43 | ALBERIC

90.7K 4.8K 345
                                    

Jangan lupa vote dan komen
Happy Reading👑

Gue selalu ada buat lo, tapi lo seakan gak peduli
Gue jauh dari lo, kenapa lo mulai peduli?
__Alberic

"Lena," panggilan seseorang membuat Lena dan ketiga sahabatnya menoleh.

"Eh Caca? Kenapa?" tanya Lena menaikan sebelah alisnya. "Caca tendanya sama siapa?" tanya Lena khawatir.

"Gue setenda sama Tiara sama yang lain juga. Eh lo tau gak salah satu dari kita nggak ada yang bisa diriin tenda, kesel gue sumpah." Bianca mencebikan bibirnya.

"Untung si Manda bisa diriin tenda, ya kan Manda?" Lena menatap Manda. Manda hanya mengangguk.

"Terus itu tenda sama siapa berdirinya?" tanya Yuka kepo.

"Sama Eric, dia bantuin gue diriin tenda." Bainca terlihat senyum-senyum sendiri. "Yaudah kalau gitu gue mau ke Eric dulu, bye!!" Bianca menatap Aice dengan senyuman miring lalu mendekatinya.

"Jaga sahabat lo kalau lo gak mau dia celaka!" bisiknya lalu Bianca menghilang dari pandangan Lena dan ketiga sahabatnya. Aice hanya terdiam mematung.

Kini Lena terlihat murung. Tangannya terus bermain-main dengan kepala merunduk, beberapa kali ia menghela nafas panjang. Manda pun terlihat sekali jika ia ingin berbicara dengan Lena.

"Lena," panggil Manda. Lena menoleh.

"Lo jangan heran kenapa mereka dekat, sebenarnya Bianca itu__"

"Lena tahu Bianca deket sama Eric karena Bianca itu sahabat Lena, dan Eric itu pacar Lena jadi wajar saja." Setelah itu Lena pergi masuk kedalam tendanya.

"Kasihan Lena anjir," Aice pergi menyusul Lena.

×××××

Lena malam ini tidak bisa tidur, entah kenapa. Ia masih memikirkan kepedulian Eric kepada Bianca, apakah itu adalah hal wajar? Ya bagi Lena itu hal wajar. Lena keluar dari tenda saat waktu menunjukan pukul dua belas malam pas. Tak ada rasa takut bagi Lena karena yang kini terpikirkan hanya Eric si pengisi hati. Lena duduk di sebuah batang kayu samping tendanya, dengan memakai sweater yang di belinya saat bersama Eric.

"Eric pasti udah tidur," gumam Lena. Lena menatap bintang yang bersinar dengan menyebar di langit.

Hingga tanpa duga seseorang menyekap mulut Lena, Lena meronta tetapi tidak dihiraukan olehnya. Terlihat sekitar ada empat orang, satu orang menyekapmya dan dua orang menyeretnya, sedangkan satu lagi hanya melihatnya dengan seringai yang tercetak jelas. Mereka membawa Lena ke suatu tempat yang lebih gelap.

"Gampang banget tangkap lo," desisnya pelan. Lena hanya pasrah menunggu ke ajaiban datang. Malam ini terasa begitu dingin, udara terasa menusuk tulang walau Lena memakai sweater yang lumayan tebal.

Hingga terasa orang di depan Lena menampar keras Lena, membuat mata Lena terlihat berkaca-kaca. Setelah itu satu orang dari mereka melempar beberapa telur yang begitu busuk ke wajah Lena. Salah satu dari mereka juga mengambil sebuah cutter dan mengiris pergelangan tangan Lena, begitu sakit terasa. Tak hanya tangan pipi sebelah kanan pun diiris olehnya. Tak lama dari itu satu orang dari mereka mengguyurkan seember air dengan beberapa potongan es batu. Lena kedinginan sungguh. Setelah itu mereka berempat menginjak kedua tangan Lena yang tergeletak lemah.

Tak puas orang itu telah menyiapkan sekantung semen dan mengguyurkannya ke tubuh Lena, Lena hanya terisak pelan percuma melawan karena ia hanya sendiri.

ALBERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang