ALBERIC KEVANO DARMANTARA

565K 18.7K 970
                                    

Jangan lupa vote dan comen
Happy Reading

Cinta yang terasa menyakitkan memang sulit untuk dilepaskan.
Entah kenapa aku bisa merasakannya.
Merasakan cinta yang enggan ku lepaskan walau hati ini telah tersayat.
__Alberic

Kini semua siswa dan siswi berkumpul memenuhi tiap-tiap lorong kelas yang menunjukan jalan ke mana arah lapangan basket Sma Darmantara berada, lapangan yang selalu dipakai untuk praktek olahraga dalam pelajarannya tersebut. Lapangan itu terlihat padat dan ramai, tidak ada lagi celah hanya untuk menyelipkan badan walau sekecil apapun, karena di tengah lapangan tersebut berdiri seorang laki-laki incaran semua siswi serta ada seorang perempuan yang berdiri di hadapan orang tersebut.

“Kita putus!” finalnya. Ia menatap gadis di depannya dengan tatapan dingin, kehangatan yang dulu terpancar kini berganti dengan kekecewaan yang begitu mendalam. Ada rasa tidak tega yang terselip di hatinya yang terdalam, terlebih lagi perempuan di depannya ini pernah mengisi hari-harinya yang gelap berganti menjadi penuh warna.

Kini mereka berdua telah menjadi pusat perhatian seluruh murid Sma Darmantara, mereka menatap mereka dengan tatapan yang berbeda-beda, ada yang melihatnya iba, bersyukur, ada pula yang melihatnya dengan perasaan yang senang. Bagaimana tidak senang jika seorang most wanted sekolah tersebut akan menyandang status baru sebagai jomblo yang artinya ada kesempatan luang untuk mendekatinya kembali, membayangkannya saja sudah membuat hati terasa berbunga-bunga.

“Tapi Ric gue nggak mau putus sama lo, gue masih cinta sama lo.” Perempuan itu mencengkram kuat rok abunya. Air matanya telah membasahi kedua pipi mulusnya. Wajahnya menunduk ada rasa malu, sakit hati dan sedih teraduk menjadi satu, perempuan kelas sebelas tahun awal pelajaran itu terus menunduk pasrah dengan apa yang akan diucapkan oleh laki-laki di depannya.

"Ric lo pernah janji sama gue kalau lo bakalan tetap ada di samping gue, gue tahu kalau kita itu saling cinta." Perempuan itu menatap Eric dengan penuh permohonan, matanya sudah terlihat sembab dengan air mata yang mengalir dengan bercabang. Ingin sekali Eric menghapus air mata tersebut dengan ibu jarinya, tapi apa daya keadaan mereka sekarang sedang tidak memungkinkan.

“Cinta? Gue nggak percaya Biy kalau cinta itu ada. Dulu gue pernah percaya, tapi kepercayaan itu direnggut oleh penghinatan lo sendiri.” Lelaki memejamkan matanya sekilas, ia tidak tega melihat gadis yang kini telah menangis di hadapannya. Sungguh ia masih sangat mencintai gadisnya. Cinta pertama yang telah mengenalkan kehidupannya kedalam dunia percintaan. Laki-laki itu menatap lembut kembali perempuan yang ada di hadapannya.

“Gue emang sayang sama lo Biy, gue cinta sama lo, tapi apa? Lo balas gue dengan pengkhianatan kayak gini.” Laki-laki itu ingin sekali memeluk perempuan yang ada di depannya, mendekapnya dan menghapus air mata yang di sebabkan oleh dirinya. Apakah perempuan di depannya ini memang pantas untuk dimaafkan? Perempuan yang sangat dicintainya. Ia rasa ia perlu memaafkannya tetapi ada saatnya nanti dimana kekesalan dan sakit hatinya hilang tersapu oleh angin.

“Tapi Eric, gue mohon sama lo. Lo jangan anggap serius kejadian tadi, gue sama dia itu nggak ada apa-apanya,” laki-laki yang di panggil Eric hanya tersenyum miring, bukan senyuman manis yang dulu selalu ia terbitkan dari bibirnya.

Tanpa aba-aba lagi laki-laki itu memutar badannya untuk meninggalkan perempuan itu, meninggalkan orang yang telah membuat memori-memori indah bersama dengannya, ia pergi untuk melepaskannya bukan untuk melupakannya. Tanpa diduga ada seseorang yang mencekal tangannya saat ia hendak pergi dari sana. Laki-laki yang mencekalnya itu terlihat marah, tetapi Eric hanya menatapnya biasa saja.

ALBERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang