[1] Rebellious ✓

11; Piece of Memory

//

"Pak, kepala departemen pemeliharaan sudah berada disini"

"Suruh dia masuk"

Tidak lama setelah itu, seorang pria yang tampak sudah hampir masuk ke usia 40-nya itu masuk ke dalam ruangan. Dia membungkuk hormat kepada pria paruh baya namun masih tampak gagah yang duduk di balik meja kerjanya

"Bagaimana?"

"Kami sudah menangkap salah satunya dan saat ini kami sedang mengecek seluruh isi memorinya"

"Bukan itu"

"Lalu?"

"Bocah itu"

Pria itu langsung membungkuk sebagai permintaan maafnya

"Maaf kami gagal membawa dia kembali, kami lengah"

Prang!

"SELAMA DIA TIDAK ADA DISINI SISTEM TIDAK AKAN BERJALAN BODOH! JADI CEPAT KERAHKAN SEBANYAK APAPUN PASUKAN DI LUAR SANA DAN BAWA DIA KESINI"

Pria paruh baya bermarga Lee yang tidak lain adalah ayah dari seorang Minho itu berusaha mengatur emosinya dan merapihkan jasnya. Ya, dia adalah otak dibalik semua ini. Dia lah yang menginginkan kota yang sesuai dengan harapannya sendiri dan dia memperalat mereka semua bahkan anaknya sendiri

"Baik pak, saya akan segera menemukannya"

"Jika tidak, kamu yang harus terima akibatnya"

Kepala departemen pemeliharaan itu langsung membungkuk hormat dan segera pergi untuk mencari anak yang dimaksud oleh atasannya

🍃 🍃 🍃

"Woojin.."

"Woojin.. Jangan tinggalin aku"

"Kim Woojin..."

Lelaki yang berada di dalam ruangan serba putih itu terbangun dengan nafas yang menderu juga denyut jantung yang berdetak tidak karuan. Kepalanya juga terasa berdenyut-denyut dan di sudut matanya terdapat bekas air mata

"Siapa dia? Kenapa gue nangis?"

"Terus kenapa dia minta gue jangan tinggalin dia?"

Mata Woojin mengedar selagi berpikir tentang mimpi atau ingatannya barusan. Dia bahkan tidak tau apa hal itu benar terjadi dalam hidupnya atau tidak, jika memang benar maka dimana perempuan itu dan apa yang terjadi padanya?

"Already wake up?"

"Welcome back to where you belong"

Woojin menatap lelaki itu dengan penuh amarah. Rahangnya mengeras dan tangannya juga mengepal erat. Dia sudah siap menghantam wajah lelaki itu jika saja kedua tangan dan kakinya tidak dikunci