ENDING

206K 6.6K 720
                                    

Jangan lupa vote dan komen
Happy Reding

Penyesalan selalu datang diakhir
-Alberic


Hari ini Bianca di panggil ke ruangan kepala sekolah. Ia dipanggil karena pengakuan dari Alexa sendiri. Terlihat dari wajahnya kalau Bianca terlihat tidak suka terlebih lagi kepada Lena.

"Kenapa kamu lakukan hal seperti itu kepada Lena?" tanya Pak Herman.

"Karena saya membenci Lena," ucapan Bianca membuat Lena tersentak.

"Maksudnya?"

"LO UDAH AMBIL SEMUANYA DARI GUE LENA!!! BAHKAN TEMAN GUE SEKALIPUN!! Lo tahu kalau Aice dan yang lainnya itu dulunya teman gue. Dan lo ambil itu semua termasuk Eric." Gertak Bianca.

"Jagan ucapan kamu Bianca, ini sekolah banyak tata tertib yang harus di taati disini. Ini juga sekolah kamu." Tegas Pak Yanto.

"Hahaha sekolah gue? Gak betah gue sekolah disini. Mending gue minggat sekalian dari sekolah ini. Oh iya gue kesini itu karena gue tahu info tentang hubungan Lena dan Eric. Dan gue mau hancurin mereka berdua." Senyuman iblis itu keluar dari bibir Bianca. Dengan begitu saja Bianca pergi dengan bantingan pintu yang cukup keras.

"Maafin Bianca ya Lena,"

Lena mengangguk. "Lena udah maafin dia kok, tapi kalau Caca ngulangin lagi. Lena gak bisa tinggal diam." Lena tersenyum.

"Lo baik Lena."

"Kamu itu anak yang baik Lena." Puji Pak Herman.

×××××

Malam minggu ini lebih tepatnya pukul sepuluh malam Eric memutuskan untuk pergi ke club di persimpangan jalan yang waktu itu di tunjukan oleh Thio. Ia sebenarnya tidak percaya dengan Thio namun rasa penasarannya lebih tinggi. Ia kesana dengan memakai hoodie bewarna hitam agar jika saja Bianca memang ada disini, ia tidak mengetahui keberadaannya. Eric menunggu di parkiran club tersebut. Lama? Tentu saja.

Tak lama sebuah mobil merah terparkir agak jauh dari keberadaan Eric. Dari dalam mobil tersebut keluar seorang perempuan yang membuat Eric menatapnya tidak percaya. Seorang perempuan remaja memakai sebuah dress ketat bewarna hitam dengan potongan dada yang rendah. Dan rok bagian bawah itu hanya satu jengkal di atas lutut tak lupa baju tersebut mengekspos seluruh lekuk tubuhnya. Eric mengucek beberapa kali matanya, ia tidak percaya sungguh.

Tak lama dari itu seorang laki-laki yang berkisar berumur tiga puluhan keluar dari mobil tersebut, karena Eric sudah tidak sabar ia pun menghampirinya.

"BIANCA!!" teriak Eric, orang itu yang merasa namanya dipanggil pun menoleh dan membulatkan matanya terkejut.

"Ini kelakuan lo di belakang gue iya?!" sentak Eric.

"E__Eric? Lo kenapa ada disini?" tanya Bianca gugup.

"Cuma kebetulan lewat kok, dan lo kenapa ada disini sama laki-laki yang umurnya jauh lebih tua sama lo?!" wajah Eric memerah karena kesal. Ia ingin sekali menghajar laki-laki yang ada di hadapannya ini.

"Maaf Ric," cicit Bianca tetapi ada satu senyuman yang menyimpan makna disana.

"Maaf untuk apa? MAAF UNTUK APA HAH?!" bentaknya di depan wajah Bianca yang penuh dengan make up.

"Santai dong, lo itu cowok gak baik main bentak sama cewek." Lerai laki-laki tersebut.

"Siapa lo ngatur-ngatur gue sama Bianca hah? Gue itu pacarnya Bianca. LO HARUS TAHU ITU!" Eric menatap laki-laki di hadapannya dengan tatapan seperti seorang pemburu yang mendapatkan mangsanya.

ALBERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang