⚠ the content in italic are flashback
🍃 🍃 🍃
Woojin terus gelisah dalam tidurnya, dia tidak bisa tenang karena ingatan-ingatan yang terus muncul. Mulai dari dirinya yang beranjak meninggalkan gadis itu hingga seseorang yang tega menembak gadisnya tepat di depan matanya
"JANGAN!"
Changbin yang sedang menyiapkan beberapa senjata yang baru saja dia temukan di base camp ini pun terkejut, untung saja lelaki itu tidak melemparkan granat
"Hyung kenapa?"
Dia bertanya tapi dengan wajah tanpa ekspresinya. Sebenarnya lelaki itu sedang mengatur degup jantungnya yang baru saja dikejutkan Woojin
"Entah ini mimpi apa kenyataan tapi ada cewek yang nahan gue buat ga pergi ninggalin dia tapi gue tetep ninggalin dia dan pada akhirnya gue dihadapin sama dia lagi tapi dia yang ditahan sama dua orang dan ditembak tepat di kepala detik berikutnya"
Changbin menyimak penuturan Woojin dengan benar-benar. Entah kenapa dia juga ikut berpikir untuk mengingat beberapa memori lamanya
"Oi hyung!"
"Eh bin, lo disini juga? Gue kira ga bakal dateng"
"Masa hyung gue keterima di kepolisian ga gue kasih selamat sih"
Selagi mereka berbincang, tiba-tiba seorang perempuan mengendap-endap di belakang Woojin
"Eh Jihyo nuna"
Berkat ucapan Changbin barusan, Woojin jadi menoleh ke belakang. Wajah perempuan itu langsung cemberut dan memelototi Changbin
"Ih Changbin! Jadi gagal kan"
"Kurang briefing nun"
Woojin melemparkan senyum kepada perempuan itu dan mengacak-acak rambutnya
"Selamat ya, kamu udah keterima jadi polisi. Kamu jadi kelihatan gagah pakai seragam polisi"
Perempuan itu menyerahkan bunga kepada Woojin dan disambut dengan baik oleh lelaki itu bahkan dia menghadiahkan sebuah kecupan singkat di dahi gadis itu
"Aih, gue jadi obat nyamuk tunangan baru. Gue tinggal ya hyung mau nyari anak-anak"
Changbin terdiam. Dia bingung bagaimana caranya memberitahu kepada Woojin kalau perempuan itu adalah tunangannya
"Hyung, gimana kalau lo liat file di komputer itu aja? Siapa tau bisa ngebantu inget sesuatu"
"Mau nemenin gue bin? Gue ga siap ngeliat itu sendirian"
Dia sempat ragu, tapi pada akhirnya dia mengiyakan Woojin dan membuntuti lelaki itu menuju komputer yang tadinya masih digunakan oleh Hyunjin
"Lo mau pake hyung?"
"Lo udah selesai?"
"Hm, gapapa pake aja dulu. Kayaknya lebih urgent"
Berakhir, Hyunjin dan Ryujin pindah ke sofa yang tidak jauh dari komputer itu sementara Woojin dan Changbin duduk di kursi yang sudah tersedia disana
Woojin membuka folder miliknya sendiri dan banyak sekali data video yang sesuai bulan terjadinya. Woojin memilih asal dan pilihannya jatuh pada bulan April tahun 2013
"Kamu beneran mau ketemu sama papa mama?"
"Iya, kan aku udah janji mau ngelamar kamu kalo keterima polisi. Besok kan udah upacara penerimaan"
"Aduh, yakin?"
"Iya tenang aja, ga usah takut gitu dong hyo"
Woojin menonton video itu sambil memegangi jarinya yang dulu pernah tersemat cincin disana
Dia sesekali tertawa mendengar betapa gagapnya dia saat berbicara di depan orang tua Jihyo walaupun pada akhirnya mereka merestui Woojin dan Jihyo
"Hyung"
"Hm?"
"Cewek itu, Jihyo nuna?"
Woojin mengangguk tentu saja dengan perasaan pahit di dalam hatinya. Andai saja dia tidak pernah melepaskan tangan itu pasti dia tidak akan melihat Jihyo meninggal sebagai ancaman agar dirinya menyerah melakukan pemberontakan
"Percuma lo nyesel sekarang hyung, mereka yang pergi ga akan kembali"
Changbin beranjak dari duduknya namun sebelum benar-benar meninggalkan Woojin dia melanjutkan kalimatnya
"Tapi mereka masih ada di hati lo hyung, sekalipun mereka nyakitin"
Tidak, Changbin tidak pernah belajar bahasa untuk merangkai sebuah kalimat seperti tadi tapi kalimat itu hanya terlontar begitu saja dari mulutnya seakan itu adalah perasaan di dalam hatinya
🍃 🍃 🍃
Di kala yang lain sedang sibuk dengan diri mereka sendiri, Changbin kembali membuka kotak putih yang mereka bongkar isinya tadi pagi. Seingatnya dia melihat sebuah topi berwarna hitam dengan sedikit hiasan silver di salah satu sisinya
"Haah, Son Chaeyoung"
"Why did i help you that time? If only i know you will fight me back"
Perasaan senang bercampur kecewa juga rindu dirasakan Changbin saat ini. Mungkin persenan antara rindu dan kecewa hampir seimbang tapi perasaan kecewa tetap mendominasi
Lelaki itu baru saja hendak pergi untuk kembali berkutat dengan senjata-senjata itu tapi dia tiba-tiba menolehkan kepalanya ke arah monitor yang masih menyala itu
"Apa gue harus ngeliat memori itu lagi?"
Memori yang menyakitkan memang tapi itu yang membuatnya rindu dengan sosok Son Chaeyoung. Maka dari itu Changbin memutuskan untuk duduk di kursi yang berada tepat di depan monitor
Dia akan menyaksikan semuanya lagi walau mungkin dengan sedikit umpatan selagi melihatnya
🍃 🍃 🍃
next bakal diceritain flashback changbin sama chaeyoung hihihi, kira2 mereka kenapa hayoo
btw di chap kemaren pas ada romantisan komennya langsung semangat ya:") wkwk apalagi yang ngerebutin felix hm
tp gapapa kok aku senang kalian menunjukkan excitement kalian hehe sering2 yaaa biar aku semangat!
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Rebellious ✓
FanfictionThe district they love has changed a lot, more likely changing a human become a robot and these kids try to rebel to get out from that suffocating district ft. stray kids and jypgirls 1st of District Nine Series
![[1] Rebellious ✓](https://img.wattpad.com/cover/139294725-64-k353706.jpg)