Gunar x Chahee - Cough

16 3 8
                                    

"Yang pintunya kok nggak di..."

"Uhuk uhuk!"

Chahee yang baru saja membuka pintu mengernyitkan keningnya dan buru-buru masuk ke dalam rumah Gunar. Pria itu tampak duduk sedikit membungkuk di depan tv dengan tangan memegang dadanya. Sepertinya Gunar tak sadar akan kedatangannya.

"Kamu sakit?" tanya Chahee sambil mendekat.

Sayangnya Gunar benar-benar tak sadar Chahee datang. Begitu tangan Chahee menepuk bahunya, ia benar-benar melompat kaget.

"Astaga!" Gunar reflek membelalak. "kamu kapan-uhuk-datengnya? Kok-uhuk-aku nggak de-uhuk uhuk-nger pintu kebuka?"

Chahee langsung bangkit dari duduknya dan melangkah ke dapur. Ia kemudian kembali dengan segelas air putih untuk Gunar.

"Pintunya nggak dikunci, engselnya juga rajin kamu kasih oli, gimana mau denger?" balas Chahee. "kamu dari kapan sakitnya? Demam juga nih, duh ke dokter yuk aku anterin,"

Gunar kembali batuk dengan tangannya menahan tangan Chahee yang menariknya. Ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis.

Baik, kekhawatiran Chahee hilang beberapa detik digantikan terpesona.

Ingat! Hanya beberapa detik sebelum Chahee kembali khawatir.

"Aku udah janjian sama dokter langgananku besok pagi, udah jangan panik gitu mukanya," kata Gunar sambil mencubit pipi Chahee gemas. "batuknya aja yang lebay, sisanya mah nggak apa-apa,"

"Serius?"

"Iya sayangku, serius banget," Gunar kembali meminum airnya. "palingan kangen doang kamu tinggal seminggu, makanya badanku rewel,"

Chahee menghela napas panjang. Tak ada yang bisa mengalahkan Gunar kalau keras kepalanya sedang kumat.

Mereka memang tak bertemu seminggu penuh. Chahee harus pergi ke London untuk meliput acara fashion show di sana, membuat mereka berdua hanya saling bertegur sapa lewat pesan singkat dan sesekali menelepon.

"Kamu nunggu sini ya, aku mau cuci piring bentar sisa makan tadi,"

Gunar bangkit dari duduknya setelah mengacak rambut Chahee. Kekasihnya itu terus menatapnya, bahkan sampai Gunar memunggunginya. Gunar sesekali terbatuk, membuat badannya dari belakang terlihat ringkih.

"By the way kamu nggak bawain aku... Eh? Ini ngapain ini tiba-tiba meluk dari belakang?"

Chahee tak menjawab. Ia justru semakin mengeratkan pelukannya dan membenamkan kepalanya di punggung Gunar. Yang dipeluk terkekeh geli. Chahee tak biasanya menempel macam koala begini.

"Lepas dulu dong, nanti tangan kamu kecipratan air,"

"Tadi katanya sakit karena kangen, nih biar cepet sembuh,"

Tawa Gunar pecah. Chahee benar-benar tak menunjukkan niat untuk segera melepaskan pelukannya. Bahkan Chahee sampai menghirup udara di punggung Gunar, membuat si pemilik punggung kegelian.

"Kamu jangan deket-deket aku, nanti ketularan. Sakit tuh nggak enak," bujuk Gunar. "tunggu di depan tv aja ya nanti aku nyusul,"

"Nggak mau, aku maunya gini aja. Kalo sakit tinggal minum obat,"

"Cantika..." panggil Gunar. "jangan gini nanti kamu sakit beneran gimana? Kamu kan masih capek abis perjalanan jauh, kerjaan kamu juga pasti banyak yang numpuk ditinggal seminggu, kalo sakit makin keteteran. Jangan batu gini dong..."

Biasanya kalau Gunar sudah memanggil Chahee dengan panggilan khusus itu maka Chahee akan menurut sambil tersipu malu. Namun kali ini Chahee justru mengerucutkan bibirnya dan melepas pelukannya. Ia bersandar di kabinet dapur dengan tangan terlipat di dada.

Love SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang