Hans x Jani - Clear Sky

33 8 6
                                    

"Cuma aku doang ato emang cuacanya cerah banget?"

Jani hanya terkikik menanggapi pertanyaan Hans. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian membalikkan badan untuk menatap gedung di belakang mereka. Ia sedikit ragu apakah ini hal yang tepat untuk merasa lega setelah pergi dari gedung ini.

Pengadilan Negeri.

"Kenapa? Bingung kenapa malah berasa lega?"

"Kamu juga sama?"

Hans mengangguk takzim. Senyumnya tak kunjung hilang, justru terlihat semakin hangat saat ia menatap map kertas di tangannya.

"Mungkin habis ini Keonu bakal musuhin aku," celetuk Hans sambil terkekeh.

"Kamu pikir sebulan ini Gion nggak pundung? Tiap hari ngedumel 'Kakak sama Abang damai aja kenapa sih?!', padahal kan kita nggal berantem kan?" Hans mengangguk lagi.

"Kita cuma beda jalan,"

"Dan cerai jadi solusi terbaik untuk kita,"

Mereka terkekeh lagi. Sama sekali tak ada beban maupun dendam yang tertinggal dalam hati mereka. Baik Jani maupun Hans benar-benar tersenyum tulus tanpa menyembunyikan apapun.

Rasanya memang sedikit lucu. Pernikahan mereka selalu terlihat tak ada masalah, namun Jani dan Hans tahu mereka tak sedang baik-baik saja. Perlahan mereka menjadi orang lain, tak lagi menjadi nyaman satu sama lain. Mereka awalnya itu hanyalah sebuah fase, namun nyatanya kondisi itu semakin memburuk.

Kadang memang berpisah membuat semuanya menjadi lebih baik.

Tak ada yang tak menentang mereka. Keluarga, teman, tetangga, semua berkata mereka pasti bisa melewati semuanya tanpa harus berpisah.

Mereka lupa, memaksakan sesuatu selamanya menjadi hal buruk.

"Hans," panggil Jani.

"Hm," sahut Hans.

"Aku... Cuma kehilangan gelar 'Nyonya Situmorang' kan? Aku masih boleh ke rumah Papa Mama, nguyelin Keonu, nanyain baju bagus ke Charlie, masih boleh kan?"

Tentu saja senyum Hans belum hilang. Pria itu melangkah mendekati Jani.

"Selama Gion sama Anya masih boleh jalan-jalan sama aku sih nggak masalah," ujar Hans.

"Aku juga nggak kehilangan temen yang namanya Hans Situmorang kan?"

Hans membuka lebar kedua tangannya, membuat Jani langsung merangsek dalam pelukannya dan mereka lagi-lagi tertawa.

"Call me anytime you want, I'll be there. Always,"

"Nanti aku nggak bisa dapet cowok baru dong kalo kamu ngintilin aku terus,"

"Mana ada sih cowok yang nggak mau sama cewek sebaik kamu?"

"Oiya, kamu yang susah ya nyari cewek sesabar aku,"

"Terusin aja Jan, depan ada empang kayanya lumayan kalo nyebur,"

Jani tertawa kecil setelah pelukan mereka terlepas. Hans pun tak jauh beda. Ia masih tertawa  dan menatap langit yang cerah.

Secerah hati mereka yang tak lagi terikat.

~DONE~

~DONE~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang