Chapter 26

6.9K 322 13
                                    

Maxime menatap tumpukan berkas di hadapannya. Lagi dan lagi, ia mengembuskan napas berat. Entah kenapa, pekerjaannya hari ini terasa lebih berat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Hari yang berat dimulai sejak ia harus pindah ke Jakarta, namun rasanya menyenangkan saat dipercaya memegang perusahaan sebesar ini walaupun terkadang ia juga merindukan Mama-nya yang jauh disana.

Maxime meletakkan pulpennya di atas meja lalu mengambil cangkir kopi hitamnya lalu menyesapnya sambil memejamkan mata. Kopi adalah salah satu kesukaan Maxime di dunia ini. Namun, dulu ia sangat membenci itu karena gadisnya tidak suka dengan aroma kopi. Lambat laun, sejak ia bekerja kantoran, Maxime mau tidak mau harus terbiasa dengan kopi yang menemaninya saat lembur begini.

Maxime lebih memilih untuk lembur di malam hari daripada harus lembur di siang hari seperti ini, menyita waktu makan siangnya. Maxime memperbaiki letak duduknya agar semakin nyaman duduk di kursi kebesarannya. Mata cowok itu memejam rapat. Ia membuka kedua kelopak matanya saat terdengar ketukan pintu.

"Masuk!" serunya.

Tak lama kemudian, masuklah seorang perempuan dengan membawa sebuah map berwarna biru. Melihat sekretarisnya, Maxime mengulum senyum. Ia menunjuk kursi di depannya agar di duduki oleh perempuan itu.

"Siang, Pak Max." sapa perempuan itu setelah mendudukkan dirinya di depan Maxime.
Maxime mengangguk."Siang, Sa."

Sekretaris Maxime—Sasa tersenyum lalu membuka map biru yang ia bawa."Begini Pak, saya ingin membacakan jadwal Bapak untuk hari ini."

Maxime mengangguk lagi."Ya, silahkan."

"Siang ini Bapak tidak ada jadwal sama sekali. Bapak hanya perlu menandatangani surat-surat yang ada di meja Bapak karena sebentar sore Galih akan mengambilnya untuk diserahkan kepada Bapak Dave. Terus sorenya Bapak ada meeting bersama klien dari Jepang lalu malamnya, Bapak ada acara makan malam dengan Captain Ali."

Maxime mengangkat alis."Captain Ali? Siapa dia?"

Sasa tersenyum sopan lalu menunjukkan map yang ia pegang."Itu data diri Captain Ali, Pak. Dia seorang pilot. Seharusnya, Bapak akan makan malam dengan Captain Arthur, namun ia sedang ada urusan sehingga diwakilkan kepada Captain Ali. Rencananya dia akan datang bersama istrinya."

Maxime mengangguk kecil."Baik." Ia kembali menyerahkan berkas itu tanpa membaca lebih lanjut. Ia hanya membaca nama lengkap dan tanggal lahir orang yang akan ditemuinya itu.

Setelah Sasa keluar dari ruangannya, Maxime mengembuskan napas lalu merenggangkan otot-ototnya. Ia masih harus menyelesaikan kurang lebih 20 berkas lagi.

✈️✈️✈️

Ali mengusap sayang rambut istrinya yang kini bersandar di dadanya. Ia memerhatikan layar plasma di hadapannya dengan serius. Pasalnya, ia dan Prilly tengah menonton salah satu drama Korea kesukaan Prilly. Ali mencoba mencermati, apa yang membuat rata-rata gadis menyukai drama picisan di hadapannya ini? Termasuk istrinya.

Ali mengulum senyum saat mengingat suatu hal. Lantas, ia mencolek-colek pipi tembem Prilly membuat gadis itu menengadah, tak lupa untuk menekan tombol pause.
Prilly tersenyum."Kenapa, sayang? Bosen ya?"

Ali menggeleng."Nggak kok. Cuman, aku mau kasih tau kamu kalau nanti malam itu aku ada acara makan malam sama rekan bisnis. Sebenarnya, ini rekan bisnisnya Captain Arthur, tapi diwakilin ke aku. Kamu ikut ya."

"Oh, gitu." Prilly mengangguk mengerti."tapi, aku nggak ada baju yang cocok buat makan malam penting kayak gitu. Paling dress yang kita pakai waktu ke acara Mas waktu itu. Nggak mungkin yang itu 'kan? Aku nggak mau malu-maluin Mas."

My Lovely Captain (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang