan malu.

"Kamu apaan sih Jun?" bisik Karin kesal. "maaf ya Mbak, suami saya emang ngeselin orangnya,"

"Eng...  Nggak apa-apa Mbak, saya permisi dulu,"

"Lhoh Mbak! Mbak!"

Wanita tadi langsung menyingkir, menyisakan Juni yang tersenyum puas dan Karin yang makin salah tingkah.

"Gimana? Aku setia kan sama... Aduh! Aduh! Rin ini aku gendong Ryan kalo jatuh gimana?"

Juni melompat-lompat berusaha menghindari cubitan Karin di perutnya. Sia-sia sebenarnya, Karin kalau sedang on fire begini mana kenal kata ampun?

"Kamu tuh kalo nolak ya nolak aja nggak usah ngusilin! Pasti kamu tadi juga sok cakep kan makanya sampe ada yang minta temenan? Dasar genit!"

"Rin! Aduh! Iya maaf! Aduh!"

"Bodo amat, aku kesel!"

Cup!

"Dah, ayok jalan-jalan lagi, nih Ryan mumpung hepi nih,"

Karin tak mencubit Juni lagi. Ia menggerutu sambil menurut saja tangannya ditarik Juni dan berjalan menyusuri trotoar. Balita yang digendong Juni tampak tertawa riang, membuat Karin merasa diledek.

Juni tahu Karin hanya sedang salah tingkah saja. Senjata pamungkasnya memang selalu berhasil membungkam istrinya.

Iya, kecupan manis di kening dan pelukan singkat yang hangat.

~DONE~

ACE  Jun sebagai Perdana Haris Juniarta/Juni, suami yang terlanjur bucin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ACE  Jun sebagai Perdana Haris Juniarta/Juni, suami yang terlanjur bucin

Laboum Haein sebagai Karina Nasution/Karin, istri yang mulai capek dibucinin mulu

Yiha!! Terserah pembaca kok ngebayangin mbak mbak asingnya sama si anaknya siapa, bebas untukmu muah muah 😘

Terinspirasi dari video di timeline line tentang cowok setia gitu, persis juga posisinya cuma yang diuji nggak kek juni malah ngasihin nomor istrinya 😂
Btw bikin plot fluff bucin bucin gini seru juga yak, semacam pelampiasan gak ada yang dibucinin dan ngebucinin diri sendiri gitu :')

NB :

and let me introduce to you, wild-daddy-junhee is ready to murder you.
THIS IS A BOP

Love SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang